Sekarang berpindah ke rezeki level berikutnya, ya. Secara
umum, rezeki level ke-4, 5, dan 6 menghasilkan percepatan. Jika ingin percepatan
rezeki, gunakan rezeki level ke-4, 5, dan 6. Kombinasikan. Beberapa kisah nyata
yang ajaib dikisahkan pak ustadz kepada kami yang bisa meneguhkan
keyakinan. Tapi saya tidak akan menceritakannya di sini. Silakan beli bukunya
kalau ingin tahu lebih dalam, ok?
Rezeki level 4
Pada level ini, rezeki adalah rezeki yang diminta,
diminta pakai do’a maksudnya. Kadang-kadang do’a dipakai sebagai jalan keluar
ketika lagi punya masalah padahal seharusnya “senjata” itu dipakai menjadi
pegangan utama.
Do’a bukan “sekadar minta”, melainkan untuk menciptakan titik-titik rezeki. Dalilnya adalah: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya Aku kabulkan.” [al-Qur’an surah Ghafir: 60].
Kalau kita berdoa, Allah mengabulkannya seketika namun
terjadinya berproses. Contohnya, Allah menghendaki seseorang punya anak. Paling
cepat berprosesnya dalam 9 bulan dan membutuhkan wasilah. “Salahnya kita, kita butuhnya
hari ini, doanya baru tadi malam,” ucapan ustadz Andre membuat hadirin
tertawa getir.
Biasakan berdoa, ketika mendengar adzan, ketika
mendengar tilawah, dan sebagainya. Jadikan kebiasaan agar bisa menanam
titik-titik rezeki di mana-mana karena kita tidak pernah tahu di mana titik
rezeki terdekat kita. Maka berdoalah sesering mungkin. Mumpung gratis, mintalah
sebanyak-banyaknya dan sesering-seringnya. “Kalau Allah senang kepada seorang
hamba, dibuat orang itu sering-sering berdoa makanya dikirimi masalah,” tutur
pak ustadz.
Sumber: ummi-online.com |
“Berdoalah saat susah dan senang, dalam keadaan apapun, di
mana pun. Doa itu semacam syarat. Kalau Anda masih ingin dianggap hamba oleh
Allah, harus minta. Hamba itu tak punya kemampuan dan kekuatan apapun. Hanya
bisa minta kepada Tuhannya. Kalau berhenti berdoa berarti bukan hamba lagi.
Kalau tidak meminta, ya tidak diurusin sama Allah,” imbuhnya lagi.
Rezeki level 5
Rezeki level ini adalah rezeki dengan cara bertransaksi (ber-tawasul)
dengan amal saleh. Contohnya adalah kisah tiga pemuda yang terjebak dalam goa
tak bisa keluar. Mereka ber-tawasul dengan amal saleh sebelum akhirnya
Allah membukakan jalan keluar. Lelaki pertama bertawasul dengan baktinya kepada
ibundanya, lelaki kedua dengan penolakannya terhadap ajakan berzina, dan yang
ketiga dengan amal saleh masih menyimpan amanah gaji karyawannya. Amal saleh
bisa menjadi kemudahan di dunia dan bisa ditukarkan.
Pak ustadz membicarakan mengenai keajaiban terkait tawasul
yang dijadikan metode dan beberapa cerita – termasuk kisah nyata yang dialaminya
terkait rezeki level 5 ini.
Rezeki level 6
Pada level 6, rezeki diperoleh dengan cara melakukan apapun yang Allah
perintahkan. Ust.
Andre menyebutnya “rezeki yang dijanjikan”. Contoh: amalan-amalan sunnah. Allah
memberikan janji rezeki pada amalan-amalab sunnah yang dilakukan. Misalnya,
“Barang siapa yang shalat dhuha 4 raka’at maka Allah akan penuhi kebutuhannya
di hari itu.”
“Kalau Anda cermati, hampir semua pahala amalan sunnah
pahalanya jauh lebih dahsyat daripada amalan wajib,” ucap ustadz Andre.
Kunci dari rezeki level ini adalah memperbanyak amalan sunnah.
“Kita sering salah. Merasa kalau sudah shalat 5 waktu
sudah menjadi orang saleh. Padahal shalat 5 waktu adalah kewajiban.
Kewajiban itu nggak berhak dapat bonus,” imbuh ustadz Andre.
Analoginya, karyawan yang masuk kantor jam 8.00 – 16.00,
selalu seperti itu, tepat waktu. Tidak berhak minta bonus karena memang
melakukan kewajibannya. Berbeda halnya jika lembur atau mengambil pekerjaan
tambahan.
Sampai di sini, pak ustadz mengatakan, “Rumusan kaya itu tauhid.” Ya, kebergantungan manusia kepada
Sang Khalik benar-benar diuji ketika kita merasa tak memiliki apapun. Kalau
benar-benar yakin, kisah ajaib terkait rezeki yang sudah dialami orang-orang
yang menjalankan tahapan sampai ke tahap ini, bisa juga menjadi kisah kita.
Ada kata-kata Pak Andre Raditya yang sekali lagi menohok di
sini. Saya kutipkan, ya:
“Kan kita begitu, kalau lagi nggak punya duit, bergantungnya hanya pada Allah. Kalau punya duit, bergantungnya masih di saldo. Bener. Coba misalnya Anda gak punya duit terus hand phone Anda hilang. Anda bisa bilang begini: ‘Ya Allah, kenapa hand phone saya hilang.’ (dengan suara merengek, menghiba-hiba). Tapi kalau kita punya duit kita bisa bilang: ‘Ya udah nanti beli lagi.’ Gak ingat Allah, iya gak? Kadang belinya nggak pake bismillah!”
Makassar, 8 November 2018
Bersambung ke tulisan
berikutnya
Silakan baca tulisan sebelumnya: Tentang
Rezeki Level 9
Catatan:
- Yang saya tuliskan di tulisan ini dan di tulisan sebelumnya hanyalah ringkasan. Tidak sedalam yang diberikan ust. Andre Raditya ketika pengajian, apalagi sedalam kupasan bukunya. Menjadi catatan sejarah buat saya dan anak-cucu saya kelak. Semoga bermanfaat bagi orang lain yang membacanya.
- Pengajian berlangsung di kantor RENNER (PT. Rener Inti Internasional) pada tanggal 22 Oktober lalu.
Share :
Sangat menarik sekali ulasannya. Soal itu sholat dhuha, ada hal menarik. dilevel enam ya? Seharusnya para santri lebih kaya, karena santri lebih rajin sholat dhuha.
ReplyDeleteYang jelas, kalau bicara soal rezeki, semua orang terbiuskan. Karena selalu menarik ,dan sepertinya selalu laku.