Dion Wiyoko membawakan
peran sebagai Onggy dengan gemilang. “Akting yang wajar” – kata saya untuk
orang-orang yang bermain dengan natural dalam sebuah lakon. Ya, seperti Dion.
Pun seperti Laura Basuki yang menjadi istri Onggy dalam film ini. Saya pun suka
dengan aktingnya. Ah, masih ada sederetan nama lain yang bermain apik. Ada
Aline Adita, Baim Wong, Delon Thamrin, Melisa Karim, dan komika Indra Jegel serta
Fajar Nugra.
Tak melulu jatuh-bangunnya memperjuangkan hidup, film
ini dibalut pula dengan komedi situasi ketika Onggy dikawani 3 room mates konyol asal Jawa Barat,
Sumatera Utara, dan Papua selama tinggal di kamar kos di Surabaya. Ketiganya
mewarnai suka dan duka perjuangan hidup Onggy selama masa lajang yang
kebanyakan scene-nya berurusan dengan
makanan, mulai dari apel, sambal, hingga jagung bakar 😝
Romansa Achun (Onggy Hianata) dan sang istri |
1. Keberagaman itu indah.
Syaratnya
disebut Indonesia adalah karena kita berbeda. Ada Indonesia keturunan Bugis, keturunan
Jawa, keturunan Tionghoa, dan sebagainya. Sepenggal kalimat itu dilontarkan
oleh salah seorang pendukung film saat meet
up dengan mereka di depan XXI Trans Studio Mall sebelum premiere. Maaf, saya lupa siapa yang
mengatakannya karena saya datang setelah perkenalan para pendukung film Terbang
selesai.
Meet up dengan pendukung film Terbang Menembus Langit di Makassar |
Walah malah
nyaris ngelantur, ya. Yang mau saya
bilang: potret keberagaman ada di dalam film ini. Mulai dari pergaulan Onggy di
daerah asalnya di Tarakan (Kalimantan Timur) hingga merantau ke Surabaya lalu
ke Jakarta. Penggambaran keberagaman dalam film ini indah. Bahkan ketika
kerusuhan 1998 pun dilukiskan dengan hati-hati sekali dan menyelipkan pesan
keberagaman yang indah di dalamnya.
2. Kesetiaan mampu mendukung untuk
bangkit dari kegagalan.
Kuatnya karakter istri Onggy terdeskripsikan dengan
gamblang. Mendukung suami berpindah tempat dan berpindah pekerjaan menguatkan
sosok Onggy untuk terus bangkit dari kegagalan yang bertubi-tubi. Akting apik
dari Laura Basuki membuat sosok istri Onggy itu jadi sempurna. Kewajaran seorang
istri di posisinya saat merasa sedih, kecewa, marah yang berubah-ubah kadarnya,
diselingi tawa dan lirikan manja di saat lain, terwakili dengan indah pada diri
Laura Basuki. Laura memang bisa mengimbangi berubah-ubahnya akting Dion dalam
menggambarkan keadaan emosionalnya yang juga berubah-ubah. Dalam film ini, Dion
harus membawakan emosi cemas, ceria, sedih, kasmaran, marah, hingga frustrasi.
Akting Dion Wiyoko |
3. Keuletan tiada tara adalah syarat
kesuksesan.
Onggy adalah contoh sosok yang ulet tiada tara! Cerminan
dari kelebihan para keturunan Tionghoa yang saya dengar. Kalau butuh motivasi,
seraplah inspirasi dari film ini. Dialah sosok sentral makanya film ini dibuat.
Kalau dirimu pejuang kehidupan yang saat ini sedang berjuang mengalahkan
tantangan dahsyat atau yang sedang terpuruk dan butuh suntikan nyali untuk
bangkit, barangkali di film ini ada serum yang kau butuhkan! Pertanyaan “Kau
tak bosan gagal?” yang ditujukan pada Onggy, tak pernah menjatuhkan mentalnya!
Official trailer film Terbang Menembus Langit
Selaksa pujian di atas harus saya hentikan sampai di
sini untuk beralih membahas dua ganjalan kecil. Kecil saja namun saya berharap
ke depannya agar pembuat film berhati-hati karena tetap rasanya ada yang kurang
jika ada bagian film yang tak logis maka saya mencatat hal ini:
Bugis tak sama dengan Makassar.
Foto: by Abby Onety |
Oya, satu lagi warning yang ingin saya sampaikan.
Kalau mengajak anak menonton, agar anak menyimak dengan baik memang sebaiknya
mengikuti anjuran bahwa film ini diperuntukkan bagi usia 13 tahun ke atas.
Mengapa? Karena ada 2 hal:
1. Adegan kissing.
Ada satu – hanya satu adegan kissing yang tak elok dilihat anak-anak di film ini, yaitu adegan
pernikahan Onggy dan istrinya. Kissing-nya
itu di bibir, lho Ayah, Bunda. Saya saja – yang masih konvensional ini – risih
melihatnya. Buat orang lain mungkin biasa saja, saya saja yang risih. Lha bukan budaya saya,
toh 🙈
Ketika hamil anak pertama, istri Onggy sempat
mengalami pendarahan. Adegannya memperlihatkan darah mengaliri paha istri
Onggy. Saya pikir akan sulit menerangkan adegan ini pada anak yang masih sangat
kecil. Ya, kalau tetap mau membawa anak kecil, siap-siap saja kalau-kalau anak melontarkan
pertanyaan ajaib tentang adegan darah di paha itu, ya Ayah, Bunda? 😘
Well, over all,
ganjalan-ganjalan di atas tidaklah meruntuhkan keelokan film ini untuk dijadikan
hiburan yang bergizi bagi keluarga. Maka usai menontonnya bersama kawan-kawan blogger dan media, saya bersedia
menjawab pertanyaan "baguskah film TERBANG" ini dengan jawaban
lantang "BAGUS!!!" So, guys,
catat tanggal mainnya serentak di bioskop-bioskop seluruh Indonesia film Terbang Menembus Langit mainnya 19 April ini!
Makassar, 4 April 2018
Share :
Catet dulu ah tanggal tayangnya. :D Biar gak ketinggalan nanti pas mau nonton.
ReplyDeleteYuk dicatat, dicatat :)
Deletemakasih reviewnya mba Niar, berarti anak saya belum bisa nonton film ini. pengen ketawa dengan bulu mata cetar..hehe..ya film juga walau fiksi harus logis ya
ReplyDeleteBagusnya jangan di bawah 13 tahun. Di samping itu, filmnya memang temanya cocoknya untuk mereka yang sudah berpikir tentang kehidupan. Kalo 13 tahun ke atas mungkin memang sudah cocoklah ya
DeleteDion Wiyoko dan Laura Basuki.. dua bintang film favoritku.. gak sabar nungguin 19 April nih kak :D
ReplyDeleteYes, mereka keren. Nonton berdua suami, Prima :)
DeletePingin nonton filmnya nih, jadi gak sabar.
ReplyDeleteYuk, catat tanggal mainnya, Mbak :)
DeleteJadi ada adegan kissing, jadi gak bisa ajak adek nih. :D
ReplyDeleteSatu kali saja sih. Kalau sudah tahu kira-kira di bagian mana, adek ditutup matanya hihi. Lho, ngawur :D
DeleteMending jangan dibawa, lah. Kasihan anaknya. Anak-anak pantasnya nonton film ceria khas anak-anak, jangan film tentang kehidupan hehe.
inginku terbang ke Makassar kak...heheheh..
ReplyDeleteHayuk siniii :*
DeleteMantap reviewnya. Bikin pingin nonton nih😊
ReplyDeleteBeneran keren filmnya, Mbak Farida, ini tulisan tulus karena senang. Film yang patut dijadikan pilihan di bulan ini :)
DeleteOMG! Tarakan itu kota kedua ku sebelum pindah Jakarta Niar ^^
ReplyDeleteWuaaah, Mbak Tanti pernah di Tarakan ternyata, ya. Jadi mirip Pak Onggy, ke Tarakan tapi beliau ke Surabaya dulu, lalu ke Jakarta. Eh, jangan-jangan Mbak Tanty kenal sama Pak Onggy?
DeleteKayaknya kudu nonton ini filem, suka dengan tema2 macam ini, perjuangan dalam hidup
ReplyDeleteWajib nonton Mbak :)
DeleteWah mba Niar udah nonton ya. Aku blm sempat nonton padahal kemarin ada yg nawarin tiketnya hehe
ReplyDeleteSudah, Mbak. Wah kenapa gak ikut nonton?
DeleteMesti ditonton nih nanti, kalo udah rilis. Sepertinya bagus filmnya.
ReplyDeleteRecommended, Mbak
DeleteKeberagaman itu harusnya mempersatukan kita ya mbak. Aku aja walaupun ga ada keturunan cina, tapi sipit. Terus sering diomongin cina. Padahal apa salahku dan orang cina coba?
ReplyDeleteIya, yang ngomong begitu perlu ditatar tuh
Delete