Yeah,
semacam pemeo “rumput tetangga selalu lebih hijau” begitu. Padahal apa, sih
kekurangan pulau Sulawesi nan menawan ini? Namun demikian, sering kali kita
memang harus membuktikan sendiri dengan mendatangi halaman tetangga untuk
membuktikan apakah rumputnya memang lebih hijau atau sebenarnya keadaannya sama
saja, hehe.
Nah saudara-saudara,
akhirnya kesampaian juga saya menjejakkan kaki di beberapa kota di pulau Jawa.
Pertama kali pada tahun 1995. Saat itu bersama teman-teman kuliah melaksanakan
program tak resmi kami yang bernama KKL – Kuliah Kerja Lapangan. Waktu itu kami
mengunjungi perusahaan-perusahaan yang berhubungan dengan bidang kuliah kami di Teknik Elektro.
Bukan
hanya mengunjungi sejumlah perusahaan, perjalanan itu juga sekaligus menjadi ajang
rekreasi. Bukan hanya perjalanan seru dengan kapal laut dan kereta api,
kami juga naik bus antar kota. Beberapa tempat wisata yang kami sambangi adalah Candi
Borobudur, Pantai Parangtritis, dan Tangkuban Perahu. Sejumlah kenangan bermunculan bila mengingat
perjalanan tersebut termasuk konflik yang menyertai dalam perjalanan panjang
nan dramatis itu.
Pantai Parangtritis, Jogja, 1995 |
Saya bertindak
sebagai bendahara angkatan waktu itu, ada konflik keuangan yang membuat saya stres
sepanjang perjalanan dan harus mengganti uang angkatan. Sebelum perjalanan,
uang kas kami dipinjam oleh kakak senior untuk kepanitian kegiatan nasional yang
sedang berlangsung. Janjinya akan mengembalikannya keesokan harinya tak
terjadi. Bahkan selamanya, pinjaman itu tak pernah sama sekali dikembalikan
oleh kepanitiaan terkait.
Konflik
dengan teman-teman seperjalanan pun tak terelakkan. Saya pun menjadi kehilangan
setengah kewarasan dan menjadi begitu pelit mengeluarkan uang kas sampai-sampai
menolak memberikan tips kepada pak sopir. Beban mental ini harus saya tanggung
sendiri. Wajar sih, salah saya juga kan terlalu percaya kepada orang?
Di Petronas, Gresik, 1995. |
Sejumlah
kakak senior lain berinisiatif membantu perjalanan kami dengan patungan
mengirimkan dana bantuan yang statusnya tentu saja sebagai pinjaman. Untuk
sementara uang angkatan terselamatkan. Selanjutnya, proses panjang
pengembaliannya saya lalui. Beruntung kepengurusan baru senat mahasiswa
fakultas mau menanggung sebagiannya. Bukan hal mudah bagi saya untuk mengembalikan
uang sejumlah Rp. 500.000! Alhamdulillah, setelah berupaya mencari dana
dengan bantuan beberapa orang, saya bisa mengembalikan semuanya.
Peristiwa
tersebut meninggalkan bekas berupa pelajaran sekaligus pukulan yang teramat
besar bagi saya. Namun demikian merupakan perjalanan yang menyenangkan karena
banyak melihat hal baru yang tak ada di daerah kami. Untuk pertama kalinya kami
melihat sendiri keadaan perusahaan-perusahaan besar dan mulai menanam mimpi
untuk menjadi bagian di dalamnya.
Di Samsung Electronics, Sidoarjo, 1995. |
Untuk
pertama kalinya saya melihat gemerlapnya ibukota negara, juga melihat dari
dekat beberapa kota yang selama ini hanya saya lihat di layar televisi. Masih
teringat ketika itu sepeda masih menjadi alat transportasi yang banyak di
gunakan di Yogyakarta dan Jawa Tengah, sementara di Makassar dan di kampung
bapak saya (Soppeng, Sulawesi Selatan) sudah mulai kurang yang menggunakannya.
Masih
teringat tempat belanja murah di Malioboro, kencangnya angin dan bendi
Parangtritis, sedapnya teh di warung-warung kecil di kota Jogja, hingga pengalaman
mabuk perjalanan dan diare. Teringat pula kebun teh luas menghampar di daerah
Jawa Barat ketika melalui Puncak, Garut, dan Cianjur.
Kebun teh Gunung Ciliwung (Yusup/detikTravel, dari travel.detik.com) |
Sekian
tahun setelah itu, pada tahun 1999, 2000, dan 2002 saya kembali menjejakkan
kaki di pulau Jawa namun tak menempuh perjalanan seperti sebelumnya. Kemudian film
Kulari
ke Pantai yang saya tonton bulan Juli lalu menggugah saya dengan
pertanyaan, mungkinkan perjalanan panjang di pulau Jawa terulang kembali? Yang
minim drama tentu!
Ah, jika
memungkinkan suatu saat nanti, masih ingin mengulangi perjalanan panjang
melintasi pulau Jawa. Sudah begitu banyak hal yang berubah. Setelah mengamati,
agar perjalanan panjang minim drama, hal-hal berikut ini harus diperhatikan:
Pastikan
tak ada masalah keuangan dengan siapapun.
Pengalaman
24 tahun lalu itu mengajarkan saya untuk tak sembarangan meminjamkan uang lagi meski
kepada orang yang dipercaya, apalagi uangnya milik bersama. Keadaan keuangan
haruslah aman, tenteram, dan damai. Jangan lupa, minimkan konflik dengan memastikan terman
seperjalanan memang cocok dengan kita karakternya.
Mempersiapkan
rute dan bekal dengan baik.
Menentukan
rute yang paling nyaman. Di jaman now sudah banyak sekali yang upload
di internet itinerary-nya. Di mana akan berhenti untuk beristirahat
dan membawa bekal serta perlengkapan penting
seperti obat-obatan dan sebagainya bisa di-browsing dengan seksama.
Memesan
tiket jauh hari sebelumnya.
Perhitungan
mengenai waktu memesan tiket pulang dan pergi juga harus jitu. Kalau dulu orang
harus antre di loket, sekarang ada kemudahan yang ditawarkan teknologi. Salah satunya
tersedia di https://www.traveloka.com/tiket-bus-travel/daytrans.
Layanan bus travel (shuttle) DayTrans yang sudah tersebar di
beberapa titik di kota-kota besar di Pulau Jawa ini sudah terpercaya dalam
bidangnya.
Pastikan
kondisi lalu-lintas sedang bersahabat.
Kata
adik saya yang setiap pekan melintasi Jakarta – Bandung lalu kembali dari
Bandung ke Jakarta untuk bekerja, kemacetan membuatnya lebih memilih moda
transportasi kereta. Lagi pula kediamannya terletak relatif dekat dari stasiun Gambir. Kemacetan telah menjadi drama yang sangat laris akhir-akhir ini. Kalau mau menikmati perjalanan panjang dengan bus memang harus pandai memilih
saat lalu-lintas sedang tak padat.
Well,
barangkali
teman-teman yang membaca punya saran buat saya jika kelak hendak melakukan
perjalanan panjang di pulau Jawa? Share, ya di kolom komentar.
Makassar, 20 Februari 2019
Share :
Tahun 1995 Kak Niar sudah jalan-jalan ke Pantai Parangtritis, tahun segitu saya baru berusia 4 tahun wkwwk. Bahkan belum masuk TK.
ReplyDeleteSampai sekarang belum pernah ke Jogja. Untuk kota-kota di Pulau Jawa pernahnya sih ke Jakarta, Bandung dan Surabaya eh Sidoarja (alias numpang transit di bandaranya doang wkwkwk).
Beda zaman kita yah wkwkwk.
DeleteJogja dan Bandung itu kota² yang bikin kangen.
Wah thn 95 saya masih unyu2 jadi maba di Bandung, kak Mugniar sdh PKL tawwa.. hehe.
ReplyDeleteAnyway makasih tips travellingnya, saya kira travelling adalah aktifitas tertua yg selalu dijalani manusia utk "menaikkan" kualitas hidupnya.
Beda 3 tahun jaki', Derus berarti hehehe.
DeleteYah, ternyata memang banyak pelajaran kehidupan diperoleh saat traveling, ya?
Betul sekali soal keuangan yang milik bersama, harus hati-hati dan sedikit pelit. Susah bela menagihnya.
ReplyDeleteSaya menginjakkan kaki di candi Borobudur pada tahun 1986, wuih kentara sekalimi tuaku di hehehe....
Itulah, Kak. Pelajaran betul ini buat Saya.
DeleteAsyik ya mba kalau jalan2 tanpa drama. Cuma klo sama anak2 ada juga dramanya.
ReplyDeleteUntuk perjalanan jauh biasanya dgn sahabat dekat aja nih aku mbaaa..
Iya sih, dengan anak yg masih kecil pastinya ada drama. Dengan sahabat sehati asyik, ya, Mbak 😘
DeleteIyaaa mbaa Niar, klo sama anak2 sedia camilan, mainan hihi banyak banget.. apalagi anak2 masi kcil hehe..tapi menyenangkan ^^
DeleteDipinjam oleh Kakak senior lalu tidak dikembalikan..kayaknya waktu itu pasal senioritas masih berlaku dengan ketat..Pada tahun 2010 lalu waktu saya mula kuliah pernah juga kena pasal senior.. Yah cukup jadi kenangan ajha..ehe
ReplyDeleteHm bukan karena itu sih. Saya paham bukan karena itu.
DeleteMasalah uang memang menjadi hal yang sensitif. Saya pribadi tidak akan berani meminjamkan uang yang diamanahkan kepada saya. Saya juga banyak melihat banyak hubungan persaudaraan dan pertemanan menjadi retak karena masalah uang. Dalam sebuah organisasi pernah juga memegang posisi bendahara, ampun -ampun deh. Memang posisi yang kadang membuat kita emosian
ReplyDeleteItu mi kodong jadi pengalaman yang sampai sekarang bikin Saya kapok jadi bendahara. Tadi malam saya ceritakan hal ini ke anak bujangku dan mewanti-wantinya supaya hati-hati. Siapapun tak boleh dipinjamkan uang organisasi meskipun dia sosok yg terkait kalau bukan utk kepentingan organisasi itu sendiri.
Deletetahun segitu baru ka saya puber. saya baru kenal cinta monyet kak Niar sudah berjalan jauh :D
ReplyDeleteEh, bukan jaki' masih SD tahun segitu? Masih SD tapi sudah tahu cinta monyet? 😄😄😄
DeleteTahun 1995 masih sma. Coba ke Malang Mbak. Bagus daerah sana.
ReplyDeleteSaya yang orang Jawa malah ingin tahun daerah luar Jawa...:)
Waahh iyaa, saya penasaran dengan Kota Malang, Mbak 😍
Deletesalut sama kak Niar, masih menyimpan Foto-foto lama semasa kuliah, apalagi foto perjalanan pas KKL hehe...
ReplyDeleteberuntungnya zaman sekarang sudah sangat dimudahkan jika ingin ngebolang ke daerah lain,
Sekarang, tinggal pencet-pencet tombol untuk pesan tiket. Yang penting ada uang, ya 😍
DeleteCocok sekali judulnya kak, pasti ada.drama setiap kali traveling terutama dengan teman-teman yang notabene adalah orang lain dengan beragam karakter.
ReplyDelete"Pasti ada drama"? Berarti memang harus diusahakan seminim mungkin ya, Mam Er.
DeleteSaya pertama kali ke Jakarta sewaktu kelas 6 SD (sekitar tahun 1986, kalau tidak salah) dan ke Jakarta untuk yang kedua kalinya di tahun 2018. Itumi juga untuk pertama kalinya kulihat monas dari dekat.
ReplyDeleteBegitu sudah sampai sana, tetap menginginkan Makassar, ya? 😍
DeletePerjalanan naik bus yang penting kondisi lalulintas baik dan gak macet banget hehe kalau macet suka bete sih kalau saya
ReplyDeleteItu dia, Mbak. Kalo macet ndak bisa menikmati suasana yah 😄
DeleteNaik kereta emang pilihan paling aman dari macet heheh
ReplyDeletePilihan banyak orang pun 😄
DeleteTraveling msh mikirin duit atau utang memang ngk asik mbak. Soalnya financial planner juga bilang kl mau traveling jangan berhutang. Pengalamannya menarik banget mbak.
ReplyDeleteNah, itu dia! Makanya berharap banget, semoga tidak kejadian lagi.
DeleteJalan-jalan tanpa drama katanya gak seru kak. Hahaha... saya pernah punya pengalaman tidak enak juga soal jalan-jalan. Travel mate yang hanya maunya diikuti. Tapi tidak punya rasa empati untuk teman lainnya. Kapok rasanya ngajak jalan lagi setelah kejadian itu.
ReplyDeleteHmm sarannya kalo kak niar mau jalan-jalan lagi, mulai dari Surabaya, Malang, Solo lalu Jogja...
Ddeh ndak enaknya dapat teman seperjalanan begitu. Untungnya Kak Ira sabar, yaa 😍
DeleteSiaap. Ditampung usulnya. Belum pernah ke Malang sayah.
Pembicaraan sensitif kalau menyinggung masalah uang di'kak. Apalagi uang angkatan. Untung dulu nda jadika bendahara angkatan apalagi himpunan. Saya anaknya teledor dan sembarang simpan uang. Dulu senpat kehilangan uangnya MADZ karena di curi orang di kos-an
ReplyDeleteDdeh, Saya kapok mi Evi.
DeleteEh kodong, kasihannya sampe kecurian. 😱
Pengalaman travelling dan punya drama masalah "keuangan" itu memang nggak enak banget ya kak. Apalagi kalau kita yang jadi bendaharanya. So pasti stress.
ReplyDeleteBtw saya malah belum pernah injak Jawa, pengen juga sih tapi kalau misal kesampaian harapan saya juga sama seperti kak Niar. Kudu minim drama.
Huhuhu iyaa. Kalo penuh drama kayaknya lebih aman ndak ke mana-mana, deh.
DeleteTahun 95, Saya masih di kampuang kelas 2 smp hahaha belum Ada bayangan kalau tahun depannya akan ke Makassar lanjut SMA Dan di sini terusmi hahaah
ReplyDeleteDan ternyata sekian tahun ke depan, kita sering ketemu ya Nanie, hehehe. Ndak disangka perjalanan hidup mempertemukan kita.
DeletePastikan lalu lintas bersahabat. Duh ini aku pengalaman banget tahun lalu ke Jogja secara iseng. Ceritanya aji mumpung pas lagi di Magelang gitu. Dan di sana ternyata muacet parah! Duh emang kudu dipersiapan deh Mbak perjalanan ini termasuk soal hati yang tabah jika sikon tidak sesuai prediksi
ReplyDeleteMemang benar-benar harus matang segala persiapan ya. Saya sudah mengalami, jadi diusahakan tidak terjadi lagi, Jiah :D
DeleteKalau yang Jawa ingin ke Luar dan begitu sebaliknya. Sedikit banyak persiapan harus ada termasuk soal tiket perjalanan. Beda lagi ya kalau memang niatnya mbolang
ReplyDeleteIya, sebaiknya memang seperti itu ya Mbak Pu. Ayo ke Makassar, Mba Pu.
DeleteWuih mbak, mantap banget KKLnya, puas ya keliling di pulau jawa. Semoga bisa diulang lg ya, tp tanpa bagian masalah keuangannya, huhu...
ReplyDeleteIyaa, kapok berurusan dengan masalah keuangan, Mbak Lia :D Semoga tidak terulang lagi dengan siapapun.
DeletePilihan tanpa macet keliling Jawa ya kereta, atau tol TransJawa. Say mudik terakhir, masuk pintu tol Jakarta - 1 km dari rumah, lanjut tol sejauh 700 km, selama 14 jam (termasuk ishoma), sampailah di rumah mertua di Madiun. Turun pintu tol Madiun dan ke rumah Ibu 5 km lagi
ReplyDeleteHapppyyyy!!
14 jam ke Madiun, ya lewat tol dari Jakarta. Hm, dicatat deh, Mbak Dian :)
Deletemenariknya dari road trip itu ada drama-drama seru yang nambah cerita menarik buat jadi bahan cerita hahaha
ReplyDeleteIyaa, semua cerita menguntungkan buat blogger ahaha
DeleteWih 95 udah keliking Jawa Mak. Awet banget photonya.
ReplyDeleteAlhamdulillah, Mbak Ida :)
DeleteMemang sebaiknya kita sdh melakukan persiapan jauh2 hari sebelum menempuh perjalanan panjang ya Mba..
ReplyDeleteBetul sekali Mbak Rita
Deleteseru juga pengalaman pertama kali ke Jawa nya ya, mba..
ReplyDeletekecuali tentang uang angkatan yang dipinjam kakak tingkat itu. masalah duit emang sensitif ya. bisa jadi sumber perpecahan antar teman.
Iya, Mbak. Berbahaya kalau ada masalah seperti itu.
DeletePerjalanan darat dengan naik mobil pribadi udah beberapa kali saya alami bareng keluarga. Kami udah pernah road trip Semarang - Blitar, Smg- pacitan, Smg - Malang, Semarang-Bogor, bahkan pernah juga Bogor - Pekanbaru. SEru sih dan meski ada drama, tapi lelah pun nggak dirasakan karena hepi, mbak
ReplyDeleteKalau sekeluarga, alhamdulillah dramanya bisa minim sekali ya, Mbak Wati. Kalo anak-anak sudah gede mah ndak ada drama, ya, malah hepi :)
DeleteSekarang road trip keliling pulau Jawa pakai kendaraan pribadi pun lebih mudah ya berkat tol.
ReplyDeleteKalaupun naik kendaraan umum, asalkan tiket sudah dipesan dari jauh hari pasti aman sampai tujuan.
Ya, intinya persiapan diri harus matang ya Mbak
DeleteUntuk melakukan perjalanan panjang di Pulau Jawa memang harus siap menghadapi kemacetannya, Mbak. Lebih baik jika menggunakan kereta api saja.
ReplyDeleteTapi kalau mau menikmati suasana kota-kota di Pulau jawa, tidak apa-apa menggunakan transportasi darat. Asal tahan dengan kemacetannya hihihi
Nah itu, selain harus tahu peta atau tahu baca peta, atau tahu menggunakan aplikasi peta, juga harus tahu kapan saat-saat yang tak macet, ya :)
DeleteTerakhir melakukan perjalanan darat Jakarta - Madura selama 10 hari. Mampi ke Malang, bromo, semarang, cirebon dll. Bawa anak-anak, jadi tiap ada tempat bagus mampir, ada tempat jualan makanan yang rame ya belok. Dinikmati aja hehehe.
ReplyDeleteSekarang udah enak kok, ada jalan tol dan berbagai aplikasi GPS di hp juga udah canggih nunjukkin jalan. Jadi gak perlu khawatir mba.
Kalo di Qatar, drama road trip itu kalo ada Badai Pasir lewat. Ammpuuunn
Iya, ya Mbak De ... zaman sudah canggih ini, ya.
DeleteHehe, baca di blog Mbak De, seru banget ya kalau pas ada badai pasir.
Aku malah kepengen menelusuri Sulawesi. Baru Makassar saja yang kudatangi :)
ReplyDeleteTapi kalau aku sih lebih milih perjalanan dengan kereta api. Di traveloka juga enak pesan tiket kereta api. Lebih lancar dan nggak kena macet :D
Kapan-kapan plesiran ke SUlawesi, ya Makpuh :)
DeleteIya benar, ya sekarang bisa pesan tiketnya mudah. Dengan Traveloka beres.
Jadi teringat zaman masih gadis, saya jg pernah sendirian ke ibukota mbak. Kalau dipikir2 gak nyangka seberani itu hehe.Tapi enaknya pergi berombongan sama teman emang yaaa.
ReplyDeleteIyaaa masalah uang sensi, sblm pelesir lunasi dulu lha utang2, jgn sampai punya utang apalagi pelesir ngutang hehe
Itulah, pelajaran berharga banget buat saya ini urusan hutang. Semoga tidak pernah kejadian lagi.
DeleteKalau mbak Niar yang di luar Jawa pengin ke Jawa. Kalau aku, Mbak, belum pernah ke pulau seberang selain ke Lmapung dan Pulau Dewata. Aku penginnn banget ke Makasar. Membayangkan ke pantai kemudian mencicipi Pallu Butung langsung dari asalnya. Hm, sepertinya nikmat.
ReplyDeleteWah, mbak Niar tahun 95 ke Jawa, aku thn 96 mbak. Bedanya aku masih SMP waktu itu. Hehe. yang namanya perjalanan memang harus dipersiapkan dengan matang ya mbak. Apalagi soal uang. Jangan sampai deh kehabisan uang diperjalanan.
ReplyDeleteTosss ah mba. Traveloka udah jadi sahabat kami banget. Klo mau beli tiket, yang keingetan yaaa traveloka.
ReplyDelete