Satu per satu tantangan menulis saya jajal, sejak
aktif menulis di tahun 2011. Untuk yang tercetak di atas kertas, saya mencoba mulai
dari buku antologi (kumpulan tulisan bersama penulis-penulis lain) hingga buku
solo. Dari penerbit indie hingga penerbit mayor. Saya juga mencoba majalah.
Hanya sempat dua kali dimuat – di majalah Potret (terbit di Aceh). Lima kali
saya mengadu nasib, mengirimkan tulisan ke rubrik Gado-Gado di majalah Femina,
tak satu pun terbit padahal penasaran sekali dengan media itu. Selain itu, saya juga menjajal
koran. Alhamdulillah, pernah berjodoh
dengan Koran Jakarta, Harian Fajar, dan Harian Amanah.
Namun dari semuanya, saya tetap kembali ke “selera asal’. Saya
ternyata jauh lebih suka menulis di blog. Bagi saya, kertas bukanlah level tertinggi dari dunia menulis yang
harus terus saya buru. Karena “napas menulis” saya pendek-pendek akibat situasi
dan kondisi di kehidupan
nyata yang lebih menyulitkan saya untuk menulis buku. Alasan lainnya adalah karena
dengan menulis di blog, tulisan saya lebih
mudah tersebar meluas dan bisa menembus zaman. Thank you, internet!
Hingga menjelang tahun 2018 ini, tulisan yang
saya hasilkan sudah lebih dari 2000. Tersebar di 5 blog, beberapa website, satu
buku duet, dan 19 buku antologi. Beberapa tulisan yang dimuat di koran dan
majalah, juga yang ada di buku solo – semuanya ada di blog Mugniar’s Note ini.
Saya yakin tidak semuanya bagus atau bahkan mungkin semuanya biasa-biasa saja,
kembali kepada pembacanya dan sudut pandang dia.
Apakah saya bangga dengan banyaknya tulisan yang
saya hasilkan? Well, saya tak ingin memiliki, apalagi memelihara
rasa bangga karena saya
tahu diri masih banyak kekurangan dan masih harus terus belajar.
Setiap saat, saya melihat cara menulis yang jauh lebih bagus daripada cara
menulis saya, juga blog yang jauh lebih bagus daripada blog saya. Sah-sah saja jika seseorang
pernah mengatakan kalau
tulisan saya tak berkonteks – padahal kan setiap orang menulis dengan konteks
yang ada di pikirannya sendiri. No
problem, persepsinya tentang konteks berbeda dengan saya dan itu bukti
bahwa ada orang yang tak suka dengan tulisan saya. Tidak ada masalah, pasti ada sisi
postiifnya buat saya.
Berdiri pada keyakinan dan pemahaman saya dalam
menghasilkan tulisan, saya hanya merasa wajib bersyukur, bisa menulis dengan
cukup luwes sekarang padahal saya bukanlah orang yang suka menulis sejak
kanak-kanak. Saya baru
benar-benar mengasah keterampilan menulis saat menginjak usia 37 tahun di tahun
2011. Tujuan saya menulis sekarang lebih kepada ingin
berbagi kepada
khalayak. Kepada banyak orang. Alhamdulillah
adalah segelintir
orang yang kabarnya mendapatkan sesuatu dari tulisan saya – minimal informasi
baru.
Di balik kegiatan menyenangkan dengan benda ini, ada ketakutan. |
Dan semakin saya merefleksikan kegiatan menulis, saya pikir, saya memang tidak berhak bangga karena
semakin banyak menulis justru membuat ada ketakutan yang timbul.
Ketakutan bahwa saya kelak akan mempertanggungjawabkan semua yang sudah
saya lakukan – termasuk menulis di hadapan Sang Mahapencipta.
Bagaimana kalau
saya pernah
salah menulis?
Bagaimana kalau
ada orang yang telah saya rugikan tetapi saya tidak tahu?
Pedang bermata dua! Di satu sisi, dari menulis
memang banyak manfaat yang saya dapatkan. Saya pernah menuliskan ada 17 manfaat
yang sudah saya terima – silakan baca di tulisan berjudul Tantangan Perempuan Menulis di Era
Digital. Sementara itu, di sisi lain, sebagai seorang muslimah, saya kelak tentunya harus mempertanggungjawabkan
semua yang sudah saya lakukan kepada Allah subhanahu
wata’ala. Semoga saja, kelak di akhirat timbangan amal baik saya masih
lebih berat daripada timbangan perbuatan buruk saya. Adakah yang sama dengan saya,
terpikir akan hal itu?
Makassar, 30 Desember 2017
Catatan: gambar-gambar berasal dari Pixabay.com
Baca juga:
- Tantangan Perempuan Menulis di Era Digital
- Perempuan dan Blog
- Tips Ngeblog Menggunakan Tablet Ala Saya
- 16 Alasan Kenapa Saya Jadi Blogger
- Mengapa Saya Ikut Pemilihan Srikandi Blogger
- 3 Pertanyaan yang Mungkin Ditanyakan Selama Saya Ngeblog dan Bikin Happy
- Keajaiban Ngeblog untuk Seorang Emak Daerah
- Seandainya Tidak Ngeblog, Saya Tak Tahu Kalau Menulis Itu Terapi
- Ngeblog, Me Time yang Bukan Sekadar Refreshing
Share :
InsyaAllah jika memang niat menulis itu baik, maka Allah pun akan menilai baik ya mba Niar.... sukses terus buat mba Niar :)
ReplyDeleteAamiin. Semoga ya, Mbak Santi. Dan semoga saja tidak ada tersalah yang fatal yang Allah tidak suka, ya.
Deletewah iya mbak, saya juga kadang berpikir bagaimana mempertanggung jawabkan tulisan saya di hadapanNya nanti
ReplyDeletetapi insha allah selama ada niat menulis yang baik dan bermanfaat, tulisan kita akan menjadi ladang amal kelak, amin
Aamiin. In syaa Allah, ya, Mas.
DeleteWah, makasih mba, saya jd diingetin jg... Krn walau niat nulisnya baik tp kalau ada yg salah tangkap jd serem jg ya
ReplyDeleteItu juga, Mbak. Tapi kalau salah tangkap dan kita yang benar, mungkin masih mendingan ya ketimbang kitanya memang salah tetapi tidak merasa sementara orang mengira itu benar dan mengikutinya ..... haduh.
DeleteSelama kita yakin apa yang kita tulis itu baik dan bermanfaat, Insya Allah akan baik juga hasilnya ke pembaca 😊
ReplyDeleteKeep blogging, Kak Niar.
Semoga ya Ery.
DeleteMasalahnya, keyakinan kita belum tentu selalu benar. Yah, semoga saja tidak ada yang buruk.
Sama, aku juga kadang mikir gitu. Apalagi dalam cerita fiksi. Meski tidak mendominasi, tapi pasti ada saja adegan yang kurang baik. Apa kalau sapai ada yang meniru, aku juga ikutan berdosa? :'D
ReplyDeleteHmm, semoga tidak, ya Mbak Nisa
DeleteSaya juga pernah berpikir ketakutan yang sama. Ternyata saya nggak sendirian
ReplyDeleteSampai sekarang saya masih menganggap kertas punya level yang tertinggi dalam cita2 saya. Mungkin karena saya belum menghasilkan buku (solo) jadi hal2 ini masih terbayang.
Btw..pic nya serem lho :D
Iya, ya ... setiap orang punya keinginan, harapan, dan obsesi.
DeleteSaya pun dulu. Tapi setelah tercapai, baru ngeh kalau kertas itu sangat "berbatas"
wah kak Niar~
ReplyDeleteharapan dan ketakutan yang sama ~
InsyaAllah selalu menebar kebaikan lewat tulisan kak :)
Aamiin, Nunu. Semoga.
DeleteBaca tulisan ini, jadi ngerasa bahwa ketakutan2 saya hanya sepele saja Kak. Bagaimana kalau tulisan saya dinilai jelek, nggak ada manfaatnya, dll.
ReplyDeleteJadi malu dengan Kak Niar.
Kelak ketika dimintai pertanggungjawaban, semoga nilai kebaikan yang ada jauh lebih banyak ya Kak Niar^^
Kalau dinilai jelek, mah .. cuek saja, Nyak. Kadang-kadang ada faktor "selera" hehehe. Kita percaya diri saja. Setidaknya pertambahan page views di dasbor menunjukkan, ada yang mampir di blog kita hehe. Aamiin semoga nilai kebaikan yang kita buat jauh lebih banyak yaa
DeleteKetakutan saya adalah khawatir banyakan advertorial dibanding tulisan lainnya. Wkwkwkwkwk.. Nanti itu blog jadi macam etalase produk. Kan gak asyik :(
ReplyDeleteMakanya sekarang mulai mengimbangi..
Hahaha. Memang harus diimbangi. Diusahakan yang bukan advertorial lebih banyak. Moga2 kita bisa, yaa
DeleteHaha aku pun napas nulisnya pendek kak..tapi menulis di blog pun kadang harus panjang ye kan.. pokok e tetep semangat menulis yang positif dan bermanfaat yaa
ReplyDeleteToss ya Mbak Dian. MEnulis yang bermanfaat :)
DeleteTidak ada kata terlambat untuk mulai ngeblog dan belajar nulis ya, Kak. Pun saya masih lebih nyaman nulis di blog. Rasanya bahagia bisa jadi diri sendiri.
ReplyDeleteTapi, buat saya, kak Niar ini sangat produktif, loh. Bisa memiliki target nulis itu aja udah keren banget.
Yup, nyaman dengan diri sendiri. Mau menulis saja tanpa iming-iming materi mah santai saja ya Ipeh.
Delete