Ketika
berada di luar rumah, pulang kepada keluarga adalah sebenar-benarnya pulang. Ketika
orang tua sudah berpayah-payah membesarkan sekian tahun, kita adalah tempat
mereka pulang. Setiap orang/keluarga tentu punya caranya sendiri. Karena keluarga adalah
tempat embrio, baik fisik, karakter, dan tatanan hidup dibesarkan. Yang mana
kelak menjadi pondasi ketika melarung pada bahtera kehidupan. Maka sudah sepatutnya mereka yang punya andil besar dalam pondasi itu kembali kepada kita di masa tuanya.
Alhamdulillah, saya masih bersama dua orang tua.
Ayah berusia menuju 79 tahun sementara Ibu menuju usia 76 tahun. Saya menyaksikan
betapa banyak perubahan yang signifikan. Bukan hanya dari segi fisik, melainkan
juga psikologis. Saya harus banyak melakukan penyesuaian di sana-sini demi
menjaga mereka. Bukan hanya dari diri saya dan anak-anak, juga dari sekeliling.
Baru-baru
ini saya terpaksa saya mengadakan 3 penolakan dari keluarga besar yang
berurusan dengan Ibu:
1. Menelepon
untuk menghasut.
Seseorang
dari kampung menelepon untuk menghasut. Saya tak duga dia akan menghasut. Saya
terima teleponnya karena rasa hormat kepada yang lebih tua. Saya sudah
tahan informasi kabar jelek yang dia embuskan sejak sepekan sebelumnya ketika
tiba-tiba dia menelepon dan menghasut Ibu untuk membenci keluarga kami sendiri.
Mengapa saya tahan informasinya? Karena memang tak ada hubungannya dengan Ibu
tetapi bisa memancing emosi beliau.
Dengan
susah-payah saya berusaha membereskan blunder emosi yang dia sebabkan
dengan menelepon kakak-kakak sepupu yang lain di kampung untuk mengklarifikasi.
Barulah Ibu tenang dan mau mengerti. Terpaksa nomor si penelepon penghasut itu
saya blokir. Saya tak mau dia merusak stabilitas emosi Ibu lagi.
2. Foto
catatan pembukuan.
Ibu
masih aktif menjadi bendahara di sebuah organisasi. Beberapa kali saya menjadi
jembatannya, seperti jembatan antara Ibu dan keluarga besarnya di kota-kota lain, melalui ponsel milik saya.
Kali terakhir saya menyampaikan catatan pembukuan, ada hal yang menyebabkan Ibu
marah dan saya yang kena getahnya. Hampir pingsan saya waktu itu karena
dimarahi padahal bukan kesalahan saya. Kali ini saya tak mau lagi menjadi
jembatan catatan pembukuan dengan organisasi mana pun di planet ini yang saya tak terlibat di dalamnya.
Saya katakan
kepada Ibu bahwa untuk urusan organisasi, selesaikan secara organisasi jangan
libatkan orang lain. Iya kan, tak etis urusan pembukuan yang detail disampaikan
melalui orang ketiga yang bukan dari organisasi bersangkutan meskipun keluarga
sendiri yang dihubungkan?
Kalau
saya salah menyampaikan data, efeknya bisa panjang. Mana pula saya punya
kesibukan sendiri. Sebagai ibu tiga anak tanpa ART, saya juga punya kegiatan
menulis dan pekerjaan profesional selain pekerjaan rumah tangga yang tak ada
habisnya #curhat.
Sudah
saya minta anggota organisasi yang lain untuk membantu Ibu. Saya katakan, tolonglah
kalau tak ada yang mau membantu menyelesaikan pencatatan keuangan, jangan
libatkan ibu saya lagi. Biarkan beliau tenang. Eh, malah Ibu yang
mengomeli saya, katanya beliau tak mau, ini pengabdiannya.
3. Menelepon
untuk curhat.
Ada
pula istri dari kerabat yang meminta dihubungkan kepada Ibu untuk curhat
keadaan suaminya yang sakit-sakitan, yang susah diajak shalat, bla
bla bla. Setelah konsultasi kepada kerabat kami yang lain, terpaksa saya
menolaknya. Alasannya adalah saat dia curhat terakhir, Ibu begitu kepikiran dan
berusaha menghubungi keluarga besar untuk meminta bantuan. Walau kakak sepupu
yang dihubungi sudah mengatakan akan diurus oleh yang muda-muda, beliau tetap kepikiran
selama berhari-hari dan tetap berusaha melakukan sesuatu.
Terpaksa
saya katakan kepada istri kerabat bahwa saya tak bisa menghubungkannya dengan
Ibu. Saya sendiri kalau sakit tak berani menceritakan kepada Ibu karena beliau
bakal kepikiran. Sebisa mungkin saya menyembunyikan segala keluhan dan gejala.
Pun tak pernah menceritakan masalah saya kepada Ibu padahal kami serumah.
Nah
kawan, jika kalian punya urusan seperti kerabat-kerabat yang saya tolak itu
terhadap mereka yang sudah sepuh, please pikirkan baik-baik cara dan
kata-kata kalian. Sudah waktunya orang tua kita hidup dengan tenang. Jangan
bebankan masalah yang tak perlu beliau pikirkan, bahkan dengarkan. Ketiga orang
yang saya tolak permintaannya di atas tak pernah berada di posisi saya yang berusaha
menjadi filter bagi orang tua sendiri. Sekadar pelajaran bersama untuk tak melakukannya kepada orang tua mana pun di muka bumi ini. Hargai mereka supaya di masa tua kelak dirimu juga dihargai orang lain.
Makassar, 22 Januari 2019
Share :
betul kak. sudah seharusnya kita memberi waktu dan ketenangan untuk orang tua kita untuk menikmati masa mudanya. Semoga ibu ta selalu diberi kesehatan dan kebahagiaan.
ReplyDeleteMenikmati masa tuanya maksudnya ya Oppa? Iya. Kasihan kalau terlalu direpotkan.
DeleteMasyaAllah panjang umur ibu sama bapak ta Kak.. semoga silaturahmi keluarga tetap lancar. Ssys termasuk paling malas ketemu-ketemu keluarga karena tidak suka atmosfernya yang menurutku masih sangat oldschool dan kadang bikin sakit ati hihi
ReplyDeleteAamiin.
DeleteMalas kalo ketemu yang atmosfernya ndak sesuai hehehe. Ndak nyambung.
Semoga Bapak Ibu senantiasa sehat yah kak, sukaka baca cerita-cerita keluarg akek gini. eh taau saya memang suka baca tulisannya kak niar yaak heheh. moga kak niar juag sehat selalu dan bisa nulis cerita-cerita menarik :))
ReplyDeleteAamiin. Makasih Uga. Suka ka juga baca tulisannya Uga 😍
DeleteSemoga kedua orang tua kakak selalu sehat. Saya pun merasakan hal yang sama dengan kakak, cuman berbeda sedikit, terkadang saya menangis karena hati tidak bisa menerima ibu kandung di perlakukan semena-mena sama keluarga sendiri.
ReplyDeleteTerima kasih Nike. Siapa yang jaga orang tua kalau bukan Kita, ya.
DeleteSalah satu alasan utama saya kembali ke makassar adalah untuk pulang mengabdi pada orang tua. Memang ada beberapa hal yang kadang menjadi tantangan. Kadang orang tua semangatnya masih merasa muda sehingga banyak hal yang kadang membuat kita khawatir. Apapun yang terjadi beliau-beliau adalah orang tua kita yang harus kita sayangi walaupun rasanya begitu sulit menandingi rasa sayang mereka pada kita.
ReplyDeleteIyye, Daeng, masih ada tantangan, apalagi kalau banyak berbeda pendapat dengan orang tua. Iyye, karena kasih sayang merekalah kita bisa jadi yang seperti sekarang.
DeleteKalau soal cerita masalah ke orang tua, kadang ragu antara mau cerita atau disembunyikan. Kalau cerita, bisa bikin orang tua khawatir. Kalau tidak cerita, takutnya orang tua tahu setelah masalahnya semakin parah dan jadinya terlalu kaget.
ReplyDeleteItu juga ya dilemanya, Mil. Sebisa mungkin dipilah-pilah sajalah, yang mana perlu diketahui ortu yang mana tidak.
DeleteKalau saya, yang penting orang tua bahagia. Mumpung masih di bawah 70 tahun, masih bisa diajak jalan² bareng. Bahwa kalau sudah tua akan lebih banyak kebutuhannya, ya nikmati saja.
ReplyDeleteIya, Mbak.
DeleteIni pengalaman pribadi kak? Berasa lagi nonton film, terbawa emosi dan suasana haru.. Semoga Ibunya senantiasa dilindungi oleh Allah, kak.. Aamiin
ReplyDeleteIyalah, pengalaman pribadi, Faryl hehehe. Saya tidak menulis fiksi di blog ini dan saya memang bukan penulis fiksi, sih :D
DeleteAamiin. Terima kasih ya sudah membaca.
Sedih bacanya kak, ibunya kak Niar sangat baik pastinya sehingga kalau ada apa-apa di keluarga langsung mencari ibu ta. Mirip kejadian seperti di nenek dan mamaku juga kak dan kadang2 memecah perkelahian. Setujuka sama kita, sudah waktunya orang tua ta hidup dengan tenang tanpa perlu lagi terima "curhatan". Apalagi kalo mama2 ada cerita nda mengenakkan sedikit pasti langsung kepikiran mi kasian. Semoga orang tuanya kak niar sehat dan bahagia selalu aamiin💜💜💜
ReplyDeleteYang sejajar ibu saya .. maksudnya tante dan om, banyak yang sudah meninggal, Sam. Jadi ada hal-hal yang ponakan-ponakannya mencari Ibu. Nah, ponakan-ponakan itu banyak yang lebih tua daripada saya :D
DeleteAamiin. Makasih ya Sam.
Saya di posisi yang sama dengan Kak Niar, untuk nenek saya. Beliau sudah sepuh dan kami anak cucunya selalu berusaha untuk memfilter informasi yang sampai ke telinga beliau. Tapi berbeda dengan kak Niar, mungkin kak Niar bisa all out memfilternya karena masih serumah. Kalo saya, antara Bone dan Makassar kak..
ReplyDeleteMemang yah, orang tua kita harus dijaga juga dari informasi-informasi yang bisa bikin mereka galau. Iya Ndy, untungnya saya masih serumah jadi bisa kuat-kuatan.
DeleteJleb.
ReplyDeletePernah mendengar kalimat, "seluas-luasnya dunia untuk menjelajah, kelak pelukan ibu tetap menjadi tempat ternyaman."
Sehat selalu buat Kak Niar sekeluarga. :')
Saya juga saat ini tinggal bersama orangtua. Lebih tepatnya sih kami yang masih nebeng di rumah beliau. Mama juga senang karena rumah jadi ramai dengan 2 cucunya.
ReplyDeletePersis dengan cerita kak Niar, saya juga paling malas kalau Mama sudah menelpon keluarga di kota lain. Karena tujuannya cuma 2, dengar orang yang mau menghasut atau soal curhat. Kadang kalau beliau kehabisan pulsa dan minta saya isikan, saya sengaja ulur-ulur. Yaa tidak lain biar gak usah telpon-telpon sama ponakan atau saudaranya di sana kalau tujuannya cuma buat ceritain orang lain.
Kejadian itu sering sekali. Padahal Mama sendiri tahu, teman bicaranya ditelpon juga sering ngomong sana sini. Herannya kok tetaaappp aja cerita sama mereka. Mungkin karena saya anaknya gak begitu doyan gosipin keluarga kali ya? Hahahha
Astaghfirullah....terima kasih kak pengingatnya. Kita, saya khususnya sungguh kadang kurang tersadar akan hal ini. Hanya karena alasan ibu adalah tempat curhat ternyaman dan paling aman, kadang kita kebablasan dan menceritakan semuanya permasalahan yang dihadapi...yang sampai pada akhirnya curhatan kita itu menjadi beban bagi baliau. Mulai sekarang memang harus di stop hal-hal seperti itu.
ReplyDeleteAjak orangtua ngobrol yang lain saja, yang ringan-ringan
Ahh berunungnya kak niar masih sama2 ortunya, saya yang rantau ditempat orang berasa sedih tidak bersama mereka termasuk ketika mama wafat saya dak didekat beliau, sekarang saya ajak bapak ke sby, berapa kali mi na tegadkanqa seminggu ji disini... hikssss..
ReplyDeleteNikmati kak, dan banyak mencari amal dipenghujung umur beliau
sayangnya aku dan ortu jauh dan jujur aja kita jrg ketemu... apalagi keduanya masih aktif juga kerja mengurus bakery shops di medan sana.. agak susah kalo aku memfilter urusan2 yg aku anggab bakal jd beban pikiran ortu, krn aku sendiri ga ada akses kesana.. semua org2 yg aku tahu punya andil suka curhat ga jelas ke ortuku, slalunya lgs menghubungi mereka... tp untungnyaaaa, papa mama masih ga terlalu kepikiran soal2 yg bikin mereka sedih.. asalkan buakn anak2nya aja yg terlibat masalah :D
ReplyDeleteItulah dunia yah mba. tetap ada saya orang yang tega jahat hanya karna iri dengan kita. Semangat
ReplyDeleteSemoga bapak dan ibu nya panjang umur ya mbak, semoga sehat selalu
ReplyDelete