Perjalanan Mencari Bank Sampah ini merupakan tulisan pertama yang saya buat mengenai bank sampah. Berisi mengenai kisah mula-mula saya mencari tahu dan menemukan bank sampah. Tulisan ini dulu pernah saya upload di Blogdetik pada akhir tahun 2014, namun sayangnya blog di Blogdetik sudah tutup beberapa lama tapi baru saja saya ketahui beberapa hari yang lalu. Hampir saja tulisan ini hilang begitu saja, untungnya saya masih punya arsip di laptop, jadi saya repost di sini. Selamat membaca.
Saya sudah cukup lama mendengar tentang bank sampah. Tapi baru akhir-akhir ini tergerak untuk mencari tahu keberadaannya di kota Makassar, tergerak setelah membaca sebuah posting-an bagaimana bank sampah di sebuah daerah di pulau Jawa berhasil melepaskan warga dari jerat rentenir dan setelah melihat status bu Indari Mastuti – pengusaha yang mau memiliki rekening di bank sampah di Bandung. “Sepertinya bagus juga kalau saya punya rekening di bank sampah,” pikir saya.
Setelah browsing
di internet, saya mendapatkan data Daftar Nama Bank Sampah Kota MakassarTahun 2014. Ada 3 lokasi bank sampah yang letaknya tak jauh dari rumah kami:
Bank Sampah Pelita Harapan di Jalan Pelita IV, Bank Sampah Pelita Bangsa di
Jalan Ballaparang I No.11, dan Bank Sampah Dahlia di Jalan Sungai Saddang Baru
lorong Mu'min II. Lalu saya pun meminta suami menemani perburuan bank sampah
ini.
“Saya mau cari bank sampah. Siapa tahu bisa buka
rekening di sana,” saya meminta izin pada Ibu.
“Untuk apa? Kau mau jual sampah? Seperti tidak
ada pekerjaan lain saja!” sahut ibu saya.
Deg.
Saya lupa kalau sering berbeda pendapat dengan Ibu.
Seharusnya saya tak usah dulu menceritakan ide yang bagi sebagian orang
kontroversial ini. Tapi sudahlah. Tekad saya sudah bulat. Saya ingin sekali
menemukan bank sampah hari ini. Menarik mengetahui ada "bank" yang bisa membantu menyelesaikan masalah sampah di kota Makassar. Alamat-alamat itu berada hanya dalam radius
satu kilo meter dari rumah kami. Sayang sekali kalau saya tidak menemukannya.
Maka di bawah hujan gerimis, usai mengantarkan
makan siang Affiq di sekolahnya, perburuan pun dimulai.
Walau alamat yang saya peroleh tidak lengkap,
tidak begitu sulit menemukan papan bertuliskan “Pengelolaan Bank Sampah Pelita
Harapan Kota Makassar”. Tapi kami tak menemukan satu orang dewasa pun yang bisa
ditanyai di sana. Dua rumah yang ada pernak-pernik “bank sampah”-nya pintunya
terbuka tapi tak terlihat orang dewasa di dalamnya. Di rumah yang satu hanya
ada 3 orang anak-anak sedang nonton film animasi Masya and the Bear di televisi.
Saya mengetuk-ngetuk pagar rumah yang di dalamnya
terdapat 3 bocah itu.
“Assalamu ‘alaikum.”
Tak ada reaksi. Saya mengulangi lagi memberi
salam. Tak ada reaksi juga. Saya ulangi lagi.
Masih tak ada reaksi.
“Sepertinya kali ini kami harus puas dengan
melihat-lihat spanduk-spanduk tentang bank sampah,” saya membatin. Melihat
spanduk-spanduk itu saja saya sudah senang. Setidaknya saya tahu kalau bank
sampah yang ada di Jalan Pelita ini memang nyata, buakn fiktif. Dan sepertinya
masih berjalan. Karena ada beberapa tempat menyimpanan barang – sepertinya
tempat penyimpanan sampah di situ.
Saya mengajak suami untuk pulang. Saat helm sudah
terpasang di kepala, seorang lelaki dewasa keluar dari rumah satunya. Saya bergegas
mendatanginya.
“Pak, bank sampahnya sudah tutup?” tanya saya
“Biasanya hari Minggu baru buka. Memangnya mau
buka sekarangkah?” lelaki itu balik bertanya.
“Ooh, Saya tidak tahu, Pak. Saya ke sini justru
mau bertanya. Saya lihat di internet ada bank sampah di sini.”
“Dari mana ki’?”
“Saya blogger,
Pak. Saya suka menulis di internet.”
“Biasanya hari Minggu baru buka. Jam dua. Tapi
besok mau ada acara di sini. Kita mau pasang tenda.”
Bapak itu menjawab dengan ramah semua pertanyaan
saya. Tapi saat saya meminta namanya, dia menolak. “Tunggu dulu, Saya carikan ki’ orang yang bisa layani pertanyaan ta’,” ujarnya.
“Jangan mi,
Pak. Kita’ mi saja,” saya meminta
dirinya saja yang bersedia saya tanya-tanyai.
“Jangan Saya. Tunggu maki’,” lelaki itu meminta saya menunggu seseorang yang dianggapnya
lebih layak menjelaskan segala sesuatunya tentang bank sampah.
Waduh. Padahal saya cuma mau tanya proses
pembukaan rekening di bank sampah Pelita Harapan ini.
Makassar, 9 Desember 2014
*Bersambung*
Baca juga:
Baca juga:
Catatan: foto-foto dalam tulisan milik pribadi dan diambil pada tahun 2014. Gambar paling atas berasal dari Pixabay.com
Share :
Menunggu cerita selanjutnya..
ReplyDeleteSudah tayang, Mbak Hanna. Semuanya ada 4 tulisan :)
Delete