Lelaki 45 tahun berkaca mata yang lulusan Statistik MIPA ini ternyata pernah kuliah di
Kedokteran tapi tidak selesai. Dia aktif sebagai relawan TIK Indonesia dan
pernah menjadi ketua Relawan TIK Sulawesi Selatan. Relawan TIK ini secara
nasional menjadi partner Kominfo. Ssalah satu tugas yang dilakukan Pak
Eyank adalah me-review postingan yang dilaporkan ke ICT Watch dan
diteruskan ke Google. Selain itu, bapak beranak 7 ini juga menjadi konsultan
ICT di beberapa instansi pemerintah dan swasta dan berkedudukan sebagai leader
of Google Educator South Sulawesi (Google for Education merupakan program CSR
Google dalam dunia pendidikan yang diberikan gratis kepada institusi pendidikan).
Pak
Amal memulai presentasinya dengan beberapa quote, yaitu:
- Didiklah anakmu sesuai zamannya karena dia akan menghadapi zaman yang berbeda dengan zamanmu.
- Jangan larang anakmu mendekati sungai karena takut dia tenggelam tapi ajarilah dia BERENANG.
- Teknologi itu mudah dan memudahkan. Yang membuatnya terasa SULIT adalah karena dia MENGUBAH KEBIASAAN.
Begitu banya perkembangan teknologi sekarang yang tidak orang
tua ketahui.Wawasan kita sebagai orang tua begitu terbatas. Sebagai ilustrasi,
dicontohkan Pak Amal adalah mengenai mesin cuci piring yang belum tentu semua
orang tua paham seperti apa mesin cuci piring itu. Sementara itu, anak jaman
now yang belum tahu baca-tulis saja sudah bisa mengoperasi gadget hanya
DALAM HITUNGAN JAM. Well, saya mengalaminya juga. Anak bungsu saya yang speech
delay, ketika bicaranya masih sangat minim dan belum tahu baca-tulis, sudah
paham cara mengubah atribut user di laptop saya. Dia beberapa kali
mengubah saya menjadi user biasa dan dirinya menjadi administrator karena dia paham otoritas administrator lebih tinggi daripada user biasa.
Bahkan dia pernah mengubah password seseorang yang sampai sekarang tidak
ada yang tahu bagaimana caranya dia masuk ke komputer orang tersebut yang password-nya
terpasang. Sekali waktu dia bisa masuk ke gadget sepupunya yang terkunci
dan men-download aplikasi game untuk anak-anak. Untuk hal-hal
seperti ini, dia belajar sendiri, tak pernah kami ajari.
Maka dari itu, alasan TIDAK TAHU bagi orang tua, tidak
bisa dibiarkan melainkan harus diatasi dengan cara BELAJAR untuk menguasai
teknologi yang sekarang lazim dipergunakan oleh anak-anak. Nah, mengapa pula
kita – selaku orang tua perlu belajar?
Penjelasan berikutnya mengenai algoritma BUBBLE SORT
dijelaskan oleh Pak Amal. Ambil contoh mengenai fenomena KOTAK KOSONG di
Pilkada Makassar. Ketika seseorang berada di “pihak kotak kosong” dan dia hanya
me-like dan posting tentang berita kotak kosong maka apa yang
muncul selanjutnya hanyalah tentang itu atau Danny Pomanto, berita mengenai
Appi – Cicu tidak ditampilkan di time line-nya. Buat yang “Jokowi haters”
maka informasi terkait haters yang muncul, kerja-kerja baik pak presiden
tak muncul di berandanya. Dari semua teman Facebook, yang muncul di time
line kita hanya berkisar 15 – 35%. Mereka adalah yang sering kita like dan
komentari statusnya. Jika kita menerima bulat-bulat apa yang kita sukai dan benci
tanpa cek dan ricek maka hoax dengan bulat-bulat pula akan merasuki kita
melalui internet. Sementara itu, HOAX di masa sekarang menjadi penyebab
konflik horisontal di antara kita.
Jika tak belajar, kita akan menjadi orang dewasa pengkonsumsi
hoax. For your information, berdasarkan survei Mastel (Masyarakat
Telematika), ranking hoax yang masyhur di Indonesia adalah politik,
SARA, dan kesehatan. Miris sekali saya ketika melihat orang-orang terpelajar nge-share
dengan berapi-api berita hoax lalu ketika ada yang memberitahukan
kepadanya itu hoax, dia malah balik berkomentar garang dengan yakinnya
bahwa informasinya valid padahal sudah ada bantahan terkait hal itu.
Contoh selanjutnya yang diperlihatkan Pak Amal adalah foto
lelaki perempuan yang terlihat sangat akrab. Orang bisa menduga mereka pasangan
kakak-adik atau sejoli cinta. Pada kenyataannya, foto tersebut hasil editan.
Aslinya, si perempuan berfoto bersama seorang perempuan lain. Lihatlah, betapa
mudahnya orang memfitnah orang lain di zaman ini. Pahamkah kita sebagai orang
tua? Jangan-jangan kita termasuk orang dewasa yang mudah termakan hoax? Lalu, terbayangkah bagaimana anak-anak kita kalau orang tuanya tidak bisa mempelajari perkembangan zaman, mudah pula termakan hoax?
Makassar, 8 Juli 2018
Bersambung
Jangan lupa baca tulisan sebelumnya: Talkshow
KerLip untuk Orang Tua Hebat di Jaman Now
Baca juga:
- 7 Macam Konten Hoax yang Harus Diwaspadai
- Pentingnya Literasi Digital dan Cara Mengatasi Hoax
- Tips Melawan Hoax dan Digital Hygiene
- Pentingnya Literasi Digital dan Cara Mengatasi Hoax
- Mengapa Makassar Harus Serius Berantas Hoax
- Mengenal Aplikasi Lawan Hoax
Share :
setuju, mbak. sebagai orang tua kita memang harus update sama teknologi dan perkembangan jaman
ReplyDeleteSalam Mbak Bro
ReplyDeleteHehehe, setuju banget.
Jangan ajari dengan melarang tapi dengan kasih kenapa dan cara atasinya.
Mauliate
Terimakasih
secara teknologi anak-anak sekarang lbh jago
ReplyDelete