Di
awal pertemuan, Pak Zul menyamakan presepsi dengan para peserta. Selama ini brand hanya dipersepsikan sebagai nama/kemasan.
Padahal tidak. “Brand lebih dari
sekadar yang kita presepsikan, yaitu sebagai value, diferensiasi, identity,
promise,” ucapnya. Menariknya, masih
ada sederetan “makna” dari brand lagi
yang dijelaskannya.
Brand value menghasilkan kelebihan dari produk. Brand value dari Markobar, tetap dicari
orang meskipun harganya mencapai Rp. 90.000. Brand value GoJek membuat Astra mendanai IT-nya baru-baru ini. “Brand,
kalau tidak ada semangat – selesai,” tambahnya. Selesai. Tamat riwayatnya.
- Selain itu, brand membuat loyalitas. Sekarang ini, loyalitas penting. Orang-orang tertentu bisa loyal dengan brand tertentu.
- Brand menghasilkan emosi. Pak Zul mencontohkan, orang membeli air kemasan dengan meminta, “Ada Aqua?” meskipun yang akhrnya dibawa pulang bukanlah merek Aqua.
- Brand menghasilkan engagement yang membuat customer membela brand kita.
- Brand menghasilkan behaviour – kebiasaan unik customer-nya. Misalnya Indomie menghasilkan kebiasaan nongkrong di Upnormal.
Berikutnya
persamaan persepsi mengenai selling dan
marketing. Marketing itu apa yang dilakukan. Selling itu
menghasilkan omzet. Posisi branding dalam pengertian ini adalah:
“menjadikan kita apa”. Maka penting untuk mendefinisikan sendiri brand anda apa. Kalau ada yang bertanya,
bisa segera dijawab bagaimana kita mendefinisikan brand tersebut. Dan ingat pula bahwa marketing yang paling tepat
adalah dari owner-nya sendiri.
Cobalah
menjawab pertanyaan ini: apa positioning brand milik kita? Pak Zul memberi contoh Kiranti.
Secara kandungan bahannya, jenis minuman ini sebenarnya bisa dikonsumsi oleh
laki-laki tetapi branding Kiranti
mengkhususkannya untuk perempuan. Walaupun demikian, ketiga variannya
sebenarnya bisa saja diminum oleh laki-laki – tapi apakah ada lelaki yang mau
meminumnya?
Contoh
lainnya adalah bagaimana membahasakan popok anak-anak dan popok orang tua. Kalau
popok untuk anak-anak dibahasakan dengan “nyaman dan aman” maka popok orang tua
dibahasakan dengan “confidence”.
Fathia Izzati dengan 21 aksen English-nya
Nah,
penting membahasakan brand ke dalam digital marketing. Entah itu melalui
website, email marketing, media
sosial, content creative, SEO, SEM,
dan You Tube. Dari sini, Pak Zul masuk ke materi tentang video yang diakuinya
sebagai “gue banget”.
Mengapa
digital marketing? Pak Zul memberikah
alasan-alasan berikut:
- Lebih memberi nilai dan loyalitas terhadap brand.
- Desain, image, dan video dapat menyampaikan informasi produk lebih komunikatif.
- Copy writing lebih dapat meyakinkan pelanggan dalam mengambil keputusan.
- Lebih terukur kinerja dan dampaknya.
- Lebih tertarget dan fleksibel, dapat menentukan target berdasakan data.
- Terhubung terus dengan pelanggan dan remarketing.
Dengan
digital marketing, lebih mudah terjadi
AISAS (Attention, Interest, Search,
Action, dan Share) dari (calon)
pelanggan yang ujungnya dia bisa merekomendasikan produk kita kepada orang
lain. Maka dari itu, harus bisa membuat konten yang berkualitas, dengan
catatan:
Kontennya
dapat memberi kekuatan dalam proses pembentukan brand dan mendukung konsep inbound.
Konten
memiliki kemampuan menarik perhatian pemirsa dan membantu pemirsa untuk
mengambil keputusan.
Membuat
video yang enak ditonton, menurut Pak Zul adalah yang “sharing not
selling”. Tiga
kategori ini bisa digunakan: hiburan,
edukasi, atau inspirasi. Selanjutnya menjadi sesi yang paling menarik karena
kami disuguhi tontonan video-video yang menarik. Meskipun berniat menjual
sesuatu, video-video itu disajikan dengan bagus, membuat kita tak sadar sedang
dijadikan target jualan.
Oh, kecuali video milik Fathia Izzati. Eh, bisa dikatakan menjual, sih, ya. “Menjual kemampuan diri” sebagai You Tuber yang kalau kita suka maka kita akan datang kembali melihat video-video selanjutnya. Fathia Izzati membuat video sederhana mengenai 21 aksen dalam berbahasa Inggris. Sederhana sekali tetapi menarik karena dia terlihat sangat cerdas.
Bahkan
iklan rokok pun dikemas dengan sangat bagus membuat kita mengingatnya dengan
baik, seperti yang menyelipkan kata-kata “wani
piro”. Beberapa rujukan video yang ditampilkan Pak Zul adalah video Bedah
Rumah dari Bolang Makassar, video Gus Ipul yang memparodikan sebuah adegan
dalam film Dilan, Ramayana (tentang Ramadhan di sebuah keluarga kecil dengan
seorang nenek), dan Google Mudik Ramadhan.
Iklan
Ramayana dan Google Mudik Ramadhan ini menggugah, bisa membuat yang gampang
tersentuh menitikkan air mata haru. Dengan demikian, tujuan membangun merek
lewat video – yaitu menggugah emosi penontonnya tercapai. Sehingga pembuat
iklan berhasil membuat ikatan emosional yang ingin dibangunnya dengan
penontonnya.
Contoh iklan yang menggugah perasaan
Kalau mau tahu bagaimana kriteria iklan You Tube? Ini dia bocoran yang diberikan Pak Zul:
- Khas
- Bantu membuat pesan kita diperhatikan.
- Membuat orang cenderung membagikannya atau membicarakannya.
Makassar, 22 Mei 2018
Selesai
Simak juga tulisan-tulisan lainnya tentang Google Gapura Digital Makassar berikut ini:
- Belajar Efektifkan Website di Google Gapura Digital Makassar
- Kenalan Lagi dengan SEO dan SEM di Google Gapura Digital Makassar
- Belajar Handal SEO dan SEM di Google Gapura Digital Makassar
Share :
Iya ya Mbk iklan Ramayana itu idenya bagus banget ya, menyentuh banget, kreatif ya.
ReplyDeleteNah membuat yg khas itu terkadang yang butuh waktu ya mbak, apalagi utk pemula. Saya pikir ada banyak etos didalamnya; ketekunan, berpikiran terbuka, bisa adaptasi dengan perubahan, kerja keras dan cerdas... iyaa intinya mah, brand itu sangat penting, ibarat ruh kalee ya mbak. Tks sharingnya...
ReplyDeletesharing not selling, ilmu yang bagus, kebanyakan para pedagang langsung promosikan dagangannya sehingga membuat jenuh calon pembeli
ReplyDelete