Yang Ditinggalkan Asian Games

Ada rasa baper ketika Asian Games 2018 hampir usai. Saya yang bukan pencinta olahraga ini jadi begitu terbawa oleh suasana yang ditimbulkan pesta olahraga berskala internasional ini. Suka sekali saya menyaksikan walaupun hanya dari televisi, nomor-nomor pertandingan yang diikuti oleh para atlet Indonesia. Ikut merasa deg-degan menyaksikan jalannya pertandingan. Pun ikut menelan kekecewaan ketika mereka kalah.

Meme Lindswell Kwok, atlet wushu peraih medali emas
Sumber: http://bit.ly/flashblog18 

Saya juga ikut bangga, terharu, hingga nyaris menitikkan air mata ketika atlet-atlet Indonesia menang. Apalagi ketika menyaksikan moment lagu kebangsaan Indonesia Raya dinyanyikan sembari menatap sang Merah Putih naik ke puncak tiang melalui layar kaca. Duh, dalam dada ada rasa gemuruh yang membuncah. Bangga sekali jadi orang Indonesia. Bangga sekali pada para atlet yang mampu membela Indonesia di arena pertandingan.

Ikut merasa bangga juga akan kekhasan Indonesia. Senang karena kota-kota tempat berlangsungnya Asian Games menjadi lebih terekspos keunikannya. Para peserta Asian Games jadi mengenal beragam kuliner di Jakarta dan Palembang, beserta tempat-tempat wisatanya. Sampai ada meme-meme-nya juga, lho.

Ada satu lagi yang membuat saya senang. Yaitu situasi media sosial selama Asian Games 2018 berlangsung di Jakarta dan Palembang. Kurang sekali perang opini terkait Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019 padahal sebelum-sebelumnya, berseliwerannya opini-opini terkait Pilpres yang bisa membuat saya eneg hingga muak karena memicu debat kusir. Hashtag (tagar) di Twitter, sebelum event olahraga seasia ini sebelumnya didominasi oleh hashtag berbau politik yang berasal dari dua kubu. Dua kubu itu bersaing meraih predikat sebagai peraih trending topic di Twitter.

Hayo, makan pindang ikan ! 😂
Sumber: http://bit.ly/flashblog18 
Yang harus dicoba di Jakarta. Sumber: http://bit.ly/flashblog18 

Perang tweet lazim terjadi. Sering kali sudah tak logis lagi kontennya karena hanya memuat caci-maki yang tak jelas juntrungannya. Semakin lama perang di Twitter berlangsung, yang terlibat semakin banyak. Konten yang bobotnya nol besar juga semakin banyak berseliweran. Muak saya. Namun ada rasa miris juga. Betapa hashtag membuat orang mengeluarkan kata-kata tak bermutu. Betapa orang-orang itu tak malu menelanjangi dirinya sendiri. Mau-maunya membuat diri mereka terlihat buruk.

Nah, Asian Games seolah mengistirahatkan aktivitas perang politik di media sosial. Sebagai pengguna media sosial, saya merasa tenteram. Topik yang beredar di time line kebanyakan tentang Asian Games. Saya sampai takjub sendiri, “Eh, ternyata bisa lho kita semua punya persamaan padahal memiliki pandangan politik yang berbeda. Asian Games bisa mempersatukan kita!”

Andai semua orang sadar, dua kubu masing-masing menggunakan bot di media sosial, khususnya di Twitter makanya bisa mencapai trending topic dengan mudahnya, mungkin saja yang berseteru itu tak berlarut-larut terikut dalam pertikaian di media sosial. Menyatakan pendapat boleh dong tapi jangan mau berlarut-larut dalam debat kusir.

Salah satu yang khas di Palembang.
Sumber: http://bit.ly/flashblog18 

Dalam sebuah acara live pada tanggal 21 Agustus lalu, dengan terang-terangan soal bot (robot) di media sosial dibuka. Dalam acara bertajuk Kampanye Belum, Perang Socmed Sudah Dimulai ini, Ismail Fahmi yang menguasai big data memaparkan penelitiannya mengenai situasi dunia media sosial terkait Pilpres 2019. Disebutkan di situ bahwa pembela hashtag bisa memiliki puluhan ribu hingga ratusan ribu akun bot yang bekerja. Sialnya, kerja yang mereka lakukan mampu mempengaruhi manusia real hingga gontok-gontokan.

Tahukah Anda, ada di antara akun-akun yang berseteru itu yang menjalankan kegiatannya sebagai buzzer politik? Sebagai orang bayaran? Dan tahukah Anda, tidak semua yang tersebar di media sosial itu benar? Ya, banyak informasi hoax seputar isu Pilpres yang beredar. Saya sudah sering melihat klarifikasi informasi hoax dari para relawan “anti fitnah, hasut, dan hoax”!

Ilustrasi Hanifan dan kedua capres Indonesia.
Sumber: akun Instagram hanifan_yk


Makanya tak heran ketika dunia media sosial mendadak tenang sepanjang berlangsungnya Asian Games 2018, saya merasa bahagia dan sangat menikmati keadaan tersebut. Indonesia bersatu ketika mata rakyat seantero nusantara tertuju pada Asian Games, kawan.

Puncaknya terjadi ketika seorang atlet bernama
Hanifan Yudani Kusumah melakukan aksi memeluk
Pak Jokowi dan Pak Prabowo usai menjadi peraih medali emas
melalui cabang olahraga silat kelas C putra 55 – 60 kg pada tanggal 29 Agustus. Moment mengharukan itu menjadi perekat
yang melegakan banyak orang, terutama mereka
yang mendambakan kedamaian dalam negara ini.
Hanifan seolah mengutarakan kepada kita semua
bahwa pandangan politik bisa saja berbeda
tetapi kita tetap satu: INDONESIA
dan kemenangan yang diperolehnya untuk Indonesia.

Karena ini semua saya menjadi baper di saat-saat menjelang berakhirnya ajang Asian Games. Inginnya, Asian Games ini berlangsung terus sampai sesaat sebelum Pilres berlangsung. Tapi tidak mungkin, ya? Aaargh, belum apa-apa saya sudah merindukan saat ketika Indonesia menjadi tuan rumah event olahraga seasia ini!

Makassar, September 2018








Share :

5 Komentar di "Yang Ditinggalkan Asian Games"

  1. Ahhh Asian Games sampe skr masih membekas kesannya. Bersyukur untuk semua yang sudah dilakukan dan diraih. Indonesia memang hebat. Proud

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ya, semuanya membanggakan, sampai para relawannya.

      Delete
  2. Aku beberapa kali nangis pas lihat momen mereka menang,terharu gitu

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yes, Mbak. Moment mengharukan. Kita jadi merasa "ikut memiliki" Indonesia ya

      Delete
  3. Keren ya.
    Buat saya yg plg membekas adalah ketenangan di nedsos. 😍

    ReplyDelete

Untuk saat ini kotak komentar saya moderasi karena banyaknya komen spam yang masuk. Silakan tinggalkan komentar ya. Komentar Anda akan sangat berarti bagi saya tapi jangan tinggalkan link hidup. Oya, komentar yang kasar dan spam akan saya hapus ya ^__^