Saya masih
teringat ketika pertama kali berhijab pada tahun 1994 – tepatnya pada tanggal
17 Maret 1994. Waktu itu saya mengumpulkan tekad sejak bertahun-tahun
sebelumnya karena bukan hal mudah bagi saya yang terlahir dari keluarga muslim
kebanyakan ini untuk berhijab. Keluarga saya memang turun-temurun beragama
Islam tetapi jilbab merupakan hal yang aneh dalam pandangan mereka padahal berhijab
adalah perintah Allah.
Kedua
orang tua saya menentang pada awalnya, saat saya mengomunikasikan keinginan
untuk berjilbab. Saya sudah tahu hukum wajibnya berbusana syar’i yang menutup
aurat sejak duduk di bangku SMA kelas 1, di SMAN 2 Makassar (tahun 1989). Di
saat itu perjalanan mencari jati diri saya menggeliat dan bergolak. Saya
menyelami diri, mencari tahu siapa saya sesungguhnya.
Corak garis-garis jaman now |
Saya
tertarik ikut kajian keislaman di sekolah. Kajian khusus akhwat pada
waktu itu. Meskipun mendapat perlakuan yang diskriminatif dari beberapa orang
karena saya belum berjilbab, saya masih berusaha mengikuti beberapa kesempatan kajian
untuk memperdalam ilmu agama.
Saya
memilih-milih kepada ustadzah siapa saya mau hadiri tausiyah-nya
ketika itu. Tentunya kepada mereka yang tak memandang sinis kepada saya yang
belum berjilbab ini. Perlahan-lahan pemahaman saya mulai terbuka. Mulai dari tujuan
hidup manusia di bumi ini (yaitu untuk beribadah kepada Allah semata),
kewajiban menutup aurat, dan lain-lain.
Namun ketika saya merasa siap berjilbab,
niat saya ditentang oleh ayah dan ibu saya.
Walaupun saya memperlihatkan ayat-ayat al-Qur’an
dan hadits-hadits Rasulullah yang mengindikasikan bahwa
hijab itu wajib tetap saja keduanya mengatakan,
“Ah, itu kan hanya budaya orang Arab!
Yang penting bersihkan hatimu dulu!”
“Bagaimana
kalau saya tiba-tiba meninggal dan belum berjilbab?” tanya saya kepada Ibu.
“Ah,
jangan bilang-bilang mati! Kenapa Kau bilang-bilang mati? Tidak boleh bilang
begitu!” tandas beliau tegas.
Corak jaman now dalam paduan warna yang manis |
Saya
menyerah. Hanya bisa menangis tak berdaya. Kalah memperjuangkan hak dan
kewajiban azasi saya sebagai hamba.
Gelisah
nian saya. Tak berani langsung berhijab karena takut kepada orang tua. Tetapi
hati saya tak tenang. Takut tiba-tiba mati dan belum berhijab. “Duh, saya bisa
jadi hantu kalau tiba-tiba mati sebelum berjilbab,” ucap saya kepada diri
sendiri.
Syukurnya,
niat saya tak pernah padam. Saya akhirnya berhasil mewujudkan keinginan
berjilbab saat duduk di bangku kuliah semester 4. Saya tak peduli lagi
ditentang atau tidak oleh Ayah dan Ibu. Bagi saya, perintah Allah lebih utama
daripada larangan orang tua. Saya tak melanggar apapun dengan menjalankan
kewajiban berjilbab itu.
Corak jaman now yang lebih berani memadukan bentuk dan warna namun cantik dilihat |
Orang
tua memang harus ditaati tapi itu selama tidak membuat kita melanggar perintah
Allah. Dan saya tak mau terus-menerus mematuhi larangan orang tua yang membuat
saya melanggar perintah Allah.
“Dan Kami wajibkan kepada manusia agar (berbuat) kebaikan kepada kedua orang tuanya. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang engkau tidak mempunyai ilmu tentang itu, maka janganlah engkau patuhi keduanya. Hanya kepada-Ku tempat kembalimu, dan akan Aku beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” [Al-‘Ankabuut (29): 8]
Saya
membeli 5 potong kemeja dan jilbab-jilbab dari uang tabungan saya. Lalu keluar-masuk
pasar dan toko sendirian untuk mencari perlengkapan menutup aurat. Saya belajar
keras untuk bisa mengenakan jilbab kain segi empat selama berjam-jam di depan
cermin. Saat itu yang lazim dijual hanyalah jilbab segi empat (lebih tepatnya segi
empat sama sisi atau bujur sangkar) yang berwarna polos. Oya, ada jilbab kaus juga,
jilbab instan sekali pakai yang modelnya sama semua. Pilihan warna, bahan, dan
toko yang menjual terbatas sekali.
Corak garis dan daun berpadu dalam warna yang tak biasa |
Kedua
orang tua tak mengatakan apa-apa lagi ketika melihat saya tiba-tiba berjilbab.
Sebelumnya saya hanya mengatakan, “Ma, Pa, saya mau pakai jilbab.” Titik. Lalu
saya tak menanyakan pendapat mereka lagi. Kata-kata itu hanya bersifat
penyampaian karena tekad saya sudah bulat. Saya harus segera berjilbab.
Awalnya,
orang tua saya tertawa dan mengejek jika saya buru-buru lari dan menyambar jilbab
jika ada tamu laki-laki yang bukan mahram karena saya harus mengambil dan
mengenakan jilbab rumah dulu. Jilbab rumah saya berbahan kaus. Ukurannya
panjang hingga menutupi tangan. Walaupun mengenakan baju kaus oblong, karena
sehari-harinya saya mengenakan celana panjang rumahan, saya tinggal memakai
jilbab ini saja dan menemui tamu laki-laki.
Bukannya sok ekstrem, saya hanya berusaha menuju kaffah (menjalankan Islam secara menyeluruh dalam kehidupan saya). Soalnya non mahram itu haram melihat aurat kita, termasuk rambut, lengan, dan betis, kan?
Bukannya sok ekstrem, saya hanya berusaha menuju kaffah (menjalankan Islam secara menyeluruh dalam kehidupan saya). Soalnya non mahram itu haram melihat aurat kita, termasuk rambut, lengan, dan betis, kan?
Tunik jaman now, modelnya inovatif. |
Lama-kelamaan
ayah dan ibu saya berubah, menjadi positif. Mereka jadi kooperatif. Jika ada
tamu lelaki, mereka yang menginformasikan kepada saya supaya saya lekas mengenakan
jilbab sebelum menemui tamu tersebut.
Ah, kini
semua itu menjadi kenangan perjuangan berhijab yang manis. Hijab sekarang telah
menjadi identitas saya bahkan identitas kebanyakan muslimah di kota saya. Ibu
saya akhirnya berhijab. Keluarga besar saya yang tersebar di berbagai kota di
negara ini sebagian besar berhijab (kira-kira 80 - 90 persen).
Model kekinian. Kemeja saya dulu model kemeja cowok hihi |
Di
mana-mana terlihat perempuan berhijab. Saya bersyukur sekarang hijab bahkan sudah
menjadi gaya hidup. Banyak perempuan yang meskipun sehari-harinya tak menutup
aurat di sekitar rumahnya, jika bepergian mereka berhijab. Atau ada juga yang aslinya tak
berhijab tetapi putrinya dibiasakan berhijab ketika ke sekolah. Sebuah
perkembangan yang sangat positif dibandingkan 20 tahun yang lalu.
Hijab
dan baju muslimah sekarang modelnya macam-macam. Eh, baju muslim juga – ya,
perkembangan mode pakaian lelaki Islam juga amat berkembang belakangan ini. Model
busana muslim terbaru dan busana muslimah terbaru, baik pada toko-toko di dunia
nyata maupun di akun-akun online shop dan market place mudah
sekali ditemukan, contohnya di Hijab.id. Bahkan berdasarkan riset, seorang internet marketer
mengatakan bahwa bisnis hijab di jaman now adalah bisnis yang
menjanjikan.
Kalau
beberapa tahun yang lalu, hijab instan amat digemari, sekarang hijab segi empat
makin digemari. Saya melihat di mal, toko, dan gerai busana muslimah pasti menjual
hijab segi empat bermotif, atau yang sekarang beken dengan nama printed
scarf.
Gamis jaman now yang bermotif. |
Harganya
beraneka ragam. Mulai dari Rp. 100.000 per 4 lembar hingga Rp. 500.000-an per
lembarnya. Corak dan warnanya pun beraneka rupa. Mulai dari yang lembut hingga
yang bergaris-garis keras. Yang abstrak, hingga yang mengandung corak bangun
yang bisa kita sebut – seperti segi tiga, polkadot, dan sebagainya. Saya sampai
kagum dengan kreativitas para designer-nya. Ide mereka tak
habis-habisnya dalam membuat corak hijab supaya terlihat eksklusif, lho.
Nah,
bagi Anda yang masih berpikir-pikir untuk menutup aurat, yuk disegerakan. Kebaikan,
apalagi dalam rangka beribadah sebaiknya disegerakan. Di jaman now,
berhijab tak lagi aneh. Kaum selebritas dan sosialita, hingga rakyat jelata
saja banyak yang berhijab. Gerai, toko, online shop, hingga market
place juga bertaburan. Dukungan lingkungan dan fasilitas sekarang mudah
sekali didapatkan. Tunggu apa lagi?
Makassar, 27 September 2018
Keterangan gambar: gambar-gambar berasal dari Hijab.id
Share :
memutuskan memakai jilbab adalah keputusan yang sangat baik. Memang pada tahun 90-an itu jilbab belum seramai sekarang, kelihatan aneh bahkan dicap sebagai orang yang sok alim. Apalagi tahun 80-an, lebih parah lagi. Qadarullah saya memakai jilbab sejak tahun 1978 walaupun masih buka tutup.
ReplyDeleteSaya dulu dianggap aneh juga oleh sebagian orang wkwkwk. Sepupu saya beberapa kali menanyakan "Kau masuk HMI, kah Niar?" Padahal saya tidak organisasi Islam apapun saat itu. Alhamdulillah belakangan istrinya sepupu itu berjilbab dan kehidupan mereka yah .... mirip sosialita. Jadi sekarang ndak aneh mi. Itu enaknya sekarang.
Deletesekaramg tuh bagus kak. soalnya coraknya ketce-ketce. dulu jaman smp itu itu doang
ReplyDeleteIya, corak sekarang manis2. Model pun aneka rupa ya.
DeleteHijab itu memang pakaian seorang wanita Muslim. Sudah menjadi ketentuan.
ReplyDeleteIndustri fashion busana muslim Indonesia sudah go internasional. Gak ada lagi alasan tampil dengan hijab yang itu ke itu saja modelnya seperti jaman dulu. Pilihan model, style, bahan, juga sudah semakin beragam membuat pemakainya kelihatan anggun dan cantik.
Yes, buatyang mau tampil modis, berganti model sudah tak ada alasan lagi untuk tidak menjalankannya ya Kak. Tapi yang maunya itu-itu saja, silakan.
DeleteDulu masih ingat jaman2 pakai jilbab yang dililit dan dipentul sana sini. Sekarang jilbab kembali ke masa jilbab simple...
ReplyDeleteIya ya sekarang lebih simple. Bahkan yang instan pun banyak
DeleteMasya Allah.. Termasuk cepat ki berpikir untuk pake jilbab padahal baru SMA. Saya SMA masih mikirin pergaulan, hehe.. Apalagi di th.90an masih kurang orang yang berjilbab.
ReplyDeleteMasih kurang. Tapi alhamdulillah teman2 kuliahku yang perempuan - muslimah pada pakai jilbab satu per satu waktu itu jadi motivasi makin kuat juga hehe.
DeleteWah, ternyata prosesta' memakai jilbab butuh perjuangan juga di'? Saya dulu pakai jilbab waktu semester 2 kuliah, dan Alhamdulillah didukung sama keluarga. Kalau soal model, saya sukanya jilbab yang polos. Suka nda pede kalau pakai jilbab motif, hehe
ReplyDeleteSaya masih lebih sering pakai yang polos juga Ayi, sdh lama jadi kebiasaan. Kalau yang bermotif sukanya yang lembut motifnya hehe
Deletekalau saya ada siapa datang gitu paket kah atau apa, saya ambil mukena bali saja lgsg sleep simple hahahaha.. saya juga SMA sudah diminta berhijab sama ummiku kalo ke sekolah tp kalo ga sekolah/ga pake seragam sekolah, kubuka ji hihihii
ReplyDeletedan tahun 2011 malah jadi salah satu pengurus hijabers dan founder komunitas hijab2 hehe
ALhamdulillah ya .... ada hidayah hehe
DeleteCantik-cantiknya deh Hijabnya. Bikin saya mupeng aja
ReplyDeleteIya, bagus-bagus hijabnya di Hijab.id
DeleteSaya pakai hijab sekitar tahun 97, itu pun karena masuk sekolah yang mewajibkan pakai hijab. Tapi, alhamdulillah bertahan hingga sekarang walaupun suka gak konsisten kalau di rumah. Masih buka tutup ketika ada tamu, hehehe.
ReplyDeleteHijabnya cantik-cantik euy.. bikin mata tak berkedip, hehehe.
ALhamdulillah yah ... moga2 konsisten seterusnya
DeleteSaya ta'baleknya kak, malah saya dulu ogah pake jilbab, ortu malah memaksa, dan berterima kasih atas semua yang terpaksa ini sama bapakmamak...
ReplyDeleteSekarang banyakmi motif-motif kece kak di' gak ada alasan lagi gak tampil modis pake hijab.
Alhamdulillah dipaksa sama ortu hehe
Delete