Ada
sedikit sesal lagi melepas bulan Ramadhan kali ini, dikarenakan saya merasa
belum maksimal memakani Ramadhan. Rutinitas di dalam rumah yang masih berkiblat
pada ibu saya mengharuskan 70 – 80 persen hari-hari terakhir Ramadhan berfokus
pada persiapan yang akan memuaskan panca indera ketimbang batin. Saya harus
mengikuti, dalam rangka birrul walidain (berbakti kepada orang tua).
Namun bakti saya, masih saja terasa ada kekurangannya karena satu dan lain hal.
Di
usia yang tak muda lagi, yang tengah bersiap menuju setengah abad … in syaa Allah
6 tahun lagi setengah abad, saya sebenarnya berharap porsi keseharian di akhir
Ramadhan lebih banyak kepada pengayaan batin bukan sekadar pemuasan panca
indera menghadapi lebaran. Namun, yah, sekali lagi tak bisa dihindari, memang
harus dijalani. Jadi, mari bergembira menyambut Syawal dengan segala
kemeriahannya, termasuk silaturahmi yang harus dilakoni besertanya.
Sehari
sebelum lebaran, saya mengambil pesanan ketupat dan burasa’pada Daeng
Banna (Ibu Nuraeni di Pasar Baru). Burasa’ adalah makanan khas Sulawesi
Selatan dan Sulawesi Barat yang terdiri atas beras yang dimasak dengan santan
lalu dibungkus daun, dengan cita rasa nan legit – saya bisa menyantapnya hanya
dengan sambal. Sungguh nikmat, beberapa hari di awal bulan Syawal menyantap
makanan ini.
Daeng Banna (Ibu Nuraeni), tiap lebaran menjual ketupat dan burasa'. |
Lebaran
hari pertama, kami bersilaturahmi ke rumah keluarga dekat. Pulang ke rumah, orang
tua saya menerima tamu – rata-rata para ponakan keduanya beserta keluarga
mereka. Di antara beragam kesibukan, saya masih sempat bereuni dengan teman SMA
seangkatan (SMA Negeri 2 Makassar yang bersekolah tahun 1989 – 1992), dengan
alumni kampus (Halal Bihalal Nasional ke-4 Ikatan Alumni Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin), dan dengan sahabat-sahabat semasa SMP, sekelas di SMPN 6..
Pembicaraan
yang lebih personal ada di reuni dengan sahabat-sahabat semasa SMP. Dulu kami
membentuk geng (ehm, namanya 5 Dara 😝 jiaah). Setamat SMP kami masih sempat bertemu beberapa kali, sih. Yaitu ketika
yang sudah tidak berdomisili di Makassar pulang ke Makassar. Namun semakin
lama, semakin jarang kami bertemu karena kesibukan masing-masing tidak
memungkinkannya. Tentunya sekarang ada begitu banyak kisah personal yang bisa
kami bagi – kami saling berbagi tepatnya, saling menguatkan, dan juga mengingatkan.
Ya tentang anak, tentang orang tua, dan tentang kehidupan kami masing-masing. Oya, tak ketinggalan tentunya perbincangan tentang masa-masa SMP. 😍
Sayangnya,
yang bisa hadir hanya 4 orang di antara kami, saya, Ifayanti, Rini Indrayanti,
dan Ira Miranti. Uli – Yulia Ekawati absen kali ini karena ada urusan keluarga
di luar kota. Tak ada waktu yang bisa mempertemukan kami berlima karena Ira
sudah harus balik ke Jakarta dan Rini masih ada agenda lain lagi di kota lain
sementara Uli baru balik beberapa hari kemudian.
Lucunya,
kami berempat sudah harus mengenakan kacamata yang ada ukuran plus-nya.
Sama-sama tak mau lagi mengonsumsi minuman bersoda dan tak mau minum es. Hanya
memilih meminum air putih biasa. Haha, sama-sama sudah berumur. Tapi pertemuan
seperti ini selalu mengasyikkan karena makin lama, pembicaraan kami makin “berkualitas”,
tidak lagi membicarakan hal-hal yang tak perlu. Senang sekali.
Well,
seperti itulah lebaran
saya kali ini. Selanjutnya, kehidupan akan berlangsung seperti semula, dengan
tugas dan kewajiban seperti semula. Sekali lagi, mohon maaf lahir batin, ya. Taqabbalallahu
minna wa minkum.
Makassar, 20 Juni 2018
Share :
Minum air putih memang menyehatkan.
ReplyDeleteMaaf lahir batin nggih.
Salam hangat dari Jombang
Iya Pakdhe. Sekaligus memudahkan detoksifikasi, ya. Mohon maaf lahir batin, Pakdhe. Terima kasih sudah main ke blog saya.
DeleteLebaran yang tenang ya Bimo :)
ReplyDeleteTaqabalallahu minna wa minkum, kak Niar 🙏
ReplyDeleteMomen lebaran emang selalu skaligus jadi momen reunian juga ya. Ketemu teman-teman masa sekolah yang udah lama gak ketemu, cerita masa-masa di sekolah, pasti ngangenin sekali dan kadang emang hanya bisa terjadi setahun sekali, ya di momen lebaran itu...
Taqabbal yaa Karim. Mohon maaf lahir batin yaa.
DeleteIya, kangen juga sama teman dan sahabat. Reunian bisa jadi ajang ketemuan secara selama ini ndak bertemu.
Serunya persiapan lebaran sampai setelah lebaran hehehehhe..
ReplyDeleteReuninya seru kak , udah sama2 harus pakai kacamata tp masih tetap menyisihkan waktu untuk ketemuan di momen lebaran, salut hehehe!
Mana fotonya kak? Kurang fotota berempat nih ehehehhe
Sudah pada rabun dekat, Qiah ... mata tua hahaha.
DeleteEh ada gang foto kami berempat di atas. Digabung tuh hihi.
Taqabalallahu minna wa minkum, selamat lebaran, mohon maaf lahir batin.
ReplyDeleteBanyak cerita mulai ramadhan hingga pasca lebaran ya... termasuk kerempongan dan tetek-bengeknya. Bahagia berkumpul bersama keluargan dan bla..bla.. bla...
Mohon maaf lahir dan batin kak.
ReplyDeleteSeru yah kak ketemu sama sahabat2 dengan banyak kesamaan kak.
Pembahasannya juga past udah berbeda dibanding jaman sklah dulu yah kak.
Btw kakak salam kenal yah
Saya juga merasakan hal yang sama. Setiap Ramadan saya selalu merasa kurang dan kurang. Maunya tidak lagi memikirkan tetek bengeknya persiapan lebaran, yah masalah bajulah, kuelah, masakan di hari lebaran dsb. Tetapi tetap saja terjadi, terutama sejak si bungsu beranjak remaja, dia maunya dan senangnya kalau pakai baju seragam maka jadi deh saya menjahit baju di H-5 lebaran.
ReplyDeleteSelamat lebaran dek, mohon maaf lahir batin.
Di umur segini aja aku juga mulai merhatiin makanan banget. Soda udh lama jd pantangan, ato yg manis2. Kecuali jus itupun ga pgn tambah gula. Biar manis alaminya aja :)
ReplyDeleteLebaran ini aku malah ga ada reuni ato ketemuan temen2 :p. Bener2 selama libur ama sodara dan keluarga. Abisnya temen2 sekolahpun pd murik semua. Ga ada yg di jakarta :D
Hehehe...tak terasa makin senior ya mak. Semoga dengan makin bertambahnya usia, kita makin dekat dan dicintai Alloh. Aaamiiin.
ReplyDelete