Saya
datang terlambat karena sebelumnya ribet dengan urusan di rumah dulu. Saat saya
tiba, Luthfia Zein Pettarani sedang berbicara di hadapan para
peserta. Luthfia dari komunitas #ObatManjur (orang hebat main jujur) yang
tergabung dalam RELASI (Relawan Antikorupsi), menceritakan mengenai apa yang
dilakukan komunitasnya.
Marketing designer yang juga IT & Business Consultant ini menceritakan
mengenai board game yang menjadi
permainan alternatif mulai anak sekolah dasar hingga mahasiswa untuk
mengintegrasikan 9 nilai anti korupsi. Oya, 9 nilai anti korupsi itu adalah:
jujur, mandiri, disiplin, peduli, tanggung jawab, kerja keras, sederhana,
berani, dan adil.
Nara
sumber berikutnya adalah Reni Susanti
– Koordinator Peace Generation Chapter Makassar yang berbagi mengenai Peace Generation
yang menambil peran mendidik melalui perdamaian dengan metode tersendiri.
Ada
juga Sri Nurul Azizah Amir – Ketua Cabang
SIGi (Sahabat Indonesia Berbagi) yang menceritakan mengenai kegiatan SIGi melalui
kegiatan mengajar dan berbagi dengan anak-anak dari golongan ekonomi menengah
ke bawah. Salah satunya adalah SIGi Carakde. Carakde dalam bahasa Makassar adalah “Pintar”. Carakde merupakan kepanjangan dari Baca, Aritmatika, Dakwah, dan
English.
Nara
sumber lelaki satu-satunya: Darmawan
Denassa menceritakan
tentang inisiatifnya dalam mengembangkan Rumah Hijau Denassa (RHD) menjadi tempat belajar anak-anak. Siapa pun bisa
datang belajar di sana, untuk mengenal lingkungan hidup dan kearifan lokal yang
ada di dalamnya.
Najelaa
Shihab, adalah orang
yang paling bikin saya penasaran. Inisiator dari Kampus Guru Cikal dan Rumah Bermain Cikal ini memang bergerak dalam dunia
pendidikan. Menggagas gerakan Pesta Pendidikan yang menghimpun para komunitas
dan pemerhati pendidikan untuk bergerak bersama, gerakan ini berganti nama
menjadi Semua Murid Semua Guru. Suka sama istilahnya dan sesuai dengan apa yang
saya pahami. Dalam pemahaman saya, kita semua sebenarnya bisa belajar dari
seorang anak kecil ataupun melalui orang gila sekali pun.
Pesta
Pendidikan memulai aksinya di tahun 2016. Setelah dua tahun, ada yang berbeda.
Kebanyakan organisasi ingin saling belajar satu sama lain. Oleh sebab itu, ada
Ngobrol Publik yang dilaksanakan setiap bulan. Yang saya hadiri kali inilah
contohnya, in syaa Allah alah
dilaksanakan secara berkala, setiap bulan satu kali.
Selain
Ngobrol Publik, Najelaa menjelaskan mengenai Janji Publik sebagai rangkaian
PeKan. Janji Publik merupakan program inkubasi. Ada satu ide yang dieksekusi
bersama-sama. Contohnya PPI (Persatuan Pelajar Indonesia) yang sedang studi di
luar negeri mengajak guru untuk belajar di luar negeri agar sepulangnya ke
Indonesia bisa melakukan sesuatu yang lebih baik lagi.
Pada tahun 2017, peserta PeKan 250 komunitas dan organisasi, 5 kementerian dan lembaga, 31 media, dan puluhan ribu guru, orang tua, dan siswa. Menghimpun data mereka yang mau bergerak bersama-sama di 252 kabupaten/kota
seindonesia, para anggota diharapkan bisa bergerak bersama. Jika sama-sama
punya program untuk anak-anak di wilayah tertentu bisa saling berkolaborasi.
Najelaa Shihab |
Dalam
pikiran sederhana saya, misalnya board
game Keranjang Bolong untuk anak-anak PAUD dan TK atau board game Terajana untuk usia SD, dan board game D’Hospital (yang berpesan bahwa korupsi bisa terjadi di
mana-mana termasuk lewat fasilitas umum seperti rumah sakit, lewat game ini pemain belajar bagaimana cara
menyiasatinya) dari #ObatManjur bisa digunakan untuk memfasilitasi organisasi
atau komunitas atau sekolah lain di Makassar.
Cerita
Denassa membuat saya sangat terpukau. Sudah pernah membaca kisahnya, juga
menontonnya di televisi, tetap saja saya terpesona ketika kisah RHD kembali
mengalir dari Denassa. Denassa mengumpulkan tanaman-tanaman endemik dan
menemukan banyak cara mengajarkan banyak hal menarik kepada anak-anak. Tak
jarang dirinya datang ke sekolah-sekolah dan mengajarkan anak-anak tentang
alam. Bukan hanya jenis-jenis tanaman saja, melainkan juga soal sosiologi,
ekonomi, dan kultural. Investasi yang diajarkannya pun bukan dengan mengejar
saham atau bunga bank, melainkan menanam pohon mahoni dan jati.
“Di
RHD anak-anak juga belajar jujur, antri. Kalau datang malam mereka memainkan
permainan malam. Ada materi maskulinitas tanaman, feminitas tanaman, dan
nama-nama kampung dari tanaman,” ujar Denassa.
Menurutnya,
anak-anak seharusnya diajari dengan lingkungan yang dikenalnya. Anak-anak di
Sulawesi Selatan jangan diajari tentang zebra tapi diajari banyak-banyak tentang
seluk-beluk ayam dan sapi supaya kelak mereka bisa jadi pengusaha sapi atau
ayam.
“Sekolah
itu candu. Sekolah itu di waktu senggang, di waktu senang,” pungkas Denassa. Iya, kan. Seharusnya anak-anak kita belajar
sembari bersenan-senang supaya apa yang dipelajarinya lebih mudah tertanam
dalam dirinya.
Di
Makassar kan sudah banyak yang peduli dengan pendidikan dan mereka bergerak
dengan visi dan misinya masing-masing. Contohnya yang menjadi nara sumber dalam
Ngobrol Publik ini. Masih banyak lagi yang lainnya, sih, seperti LeMINA (saya
kebetulan duduk di dekat para relawan LeMINA di acara ini). Sebelum ngeh tentang Pesta Pendidikan atau Semua
Murid Semua Guru ini, saya menyaksikan LeMINA sudah berkolaborasi dengan banyak
komunitas, termasuk dengan IIDN Makassar yang saya gawangi. Menurut Luthfia,
#ObatManjur juga sudah berkolaborasi dengan beberapa komunitas. Well, mudah-mudahan setelah ini
kolaborasi di antara para pemerhati dunia anak semakin berdaya dan bermakna.
Bersesuaian pula dengan apa yang dikatakan Najeela, “Capek kerja sendiri karena
memikirkan sendiri.” Yes, kalau bisa
barengan kenapa harus kerja sendiri?
Makassar, 23 Maret 2018
Share :
Setuju, bersinergi lebih baik. Apalagi tujuannya sama. Sama-sama peduli dengan pendidikan Indonesia
ReplyDeleteWah kok keren bgt ya, makassar punya banyak relawan yg peduli dg dunia pendidikan. Semoga di daerahku pun makin banyak relawan untuk mengedukasi ortu. Suka sedih kl ortunya sendiri nggak memberikan kehangatan di rumahnya..
ReplyDeleteSemoga event pesta pendidikan terus sukses bergerak mengedukasi anak2 indonesia menjadi generasi yang siap mental, cerdas, dan kreatif
ReplyDelete