Mama
punya beberapa pilihan: mengisi pulsa dari beberapa aplikasi yang ada di smart
phone Mama, mengisinya dari beberapa website ecommerce dari laptop,
atau melalui internet banking. Nah, kebetulan yang memungkinkan saat itu
adalah pilihan terakhir: melalui internet banking. Yang ini juga asyik,
mudah sekali. Karena ndak perlu ke banknya, langsung klak-klik saja via
website atau smart phone.
Habis
isi pulsa ke nomor Kakak Affiq, Mama mau isi saldo Go-Pay. Seingat Mama masih
ada sisa saldo di bank yang bisa dipakai top up. Ealah ternyata transaksi
ndak bisa dilakukan, katanya saldo bank Mama sudah sangat minim sehingga
tidak bisa lagi ditransfer ke mana-mana 🙈😆. Heran juga, sih kenapa bisa. Perasaan tadi waktu transfer ke Kakak
masih ada. Tapi Mama ndak yakin juga, barangkali Mama yang salah ingat.
Malam
harinya, sepulang Kakak dari program bimbingan belajar, dia langsung
menghampiri Mama. “Ma, Mama isikan ka’ pulsa seratus ribu?” tanya anak
muda yang sudah lebih tinggi dari papanya ini.
“Hah?
Seratus ribu? Ndak. Mama isinya sepuluh ribu!” Mama tersentak kaget,
menatap si anak bujang. Iya … Anda tak salah baca. Mama memang ketat urusan
pulsa atau kuota. Kalau ndak dibatasi bisa terjadi suatu kebablasan yang
tak perlu. Lagi pula selama ini aman-aman saja di Kakak dengan pulsa 10 ribu
rupiah sampai masa yang ditentukan provider.
“Seratus
ribu ini. Kaget ka’ tadi, saya kira ada yang salah transfer,” ujar
Affiq.
“Ih,
Mama yakin tadi pilihnya yang sepuluh ribu karena Mama hati-hati tadi pilih
angkanya,” Mama yakin karena benar-benar menelisiki deretan angka yang tertulis
saat menetapkan nominal pulsa yang hendak ditransfer.
“Seratus
ribu yang Mama transfer.”
“Kalau
begitu, kembalikan sini. Transfer balik ke rekening Mama,” Mama mencandai si
sulung dengan nada serius. Berarti tangan Mama sempat terpeleset tadi itu waktu
menetapkan nominal.
“Bagaimana
caranya?” si anak bujang serius menanggapi.
Hahaha
ya ndak bisalah. Andai bisa kan enak, ya. Bisa ndak ya
mengusulkan ke provider supaya pulsa atau kuota bisa diuangkan kembali.
Kan sekarang masanya cashless, banyak hal bisa dipakai belanja. Siapa
tahu bisa dibalik? 😅
Tak
lama kemudian Mama sibuk dengan smart phone si sulung … Mama mengetikkan
kode untuk transfer pulsa.
“Sepuluh
ribu mo, Ma!” Kakak Affiq melancarkan usaha membujuk Mama supaya
mentransfer 10000 saja ke nomor HP Mama, siapa tahu bisa, kan. 😩
“Ndak!
Porena. Pantasan tadi Mama ndak bisa top up Go-Pay,” Mama
mengetikkan angka 75000 dan mentranfernya ke nomor milik Mama. Tadinya mau
membiarkan pulsa 10000 saja tapi tak apalah, sekali-sekali ini. Yang jelas
jangan seratus ribu ada di HP si sulung.
Begitulah,
jaman now memang apa-apa menjadi serba mudah. Tinggal klak-klik saja.
Ekonomi digital bedeng. Tapi harus ekstra hati-hati. Walau sudah merasa
hati-hati, entah kenapa jari bisa terpeleset. Beda satu nol saja signifikan
akibatnya. Mana saldo di bank lagi minim pula. Untungnya sama anak sendiri jadi
bisa diminta balik. Coba transfernya ke Anda, malu kan minta balik. 😜
Makassar, 14 Desember 2018
Keterangan:
- Ekonomi digital bedeng: ekonomi digital katanya.
- Sepuluh ribu mo: sepuluh ribu saja.
- Porena: enak saja.
Share :
Hahaha mauta'mi juga di transferkan pulsa 😂 iya di kak parahnya itu kalau cuma beda satu angka bisa panjang urusannya 😂 untungnya transfer sama anak sendiri 😁
ReplyDeleteNah iya. Untungnya ke anak sendiri. Kalo ke Aini, ndak enak kan minta balik hahaha.
DeleteRisiko digital begitu sih, tapi sepadan dengan kemudahan-kemudahan yang didapat... Apalagi nasib saya yang punya jari gemuk (hiks), harus pandai-pandai dan jeli dalam mengoreksi apa yang udah diketik di layar.
ReplyDelete