Razan Najjar. Foto: Kaskus. |
Berdasarkan
Konvensi Jenewa 1949, tim medis yang bertugas – seperti dokter, juru rawat, dan
pembawa usungan tidaklah boleh dilukai apalagi dibunuh. Mereka punya hak
menjalankan tugas dari profesinya yang diatur dalam konvensi Jenewa itu. Dengan
demikian sangatlah jelas aturannya kalau petugas medis harus dilindungi di area
perang.
Razan
merupakan perawat yang bekerja secara sukarela untuk Palestinian Medical Relief
Society (PMRS). Dia ditembak saat tengah berlari menuju pagar perbatasan untuk
menolong korban yang terluka di Gaza.
Reaksi
saya kurang lebih sama dengan yang lain. Geram. Kejahatan perang yang tidak
boleh dibiarkan. Di sisi lain, salut dengan kebesaran jiwa seorang Razan yang
berani menempuh jihadnya di medan perang seperti ini.
“Yang
syahid tuh yang begini, bukan yang ngebom orang lain,” komentar seorang
netizen mengenai Razan. Yup, sebuah
tindakan yang mengatasnamakan jihad terjadi di bulan Mei lalu. Jihad salah
kaprah yang dikutuk banyak orang, termasuk orang Islam sendiri. Banyak orang
Islam yang berteriak, “ISLAM BUKAN TERORIS. TERORIS BUKAN ISLAM!” Bedakan
antara agama dan oknum! Saya sendiri ingin sekali memaki para pelakunya:
TERKUTUK dan aneka makian lain. Tapi kan tetap saja tak elok. Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam tak pernah
memberi contoh kita dengan cara memaki. Saya pun tak mau membiarkan diri saya
menjadi tukang maki.
Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia, disebutkan bahwa jihad adalah: 1) Usaha dengan
segala daya upaya untuk mencapai kebaikan; 2) Usaha sungguh-sungguh membela
agama Islam dengan mengorbankan harta benda, jiwa, dan raga; 3) perang suci
melawan orang kafir untuk mempertahankan agama Islam.
Di
Wikipedia disebutkan – dengan cara-cara sesuai dengan garis perjuangan para
Rasul dan Al-Quran. Sementara Rasulullah Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam tidak pernah mencontohkan perbuatan
seperti yang dilakukan para pelaku bom bunuh diri itu – apalagi melakukannya
bersama keluarga! Perang suci pun tidak dilakukan saat situasi aman seperti
umumnya di Indonesia. Jihad pun bukan melulu perang, bisa dengan pemikiran dan
berbuat kebaikan dalam meyakini Islam.
Kekerasan bersenjata tidak menunjukkan tindakan orang Islam. Pic: Pixabay. |
Dua
ayat di dalam al- Qur’an ini menjelaskan larangan membunuh:
“Wahai orang-orang yang beriman!
Janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil (tidak
benar), kecuali dalam perdagangan yang berlaku atas dasar suka sama suka di
antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sungguh, Allah Maha Penyayang
kepadamu.” [QS An-Nisa’: 29].
“Sungguh rugi mereka yang membunuh
anak-anaknya karena kebodohan tanpa pengetahuan, dan mengharamkan rezeki yang
dikaruniakan Allah kepada mereka dengan semata-mata membuat-buat kebohongan
terhadap Allah. Sungguh, mereka telah sesat dan tidak mendapat petunjuk.” [QS
Al-An’am: 140].
Maka
kalau ada yang melakukan seenaknya dengan mengebom tempat ibadah agama lain
tanpa ada situasi yang mengancamnya, bisakah disebut sebagai Islam yang taat?
TIDAK!
Karena sesungguhnya makna jihad itu
luas.
Membaca lalu mengamalkan atau menulis buku bisa jadi cara berjihad. Pic: Pixabay. |
“Dan orang-orang yang berjihad untuk
(mencari keridhaan) Kami, benar- benar akan Kami tunjukkan kepada mereka
jalan-jalan Kami. Dan Sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat
baik.” [QS Al-Ankabut 69].
Menurut
Yusuf al-Qardhawi jihad di sini adalah jihad moral yang meliputi jihad terhadap
hawa nafsu dan jihad melawan godaan setan. Sehingga jihad perang tidak termasuk
dalam ayat ini[1].
“Dan Sesungguhnya Tuhanmu
(pelindung) bagi orang-orang yang berhijrah sesudah menderita cobaan, kemudian
mereka berjihad dan sabar; Sesungguhnya Tuhanmu sesudah itu benar-benar Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.” [QS An-Nahl 110]
Sehubungan
dengan ayat ini, Yusuf al-Qardhawi berkomentar, bahwa jihad dalam ayat ini
adalah jihad dengan dakwah dan tablîgh,
serta jihad dalam menanggung penderitaan dan kepayahan. Sebagaimana yang
dilakukan umat Islam di Makkah sebelum berhijrah ke Habasyah. Di Makkah, mereka
mengalami penderitaan, penindasan, pengepungan, dan penyiksaan[2].
Jadi
sebenarnya, meyakini diri menjadi ibu rumah tangga yang baik, menjalani peran (sebagai ASN, kepala sekolah, pegawai swasta, dan sebagainya) dengan amanah (di antaranya dengan tidak megejar "uang panas"), berkata-kata yang
baik, menyebarkan kabar baik dengan tujuan menegakkan kebenaran seperti yang
diajarkan Islam, dan lain sebagainya bisa menjadi jihad. Blog atau media sosial
pun bisa menjadi ladang jihad. Menulis di blog atau media sosial bisa menjadi
cara berjihad.
Sebuah
hadits lain mengungkapkan:
“Jihad yang paling utama
adalah seseorang berjihad (berjuang) melawan dirinya dan hawa nafsunya” (Hadits
shahih diriwayatkan oleh Ibnu Najjar dari Abu Dzarr).
Ehm,
hawa nafsu bisa banyak hal. Bisa nafsu syahwat, nafsu makan, atau nafsu untuk
berdebat yang tak penting di media sosial. Mungkin juga nafsu untuk tenggelam dalam
dunia media sosial tanpa jelas apa manfaat yang diperoleh – hei, orang yang
aktif di media sosial seperti saya pasti tahu persis bagian ini. Saya pun kadang
kala melakukan hal yang unfaedah (istilah
jaman now yang berarti tak berguna) dengan menelusuri banyak
hal sampai tersadar lalu berhenti dan istighfar.
Berkata baik atau diam bisa jadi jihadmu di antara chaos di media sosial. Sumber: www.khalidbasalamah.com |
Dunia
maya seharusnya menjadikan kita makin bermanfaat dengan melakukan yang
bermanfaat atau menebar kebaikan. Jadi ingat beberapa orang pernah mengatakan,
mengapa saya tidak menggunakan blog untuk berdakwah? Di sini saya tegaskan lagi
– seperti yang saya katakan kepada mereka, bahwa kalau orang mengatakan apa yang mereka lakukan itu dakwah, maka saya
melakukannya dengan mengatakannya sebagai kegiatan “menebar kebaikan”.
Haruskah
selalu saya menyebutkan ayat suci atau hadits?
Menurut saya tidak. Kalau Anda mengikuti semua tulisan saya, akan terbaca bahwa
saya menulis dengan latar belakang saya yang beragama Islam. Cara pandang saya
tidak terlepas dari ajaran Islam yang saya yakini. Dan saya punya satu
cita-cita, menjadikan blog ini sebagai ladang amal jariyah – amalan yang akan mengalir terus kepada saya meski saya
sudah tak ada di dunia ini kelak. Amal jariyah
adalah ujung yang jauh lebih berharga daripada sekadar penghargaan manusia. Saya mungkin akan dikritik sebagian
orang jika berani mengatakan inilah jihad – menulis saya dalam rangka jihad
tapi sesungguhnya – inilah jihad saya. Apa
jihadmu?
“Barangsiapa yang menunjukkan kepada
kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti
orang yang melakukannya.” [HR Muslim]
“Barangsiapa yang keluar untuk
menuntut ilmu maka ia berjuang fisabilillah hingga ia kembali” [HR. Tirmidzi]
Makassar, 7 Juni 2018
Rujukani:
- Al-Qur’an.
- http://www.bbc.com/indonesia/trensosial-44354400.
- https://www.hipwee.com/feature/5-orang-yang-tidak-boleh-dibunuh-dalam-kondisi-perang-sekalipun-jadi-nggak-boleh-asal-tembak/.
- https://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/kalimah/article/download/488/788.
- https://muslim.or.id/31073-jihad-yang-paling-dasar.html
[1] Yusuf
Qardhawi, Fiqih Jihad..., 74, dari Konsep Jihad dalam Perspektif Islam - Jurnal
Studi Agama dan Pemikiran Islam oleh Rif’at Husnul Ma’afi dan Muttaqin.
[2]
Sama dengan no 1.
Share :
Artikel yang keren Mbak Niar, memang seharusnya begitulah pamahaman kita tentang jihad. Fitnah terhadap Islam sudah sangat banyak, semoga tak lagi ditambahi oleh oknum-oknum yang tak paham makna jihad.
ReplyDeleteKadang-kadang malah ditambah oleh orang-orang Islam yang tidak paham dan terkesan membenci agamanya sendiri, Mbak. Mereka tidak bisa membedakan mana paham agama dan mana paham oknum. Terima kasih Mbak Via sudah mampir ke sini.
DeleteSedih aku ama berita2 kemarin :(.. Yg ttg razan, juga bom bunuh diri yg membawa bawa anak2.. Kok bisa yaaa... Sbnrnya, darimana mereka punya pemahaman ngawur seperti itu. Pengetahuan agamaku blm banyak, bbrp kewajiban dlm islam aja ada yg blm aku jalanin. Tp aku ngerti Nabi sendiri ga pernah melakukan kekerasan kepada musuhnya. Ga pernah memaksa org utk memeluk islam. Trus orang2 keblinger itu belajar ato dicuci otaknya gimana sampe bisa belok :(
ReplyDeleteBanyak cara untuk berjihad ya mba. Benar termasuk dengan tulisan. Saya memilih berjihad dirumah. Tergantung bagaimana kita memahaminya, walau kadang dimanfaatkan buruk oleh sebagian kelompok
ReplyDelete