Namun
ekpektasi saya salah. Coaching Cinic School of Influencer yang
berlangsung di Fave Hotel jalan Daeng Tompo pada tanggal 17 November lalu tidak
seperti itu. Ada dua materi yang harus kami serap, berlanjut dengan penilaian karya
yang kami masukkan untuk dinilai. Nantinya juri memilih 3 pemenang, pemenang
pertama menjadi wakil Makassar ke acara Netizen Fair yang berlangsung di
Jakarta pada tanggal 24 – 25 November 2018.
Yah, no
problem, saya tetap mengikuti rangkaian acara hari ini. Pemateri pertama
adalah Mantan finalis Miss Indonesia 2015 – Mentari Putri Novel yang kini
menjadi influencer andal di Instagram dan YouTube. Akun-akunnya yang diikuti
oleh puluhan ribu orang digunakan bukan saja dalam rangka bekerja sama dengan brand,
juga untuk meng-influence dan mengedukasi masyarakat dalam kegiatan
sosial di bidang kesejahteraan perempuan dan anak.
Pemilik
akun instagram @mentarinovel dan akun YouTube Mentari Putri Novel ini mengimbau
bahwa untuk menghadapi ekonomi digital, penting sekali partisipasi dari semua. Influencer
jaman now bisa berbisnis. Selain itu endorsment dari perusahaan/brand
kini menargetkan influencer.
Sebelum
bertutur lebih jauh, Mentari meminta kami untuk memperkenalkan diri – inginnya dikenal
sebagai apa. Saya meneyebut diri saya sebagai blogger penyuka bidang Psikologi
Populer, Pengembangan Diri, dan Pendidikan Praktis. Beberapa hal yang saya
tulis di blog ini adalah tentang anak, literasi digital, dan hal-hal baik di
Makassar. Saya bergabung dengan beberapa komunitas blogger, juga dengan
komunitas/organisasi lain yang memiliki tujuan sosial seperti Mafindo (yang
bergerak dalam literasi digital) dan Peduli Sahabat (yang concern kepada
pendampingan mereka yang menyukasi sesama jenis untuk kembali straight).
Acara
perkenalan tidak berlangsung lama karena kami hanya berdua puluh saat ini. Para
peserta sebagian besar mahasiswa yang memiliki minat seputar grafis, video, dan
menulis. Ada juga yang menyukai seni dan berbicara di depan orang banyak.
Oke,
lanjut lagi, ya mengenai materi dari Mentari.
Bagaimana memaksimalkan
seluruh media sosial?
Maksimalkan
semuanya karena pangsanya beda-beda. Share YouTube, share ke IG,
Twitter, dan Facebook juga. Masyarakat dari media-media sosial tersebut berbeda,
treatment-nya berbeda pula. Ada berbagai media sosial, sebaiknya kita
bisa menganalisa. Tapi ingat, harus sesuai dengan personal branding
kita. Nah, cari tahulah bagaimana strateginya masing-masing media sosial tersebut,
tahu value. “Maksimalkan ke seluruh media sosial,” sekali lagi Mentari menekankan.
Simplifikasi pesan
dengan quote.
Punya
idealisme tetapi ingin menyampaikan sesuatu, maka pakailah cara yang diterima.
Targetnya bagaimana agar pesan kita diterima.
Kisah repeat campaign
Penyampaian
Mentari diselingi dengan cerita pengalamannya dalam dunia influencer. Salah
satu yang pernah dia lakukan adalah Repeat campaign. Dia menyampaikan
pesan mengenai pemakaian baju yang sama. Tampil di media sosial bukan berarti dengan
baju yang harus berganti di setiap foto. Namun rupanya pesan baik ini tidak
diterima dengan baik oleh semua orang. Ada juga yang nyinyir. Cara
menghadapinya, tidak perlu larut. Tidak perlu selalu dijawab.
Porsi pribadi dengan
misi yang dibawa harus dijaga
Mengapa?
Sebab orang butuh karakter, karakter itu ada di dalam diri kita. Kapan mau branding
diri dan apa yang mau di-message harus dipikirkan. Mentari suka share
kegiatan pribadinya juga tapi sebagian dia share ke close friend.
Harus mengatur postingan, kapan untuk publik, kapan publish diri
sendiri, dan kapan tidak melakukannya.
Menunjukkan
karakter di media sosial adalah penting. Buatlah netizen suka dengan
diri kita dan karya kita. Kalau sudah menyukai diri kita, apapun yang kita
bikin lebih mudah untuk disukai mereka. Penting memiliki dan menunjukkan value,
value diri membedakan kita dengan yang lain. Kalaupun ada yang memiliki value
sama, penting untuk menjaga konsistensi.
Mentari
menekankan penting untuk membangun keduanya – sebagai pribadi dan karya. Dia
lalu menunjukkan kepada kami sisi lainnya di Insta Stories.
Tentang campaign yang
tak sesuai kata hati
Bagaimana
Mentari menghadapi hal-hal yang tak sesuai kata hatinya?
Dia membagikan
pengalamannya, yaitu perlu mewaspadai hal-hal berikut dan menyikapinya dengan
hati-hati:
- Berbohong, mengada-ada dalam campaign. Misalnya jangan menyebut selalu memakainya sementara kita tidak demikian.
- Brief yang tidak sesuai kata hati/prinsip jangan dilakukan, negosiasilah atau ..
- Berusaha menghindari yang tak sesuai kata hati dengan cara memilih diksi dengan hati-hati.
Tentang meningkatkan
jumlah followers.
Boleh
mengikuti isu yang lagi hits untuk tingkatkan followers. Ya kali,
kita mau juga posting yang lagi hits, kan. Jangan nanggung-nanggung.
Tapi tetap bisa saja terbentur dengan idealisme karena tidak sesuai dengan
diri. Waspadai hal ini.
Oya,
yang harus diwaspadai dalam mengikuti yang lagi update adalah, jangan
sampai menghilangkan jati diri. Begini, ketika cover version lagi banyak
yang tonton, banyak yang tergoda untuk membuatnya. Bisa jadi penontonnya
banyak. Tapi jangan sampai terkenal sebagai YouTuber cover misalnya.
Bisa
jadi yang lebih ditunggu oleh subscriber-mu adalah yang cover-mu
padahal dirimu punya karya original juga. Apakah mau ditunggu-tunggu
sebagai cover artist atau karya sendiri? Sayang, kan kalau karya original
malah tak dikenal.
Hard selling or soft
selling?
Orang
tidak suka postingan hard selling sukanya soft selling.
Tapi bisa saja bentrokan dengan klien. Nah, ini menjadi tantangan tersendiri bagaimana
follower kita tetap suka postingan kita walaupun berupa endorsment.
Tentang followers
dan hubungannya dengan engagement
Perhatikan
keaktifan, frekuensi upload, kuantitas, kualitas, dan keinginan followers./subscribers.
Cara dapat followers dan
subscriber
Tentunya
harus aktif daun upload frequently. Perlu memperhatikan
kualitas. Untuk kualitas harus sabar, butuh proses, kan. Dengan kuantitas posting
dulu, jumlah follower bisa naik pelan-pelan, upload dulu
banyak-banyak.
Mentari
menekankan perlunya mengetahui apa yang disukai oleh follower/subscriber.
Subscribe Mentari misalnya, mereka senang dengan video yang bikin baper.
Nah, tantangannya di sini … mengemas antara yang kita suka dan yang disukai subscriber,
menyatukannya dalam satu kemasan adalah hal yang paling sulit.
Salah satu vlog di channel Mentari Putri Novel
Tips frekuensi update dari Mentari
Putri Novel:
- 1 kali Instagram, Instastories 3 kali per hari.
- YouTube 2 kali sepekan.
- Twitter, dalam sehari harus ada tweet.
Maintaining
engagement:
- Aktif.
- Interaktif.
- Analisis.
Mentari
berpesan agar membalas komentar dan DM (direct message) yang masuk, jangan
sok ngartis, sesekali insert gambar lucu.
Media
sosial sebagai bisnis, tidak dipungkiri menjadi bagian influencer. What
to do? Bikin personal branding. Riset sebanyak-banyaknya, bikin
difrensiasi kita. Penting adanya value yang membedakan kita dengan orang
lain apa. Kuatkan karakter kita, jaga porsi upload yang menunjukkan karakter
dan porsi placement. Cari tahu apa yang diinginkan audience.
Makassar, 5 Januari 2019
Bersambung
Silakan
baca tulisan-tulisan sebelumnya:
- School of Influencer: Menjadi Influencer Positif
- School of Influencer: Jadi Influencer yang Menginspirasi dalam Public Speaking
- School of Influencer: Menulis yang Bukan Sekadar Konten
- School of Influencer: Komunikasi Visual dan Personal Branding
- School of Infuencer: Sinematografi Smartphone
- School of Influencer: Infografis Informatif
- School of Influencer: Dasar-dasar Fotografi
- School of Influencer: Menulis Script dan Membuat Video
Share :
Acaranya menarik disimak.
ReplyDeleteSayangnya belum pernah diadakan langsung dikotaku.
Semoga nanti makin banyak kota yang bisa dijangkau School of Influencer
DeleteWahh seru bngett kak. Benar juga kak, untuk meningkatkan followers ig harus aktif terus. Apalgi interaksi dilakukan kepada followers. Wahhh makin mantap itu sosmed kak.
ReplyDeleteYes, begitulah ... kalo tidak aktif kan malas ya orang
Delete*noted to my self yang lagi malas nengok IG sendiri hehehe*
Wah saya sepertinya butuh ikut acara-acara seperti ini. Thanks ilmunya mbak, bakal saya baca semua school of influencernya.
ReplyDeleteSiap. Terima kasih ya sudah berkenan membaca :)
DeleteBenar sekali, meningkatkan followers dengan yang berbau hits memang sangat dianjurkan, tapi kalau tidak kita sukai ya jadi malas2an. Makasih infonya.
ReplyDeleteSiap. Terima kasih ya sudah membaca.
Deletewow, Scholl of influencernya berantai. Mau baca yang ini dulu ah.
ReplyDeleteSoal kata 'selalu' yang dipakai influencer di campaign mereka, sering saya temukan. Padahal kita (orang awam) aja langsung ngeh, kalau dia gak selalu pakai tu produk.
Nah iya kan .... saya kalau baca campaign dan ada yang bilang SELALU padahal saya tahu tidak atau sesuatu yang diada-adakan, jadi resah sendiri. Makanya saya menanyakan ke nara sumber di acara ini, biar kalau saya menuliskannya, bukan dari saya saja keresahan ini bersumber tapi ada juga yang bilang jangan seperti itu dan dia influencer top. Kalau saya kan siapa, sih .... :D
Deletesaya pengen banget jadi influencer, udah dapat teorinya tapi ga pernah dipraktekan, masih malas...
ReplyDeleteapakah kita bisa melakukan engangement di saat yang bersamaan disosial media? atau sebaiknya fokus aja kali ya? ke satu per satu