Sebagai ibu rumah tangga, menyengaja relaksasi saya
rasa perlu dilakukan sesekali. Mengingat tekanan yang saya rasakan sungguh
besar. Apalagi bukan hanya ibu rumah tangga, saya juga berperan sebagai anak
yang masih harus selalu menjalankan kewajiban sehari-hari sebagai anak.
Termasuk secara psikologi masih harus seperti saat masih kanak-kanak dulu di
hadapan orang tua.
Untungnya saya punya me time menulis. Jadi saya sering berada dalam keadaan nyaman dan
tenang. Walaupun sekeliling saya hiruk-pikuk, saya bisa merasa hening dan
sendiri karena tenggelam dalam dunia menulis. Ibu Nina Marlina – hipnoterapis (dalam bahas Inggris disebut hypnoterapist) juga mengatakan kepada saya dan teman-teman blogger bahwa menulis bisa membuat seseorang dalam kondisi hipnosis[1].
Saat itu, tepatnya pada tanggal 11 September beliau berkenan bertemu dengan
kami di Warunk Upnormal dan memandu kami untuk relaksasi. Saya tidak menyela
saat beliau berbicara tetapi dalam hati saya membenarkan. Saya sendiri punya
banyak pengalaman hipnosis ketika sedang menulis.
Kondisi hipnosis lainnya adalah misalnya ketika shalat
khusyuk, atau ketika orang yang sedang asyik nonton televisi
dipanggil-panggil tak mendengar dan ketika film sedih diputar, orang yang
sedang menontonnya sampai menangis tersedu-sedu. Saat sedang berkendara pun
seseorang bisa saja “terjebak” dalam kondisi hipnosis, misalnya ketika dia
tiba-tiba merasa sudah sampai saja padahal belum lama menyetir kendaraannya. “Kondisi
hipnosis bukan seperti yang di televisi,” pungkas Ibu Nina.
Pembahasan masuk ke topik TRAUMA. Trauma terjadi ketika program pikiran masuk dan tertanam
kuat. Terjadinya pada situasi atau kondisi demikian:
- Yang ngomong punya figur otoritas yang tak terbantahkan, seperti: guru atau orangtua.
- Pada saat emosi sedang intens, misalnya saat sedang sangat bahagia atau sedang sangat sedih.
- Emosi memaknai peristiwa netral dengan cara berbeda. Peristiwanya biasa saja namun emosi bereaksi berlebihan.
- Repetisi (pengulangan).
- Karena sesuatu dilakukan oleh orang-orang di dalam sebuah kelompok.
Hipnoterapi memasuki alam bawah sadar seseorang. Alam
bawah sadar itu “super memory” yang
selalu teringat karena “datanya” ada terus. Hanya sebentar saja Bu Nina
mempraktikkan kepada kami seperti apa itu, dengan memperlihatkan foto yang
netral, foto 4 orang anak berada dalam sebuah masjid tetapi kami bisa
menceritakan foto yang dimaksud. Saat diminta untuk menghapus ingatan mengenai
foto yang baru dilihat, terasa sulit bagi kami. Bayangkan, untuk hal netral
saja bisa teringat, terlebih lagi jika itu menimbulkan emosi atau perasaan
negatif, termasuk juga perasaan sangat bahagia. Kita bisa mengingatnya dalam
jangka waktu lama.
Makanya, kita harus pula berhati-hati untuk share hal pribadi yang negatif. Jangan
mudah mengumbar apapun di media sosial karena bisa berdampak tak baik bagi
orang lain. Yang terbiasa akses media sosial pasti merasakan kan kalau membaca
status yang mengomel atau mengeluh itu tidak enak rasanya meskipun bukan kita
yang diomeli? Rasanya seperti jadi tempat sampah si pembuat status negatif
padahal kita hanya membaca feed yang
lewat di depan mata.
![]() |
Ibu Nina Marlina |
Oya, jika ingin menjalani hipnoterapi, mau tidak mau
ada “harga” yang harus dibayar oleh klien, lho ya, yaitu: waktu, upaya, materi, dan perasaan. Jadi terapis itu berarti juga
menanggung beban dari klien yang curhat, kan. Bu Nina pernah sakit usai
menangani klien. Terapis harus benar-benar siap menerima klien untuk
membantunya keluar dari masalah yang sedang dia alami. Emosinya harus stabil,
tidak boleh banyak pikiran. Jadi terapis harus netral, juga tidak baper. Jadi, klien harus tahu diri. Jika
dia bersungguh-sungguh ingin menjalani hipnoterapi maka dia juga harus membayar
harganya. Kita semua pasti sudah tahu, sesuatu yang gratis itu sering kali
tidak dihargai karena dianggap tidak ada harganya. Makanya jangan keterlaluan
dengan meminta gratis pada seorang hipnoterapis[3],
ya.
Bu Nina menjelaskan panjang lebar karena yang
menjalani relaksasi dengan panduannya atau klien yang ingin menjalani
hipnoterapi, harus tahu betul tentang proses yang akan dia jalani. Tak boleh ujug-ujug melakukan hipnoterapi. Klien
harus tahu betul apa saja yang harus dibayarnya termasuk upaya apa yang harus
dia lakukan dan peran terapisnya seperti apa. Klien harus tetapkan secara
spesifik aspek apa yang ingin ditangani, misalnya gangguan fisikkah atau
gangguan psikis lalu all out. Niat
yang sungguh-sungguh dari klien, percaya pada terapis yang menanganinya, dan
sikap pasrah dalam menjalankan perintah bimbingan akan membantu diri klien
mendapatkan perubahan signifikan yang ia inginkan. Usaha terbesar tetap dari
diri si klien itu sendiri. Iya kan, ya. Siapa yang mau berubah tentunya dia
yang sungguh-sungguh mengubah dirinya. Sudah banyak orang yang membuktikannya. Perlu
dipahami pula bahwa segala sesuatu di luar diri kita hanyalah “alat bantu”.
Jadi, jangan salahkan terapis kalau hipnoterapi yang dilakukan tidak
berpengaruh kepada diri kita. Itu pikiran naif, kawan!
Bicara tentang penyebab masalah, menurut Bu Nina, ada
7 hal:
- Menghukum diri sendiri.
- Pengalaman masa lalu.
- Konflik internal (dalam diri).
- Masalah yang belum terselesaikan.
- Keuntungan/manfaat tersembunyi.
- Identifikasi.
- Penanaman kepercayaan.
- Penguasaan pikiran. Bukan, karena klien bisa menolak menyampaikan hal-hal yang tak ingin dia sampaikan.
- Praktik supranatural.
- Dapat mengubah kepribadian dasar.
- Tidur.
- Lupa ingatan.
- Brain washing (cuci otak).
- Sekali lagi, pahami ya kawan, hipnoterapi itu bukanlah keenam hal tersebut.
Nah, usai semua hal mendasar yang perlu kami ketahui
dipaparkan oleh Bu Nina, saatnya masuk sesi relaksasi. Saya dan Bunga meminta
untuk shalat ashar dulu supaya perasaan kami tenang menjalani sesi relaksasi.
Yang mau buang hajat juga sebaiknya ke kamar kecil dulu. Jangan sampai gelisah
menahan pipis saat relaksasi tengah berlangsung. Nah, untuk relaksasi, “kedalaman”
tertentu dari pikiran kita diintervensi oleh instruksi yang diberikan. Tiga
puluh menit itu sebentar tapi bisa terasa lama kalau ada ganjalan, kan?
![]() |
Ibu Nina (berjilbab hitam) foto bareng dengan peserta sesi relaksasi di Warunk Upnormal |
Setelah semua yang perlu menunaikan hajat di ruangan itu selesai menunaikan hajatnya, sesi relaksasi pun dimulai. Bu Nina memperdengarkan langkah-langkah yang harus kami lakukan dari perangkat audio yang dibawanya. Saya merasakan diri saya secara perlahan-lahan mulai rileks sembari mengikuti instruksi. Saat relaksasi selesai, pikiran saya lebih tenang dan tubuh saya merasa nyaman. Pengalaman yang dirasakan kawan-kawan di dalam ruangan itu berbeda-beda. Ada yang merasa rileks tapi sepertinya ada juga yang tidak. Hahah sok tahu saya, ya.
Well, sampai di sini saja cerita saya tentang
relaksasi, ya kawan. Saya tak bisa bercerita banyak karena apa yang saya
rasakan secara detail adalah pengalaman pribadi saya. Kalau Anda ingin
merasakannya, coba saja melakukannya dengan bimbingan terapis (bisa melalui Bu
Nina Marlina Sigit atau koleganya) atau Anda bisa mencari tahu melalui si serba
tahu – mbah Google.
Makassar, 20 September 2017
- Semua foto berasal dari Eryvia Maronie (www.emaronie.com)
[1]
Hipnosis: Hipnosis didefinisikan sebagai suatu kondisi pikiran di mana fungsi
analitis logis pikiran direduksi sehingga memungkinkan individu masuk ke dalam
kondisi bawah sadar (sub-conscious/unconscious), di mana tersimpan beragam
potensi internal yang dapat dimanfaatkan untuk lebih meningkatkan kualitas
hidup (Wikipedia).
[2] Hipnoterapi
adalah terapi yang dilakukan saat seseorang sedang dalam keadaan
hipnosis/kondisi bawah sadar dan dilakukan teknik teknik terapi untuk
menyelesaikan masalahnya.
[3] Hipnoterapis adalah orang
yang punya keahlian melakukan hipnoterapi dan sudah memiliki sertifikat dari
lembaga resmi.
Share :
Bermanfaat banget nih bagiku, Teh, keren ya, seorang ibu memang luar biasa. Meskipun sibuk tetap aktifitas yang lainnya tetap jalan. Aku setuju juga, memang baiknya jangann asal mengumbar hal-hal yang negatif sembarangan di medsos, terlebih urusan pribadi..
ReplyDeleteTempatnya keren, ternyata di warung upnormal. Aku belum pernah kesana, kabarnya ada menu baru di warung itu ya, Teh?
Sip, toss, yah, sepakat hehe. Jangan suka mengeluh di media sosial.
DeleteWarunk Upnormal, katanya sih punya menu baru, teman-teman blogger sini pernah nyobain tapi saya tidak ikut waktu itu.
Setiap orang sebenarnya perlu dan butuh yang namanya relaksasi. Bayangin aja, setiap hari fisik dan pikiran bekerja, bisa mumet juga kan yaa...
ReplyDeleterelaksasi cocok setiap pekan sekali setelah kita sibuk keseharian kerja.
ReplyDeleteSebenarnya pengen sekali ikut sesi relaksasi ini, sayangnya tidak ada yang bisa jagain Eci. Kalau ada teman yang suka mengeluh di sosmed biasanya langsung saya unfollow. Kita sudah berusaha berpikiran dan hidup positif, baca hal negatif seperti itu akan terbawa juga
ReplyDelete