Generasi
Baby Boomers (lahir sebelum tahun 1969), generasi X (1969 – 1980), generasi
milenial atau generasi Y (lahir tahun 1981 -1994 ), generasi Z (lahir tahun
1995 – 2010), dan generasi Alpha (lahir tahun 2010 hingga saat ini). Dilihat
dari tahun-tahun tersebut – dari slide presentasi Mbak Di, saya masuk
generasi X sementara ketiga anak saya adalah produk generasi Z.
Perkembangan
internet pada masa saya tumbuh besar dulu sangatlah lambat. Saya baru mengenal
internet ketika lulus kuliah (tahun 1997). Saya masih melihat komputer yang
dioperasikan dengan sistem DOS saja. Saya masih melihat komputer Pentium 1,
bahkan generasi di bawahnya. Saya juga masih menggunakan disket berukuran 5 ¼
inci sebagai tempat penyimpanan data dan masih menggunakan search engine Astalavista.
Saya mendengar orang-orang menggunakan mIRC meskipun demikian saya tidak
tertarik menggunakannya. Handphone pertama dimiliki suami saya pada
tahun 2001, waktu itu SIM card masih mahal sekali. Selain itu, saya dan
teman-teman saya sekarang menjadi pengguna email dan WA, juga media sosial
seperti Facebook dan Instagram. Dari slide yang ditunjukkan Mbak Di,
generasi X berciri ingin menunjukkan kemampuan diri, berorientasi kesejahteraan,
dan memenuhi kebutuhan anak (secara positif).
Sementara
itu, generasi Z memiliki ciri-ciri perpindahan (khususnya teknologi) antara
satu hal dan hal lainnya sangat cepat. Contohnya saja, kita belum terbiasa
dengan Revolusi Industri jilid 3 tiba-tiba saja jilid 4-nya sudah di depan
mata. Selain itu, generasi ini mudah terganggu fokusnya, multi tasker, berjiwa
pengusaha, memiliki jaringan sosial tinggi, dan mengglobal.
Era digital
saat ini begitu memesona dan memunculkan banyak perkembangan yang memberi
manfaat. Namun selain itu, dampak negatifnya tak kalah besar dari dampak
positifnya jika kita tak memerhatikan atau memusingkannya. Gangguan kesehatan
dan gangguan psikologi adalah salah satunya.
Gangguan
psikologi contohnya NOMOPHOBIA (no-mobile-phone phobia), yaitu kecemasan
bahkan ketakutan berlebihan jika hidup tanpa HP. Mengenai gangguan kesehatan –
hal ini bisa muncul melalui radiasi antena HP. Mbak Di memperlihatkan sebuah
video yang memperlihatkan presentasi dari Dr. Devra Davis –
seorang epidemiologist mengenai akibat yang ditimbulkan dari radiasi
ini. Saya kasih bocoran, ya: bisa menyebabkan gangguan di syaraf wajah dan otak
akibat radiasi tersebut, stroke, gangguan di organ reproduksi laki-laki,
hingga kanker payudara! Terbayangkankah jika anak-anak kita yang mengalaminya
sementara kita saja yang orang dewasa ini bisa dengan mudah terkena
dampak-dampak negatif itu?
Dr Devra Davis - The truth about mobile phone and wireless radiation
“Siapkan budget sebesar 10 kali
lipat dari harga gawai,” tukas Mbak Di –
jika kita membiasakan anak dengan gadget. Perhitungkan biaya dokter-dokternya, semisal dokter ahli syaraf, dokter
onkologi, dokter ahli penyakit dalam, dan sebagainya. Bukan dampak penggunaan satu – dua –
tiga kali penggunaannya yang merugikan, melainkan AKUMULASI penggunaannya selama berhari-hari, berbulan-bulan,
bahkan bertahun-tahun!
Nah,
kira-kira, apa hal yang bisa dilakukan untuk meminimalisasi dampak-dampak buruk
itu? Dari yang disampaikan oleh Dr. Devra Davis, kita dianjurkan untuk set gadget ke mode AIR PLANE (yang bergambar pesawat terbang). Hal ini dilakukan agar
antena tidak mengeluarkan radiasinya karena sibuk mencari sinyal.
Yang
perlu disikapi orang tua pula adalah pada Revolusi Industri jilid, banyak
tenaga kerja manusia akan digantikan dengan robot. Revolusi Digital ubah perilaku bangsa. Manfaat perkembangan teknologi
adalah memudahkan kita. Anak tetap harus dilindungi. “Tapi jangan halangi potensi manfaat
agar tak gagal manfaat,” ucap Mbak Di.
Para pemenang game dari Pegadaian Makassar |
- Anak mudah terangsang sehingga sering masturbasi/onani, bahkan berzina.
- Mengalami kerusakan otak sehingga anak tidak memiliki rasa bersalah dan rasa malu.
- Melakukan penyimpangan dan kejahatan seksual.
“Bagian otak yang dirusak adalah Prefrontal Cortex – bagian yang
membedakan manusia dengan binatang. Jika bagian ini rusak maka jadi binatang.
Sifat kerusakannya seperti kecanduan narkoba tetapi kerusakannya seperti gegar
otak,” Mbak Di menjelaskan kerusakan otak akibat pornografi.
Penarikan door prize, Ndy Pada (www.ndypada.com) salah satu pemenang HP |
Bukan hanya berhenti pada KERUSAKAN OTAK. Akibatnya kalau otak anak rusak, kata Mbak Di, adalah:
- Berperilaku tidak wajar kepada masyarakat.
- Melanggar etika sosial.
- Memenangkan ego pribadi.
- Mengucapkan kata-kata yang tidak pantas.
- Tidak mampu memilih perilaku baik dan perilaku buruk.
- Tawuran pelajar.
Nah, sasaran tembak
pebisnis pornografi internasional ternyata bukan remaja tetapi anak lelaki yang
belum baligh. Kenapa anak lelaki yang belum baligh? Alasannya
karena:
- Anak laki-laki cenderung bekerja dengan otak kiri sehingga lebih fokus.
- Hormon seksnya lebih banyak daripada perempuan.
- Alat kelaminnya berada di luar sehingga lebih gampang distimulasi.
- Jauh lebih gampang membuatnya kecanduan ketimbang orang dewasa (kematangan fisik otak manusia pada usia 25 tahun). Jadi, sebelum matang fungsi otaknya sudah dirusak terlebih dulu dengan pornografi.
Bloggers bersama para nara sumber |
Pebisnis
pornografi internasional melancarkan 4 hal yang diistilahkan 4A ini:
- Acceptable (dapat diterima)
- Affordable (terjangkau)
- Agresif
- Anonymous (tanpa nama)
“Jangan
tanyakan MAU JADI APA kepada anak tapi tanyakan MAU BUAT APA KAMU KE DEPANNYA. Berikan sikap yang baik pada anak
Anda. Hargai anak Anda,” ucap Mbak Di. Waspadai sikap-sikap menyepelekan anak,
melemahkan, membanding-bandingkan, dan lain-lain seperti yang dipaparkan Mbak
Di dalam video ini:
Bagaimana menghadapi anak jaman now, bisa dibaca pada tulisan Cara Menjalani Peran Sebagai Orang Tua Jaman Now.
Makassar, 13 Juli 2018
Selesai
Catatan:
Materi
ini penyampaiannya sebenarnya sebelum bagian akhir tulisan yang lalu tetapi
saya salah ketika memperhatikan kembali catatan-catatan saya. Tidak apa, ya
saya tulisnya sebagai bagian akhir. Manfaatnya tetap bisa diambil. Bahwa gadget
itu dampak buruknya bisa besar sekali tetapi manfaatnya pun demikian dan
sebagai orang tua, kita perlu waspada.
Sekali lagi, terima kasih banyak
kepada Pak Bagus Dibyo Sumantri,
Pak Amal Hasan, dan Mbak
Nyi Mas Diane W. S.
Semoga semua ini berkah dan
bermanfaat bagi orang banyak.
Baca
juga tulisan-tulisan sebelumnya:
- Talkshow KerLip untuk Orang Tua Hebat di Jaman Now
- Pantaskan Diri Menjadi Orang Tua dengan Mempelajari Perkembangan Jaman Now
- Tips Agar Anak Aman Menggunakan Gadget
- Peran Orang Tua dan Pornografi dalam Gadget
- Cara Menjalani Peran Sebagai Orang Tua Jaman Now
Juga
tulisan-tulisan berikut ini:
- Komunikasi dan Edukasi Seksual untuk Anak di Era Digital (1)
- Komunikasi dan Edukasi Seksual untuk Anak di Era Digital (2)
- Bersama Anak Hadapi Tantangan Zaman Digital
- Sosialisasi Peduli Sahabat: Atasi Kecanduan Pornografi dengan Menjadi Sahabat Anak
- Jaga Anak-Anak Kita dari Bahaya Kejahatan Seksual
- "Gunung Es" Berupa Kasus-Kasus Kekerasan Seksual pada Anak
- Sosialisasi Peduli Sahabat: Tentang Orientasi Seksual dan Pentingnya Peran Orang Tua
- Catatan dari Seminar Islamic Parenting
[1]
MRI: pemeriksaan yang memanfaatkan medan magnet dan energi gelombang radio
untuk menampilkan gambar struktur dan organ dalam tubuh, dari
www.alodokter.com.
Share :
Beresikonya gawai untuk pertumbuhan anak yah kak, anak skarang sudah punya akses lebih luas ke konten-konten negatif. Jadi merasa sedikit bersyukur, dijamanku dulu belum begitu ramai akses internet masih tak tak sep sekarang.
ReplyDeleteOrtu zaman now harus juga lebih pintar dari pada anak kekinian. Mengerti tekhnologi dan pergaulan mereka bisa jadi senjata kita untuk melindungi anak-anak dari pergaulan yang salah.
ReplyDeleteAnak laki-laki ternyata sasaran empuk pornografi, bacanya seram tapi itu kenyataannya ya. Generasi Z memang generasi digital yang mau tidak mau ya gadget adalah bagian dari dunia dan zaman mereka. Ka Niar ulasannya lengkap sekali, permateri per blog post, mantab👍.
ReplyDeleteAdalah tantangan orang tua untuk menciptakan kegiatan-kegiatan kreatif bagi anak supaya anak tidak tergoda untuk memegang gadget. Sebab sebetulnya alasan utama orang tua untuk memberikan gadget kepada anak adalah agar anak bisa menemukan kegiatan bermain melalui gadget tersebut.
ReplyDeletememang sebaiknya kak anak yang diberi fasilitas lebih seperti gadget harus dikontrol. bahaya untuk pertumpuhan mereka kasian anak bangsa semakin lama semakin canggih teknologi dan semakin banyak pula yang ingin merusak
ReplyDeletengeri juga ya kalau sampe kejadian dampak buruknya itu ke anak2 huhu anakku nih juga sudah mulai saya natasi screennya, nanti malam pi baru boleh pegang hape , tapi sisi positifnya dia jd lebih cepat tau warna angka huruf lewat youtub yang saya save kan videonya eheheh
ReplyDeleteSalam Mbak Bro
ReplyDeletePokoknya harus diajarin sejak kecil.
Jangan sampe belajar sendiri dan salah sendiri.
Eh ga dapat dukungan dan rusak sendiri.
Mauliate
Terimakasih
selalu lengkap , susah buat nambainnya, peran ortu sangat penting ya dalam mebimbing penggunaan gadget
ReplyDeleteBanyak bahayanya bila orangtua abai. Ulasannya sangat bagus dan lengkap. Terima kasih sudah berbagi...
ReplyDeleteKecemasan dan ketakutan tanpa gawai kini sudah mewabah, dan sepertinya sudah menjadi akut.
ReplyDelete