Duduk
sembari menanti seperti ini membuat saya sekaligus bisa mengamati aneka perilaku orang
dewasa di sekitar saya. Salah satunya yang ada dalam foto sampah di bawah kursi
itu. Saya yakin kita semua tahu kalau Islam tidak mengajarkan kita untuk buang
sampah sembarangan. Indahnya tempat ini andai tiap orang membawa sampahnya
masing-masing dan baru membuangnya ketika mendapatkan tempat sampah. Yang hadir
di sini semuanya beragama Islam. Semuanya pasti tahu bahwa Islam mengajarkan “kebersihan
itu sebagian daripada iman”. Dan tidak ada dalam ajaran Islam yang membolehkan
kita mengotori lingkungan yang bukan tempat tinggal kita. Namun sayangnya, banyak yang melakukannya.
Baca tulisan sebelumnya: Mencari
Hikmah di Perhelatan Akbar Wisuda Santri
Panitia
beberapa kali menegur keras orang tua yang menghalangi jalan para santri menuju
panggung. Sampai mengatakan tidak bisa dibedakan mana anak-anak dan orang tua. Ya,
para orang tua berjejal di tepi panggung, menghalangi para santri yang hendak
naik ke atas panggung untuk menjalani seremoni wisuda.
Seorang
ibu mendesak anaknya untuk memotong antrean. Alasannya, ada orang-orang yang
naik sebelum nomornya dipanggil. Entahlah. Kalaupun itu benar, melakukannya
berarti membuat kita mengambil hak orang lain.
Semacam
ironi. Di tempat yang pemeran utamanya anak-anak seperti saat ini, sebenarnya kita
– para orang tua dituntut memberi teladan, untuk hal kecil sekali pun.
Anak-anak kita kelak akan mengingat apa yang terjadi di tempat ini. Terkadang saya bertanya-tanya, akan diingat sebagai orang tua macam mana oleh anak-anak yang mengenal saya.
Usai
Athifah menjalani prosesi wisuda santri, kami membicarakan apa yang terjadi saat itu. “Lihat,
banyaknya sampah,” kata saya. "Kalau semua orang bawa sampahnya, ndak kotor begini, di', Ma," ucap Athifah. Kami juga membicarakan beberapa hal lagi, seperti memotong antrean dan lain-lain.
Saat
melihat studio-studio foto mini sudah ramai dengan para santri, saya bertanya apakah
Athifah mau ikut berfoto. Awalnya nona mungil ini menggeleng namun kemudian dia
berkata, “Kalau ndak mahal ji, saya mau.”
“Tunggu
dulu, nah. Mama cek dulu uang yang Mama bawa baru kita tanya harganya,” saya ingat si
sulung Affiq dulu berfoto khusus mengenakan toga dan pakaian wisuda enam tahun
lalu. Saya tidak mau Athifah merasa dibedakan dengan kakaknya perihal foto itu
meskipun sebenarnya saya tak menganggap simbol seperti seremoni dan juga foto
sebagai sesuatu yang sangat penting. Toh kalau hanya berfoto, handphone bisa digunakan. Namun bisa saja berfoto ala studio foto "lain rasanya" bagi nona mungil ini. Dulu Affiq ikut wisuda yang dilaksanakan
TPQ dekat rumah kami. Panjang ceritanya mengapa TPQ yang sama – yang ditempati
Athifah belajar tidak menyelenggarakannya wisuda sendiri pada tahun ini. Saat Affiq
wisuda itu, soal foto ukuran 10R diurus oleh pembina TPQ-nya, sudah sepaket pembayarannya dengan sewa toga dan baju.
“Cukup
ji uangnya Mama,” saya memutuskan mengajak Athifah berfoto. Kami pun melenggang
ke salah satu booth foto. “Mau foto
sendiri atau sama Mama?” tanya saya. “Sama Mama,” ucap nona mungilku ceria.
Well, ajaran Islam bukan sekadar membaca
al-Qur'an tapi juga mengaplikasikannya dalam hal yang paling kecil dalam hidup
kita semacam menjaga lingkungan kita, kan ya? Semacam bagaimana menjadi orang
dewasa yang seharusnya, kan ya? Ajaran Islam itu diterapkan dalam segala sendi kehidupan, menyangkut ideologi, pemikiran, hingga perbuatan kecil semisal buang air kecil di toilet atau buang sampah pada tempatnya dan sabar menunggu giliran saat mengantre.
Mungkin
kita – para orang tua yang harus masuk TPQ dewasa dan belajar menjadi dewasa
yang sesungguhnya. Mungkin.
Makassar, 12 Mei 2018
Selesai
Baca tulisan sebelumnya, ya: Mencari Hikmah di Perhelatan Akbar Wisuda Santri
Share :
betul sekali mbak islam mengajarkan hal yang paling kecil tp justru itu banyak diabaikan mis sola bunag sampah, aku pernah seangkot dg ibu yang bawa anak, saat mau makan camilan, ibunya mengajak anak tuk berdoa , eh tapi ibunya buang sampah keluar angkot. Miris ya di sisi satu dia mengajarkan tuk gak lupa berdoa tp di sisi lain dia mnegajarkan hal yang juga dibenci islam
ReplyDeleteSepertinya perilaku nda mau mengantri itu ada di mana-mana. Baru-baru juga saya mengantar Kirana wisuda bersama RA se-kota Makassar. Begitu MC kasih tay kalau selanjutnya adalah acara salaman dan foto, langsung semua maju mengerumuni panggung, panitia sampai nda berhenti teriak-teriak minta orangtua untuk memberi ruang sedikit dan sabar antri. Saya kasihan sama anak-anaknya yang keliatan stres dan capek dikerubungi banyak orang begitu. Padahal kalau mau sabar, duduk manis menunggu nama RA nya dipanggil kan lebih enak.
ReplyDelete