“Perkembangan ekonomi Makassar, juga karena foto,” kata Pak Danny Pomanto – walikota Makassar pada Diskusi Fotografi bertajuk Peran Fotografi Era Digital pada tanggal 29 Desember lalu.
Alasannya
adalah karena foto-foto demonstrasi sekarang
sudah berkurang dan berganti dengan foto inovasi yang bisa menimbulkan trust.
“Foto adalah kehidupan. Orang kecil bisa dikasih besar, orang besar dikasih
kecil bisa lewat foto,” imbuh Pak Danny.
Pak
Danny juga menyampaikan bahwa para pewarta foto bisa membuat kesan baik dan
buruk pada sebuah peristiwa. Tak dipungkiri, semua orang sekarang mendadak
menjadi fotografer. Dalam konteks Makassar dan Sulawesi Selatan, kini para
pewarta foto telah mampu mengisi ruang-ruang image masyarakat.
Satu foto
mampu membuat seribu berita. Dalam laman fotografi yang menampilkan berita,
sering kali kita lihat fotolah yang berbicara banyak. Pak Danny mengingatkan pula
kepada hadirin yang sebagian berasal dari PFI (Pewarta Foto Indonesia) Makassar bahwa para fotografer harus punya
komitmen, “Buat foto-foto produktif. Bukan foto-foto yang melemahkan bangsa
ini, Bukan foto-foto yang mendiskreditkan bangsa ini. Bukan foto-foto yang
membuat Sul Sel jadi lemah!”
Menurut Pak Danny, seharusnya
foto-foto
yang ditampilkan para
pewarta foto
membuat Makassar, Sul Sel,
dan Indonesia
menjadi kuat, “Harus ada
komitmen untuk
menjaga image kota,
provinsi, dan Indonesia
menjadi bagian dari
perjuangan para fotografer!”
Di
dalam salah sebuah ruangan di Gedung Miring Telkomsel itu, juga tampil 4 nara
sumber yang membagikan pengalamannya di hadapan hadirin. Keempat nara sumber diperkenalkan
oleh Darwin Fatir
(Jurnalis Kantor Berita Antara). Ketiganya adalah Ocha Alim Bachri (Ketua PFI Makassar), Devo Khaddafi (Ketua
Perhumas Makassar – Sul Sel), Tawakkal Basri (Redaktur Foto Harian Fajar), dan
Zilqiah Angraini (Fotografer & Lifestyle Blogger).
Menyambung
perkataan Pak Danny, Pak Devo mengatakan bahwa tantangan kita bersama di jaman
now adalah dalam memilah informasi mana yang betul karena begitu banyaknya informasi
yang beredar di internet.
Maklumlah, Indonesia sebagai salah satu negara yang terbesar pengguna internetnya. Semua elemen hendaknya menjadi humas bagi Indonesia. “Ayo jadikan foto, tulisan, dan berita kita positif seperti yang dikatakan Pak Wali. Jadikan ‘Indonesia Bicara Baik’ sebagai semangat bersama jangan share hal negatif,” pungkasnya.
Oya,
buat kalian yang berpikir, ngapain saya menjebakkan
diri di antara para pewarta foto dan fotografer hari ini, saya beri tahu
dulu, ya mengapa saya hadir di sini yang jelas, alasannya bukan karena saya
ingin menjadi jurnalis foto.
Devo, Zilqiah, Tawakkal |
Saya
hadir di acara ini karena sebagai blogger. Dalam blog, mau tidak mau
foto menjadi salah satu pemanis sekaligus menjadi ornamen informatif yang penting
dalam postingan. Makanya saya sesekali berguru juga kepada para ahlinya,
yaitu kepada para fotografer, termasuk pewarta foto sayangnya sampe sekarang ndak pintar-pintar juga.
Nah, dalam
hal ini ada hal-hal penting yang saya dapatkan dari Pak Ocha, Pak Tawakkal, dan
Zilqiah mengenai foto/fotografi:
Membuat Foto Itu Jurnalistik Mudah
Foto
yang bagus adalah foto yang membuat orang yang melihatnya merasa berada di dalam
suasana yang dipotret. Foto jurnalistik itu enak dilihat, komposisinya/teknik
fotografinya bagus, pesannya sampai, dan dapat moment-nya. Sabar untuk
menunggu moment yang unik karena moment tak bisa diulang. Foto jurnalistik
lengkap dengan pemberian caption.
Ocha Alim Bahri |
Peka Melihat Moment
Terkadang
ada hal unik yang menjadi pembeda antara foto seseorang dengan orang lain. Perhatikan
hal menarik di sekeliling kegiatan. Pada pertandingan olahraga misalnya, jangan
hanya fokus pada olahraganya. Perhatikan pula moment di sekitar arena.
Harus sigap, usahakan menjadi yang pertama sebab kalau tidak, foto kita tidak
menjadi unik lagi.
Jangan Lelah Mengambil Gambar
Dari
2000 – 3000 foto bisa saja hanya 1 yang layak tampil di halaman depan. Abadikan
semua angle yang bisa diambil.
Tawakkal Basri |
Pada Situasi Berisiko
Pada situasi berisiko semisal pada pertandingan balap mobil, liputan di alam terbuka, perhatikan
keadaan sekeliling, jangan sampai membahayakan diri sendiri karena bisa saja celaka, kena
batu atau tertabrak misalnya.
Good News is The Best News
Good
news is the best news,
bukan lagi bad news is a good news. Patut memikirkan misi sosial. Jangan
ambil keuntungan terlalu banyak dari obyek foto. SLTA: Stop, Looking, Thinking,
dan Action. Hati-hati, perhatikan undang-undang juga dalam mengambil
foto. Jika terjadi bencana, gunakan foto yang terlihat dramatis agar dapat menarik
perhatian orang untuk menyumbang.
Zilqiah |
Foto yang Bercerita
Harus
akrab dengan obyek untuk mendapatkan ceritanya. Pak Tawakkal misalnya, sampai
rela turun ke dalam gorong-gorong berair untuk mengambil foto yang bercerita
mengenai pekerja gorong-gorong.
Foto di Blog
Jika
ingin foto kita tersimpan dalam waku yang lama dan bisa diakses serta dinikmati
oleh siapapun, bisa mempertimbangkan blog sebagai media penyimpanannya. Berbeda
dengan media massa yang biasanya usianya tertentu, blog bertahan lebih lama –
bahkan bisa selamanya di internet. Foto yang tersimpan di blog bisa ditemukan
melalui mesin pencari.
***
Yes, itulah semua point-point
penting yang saya peroleh selama acara. Sama pentingnya dengan goodie bag yang
saya dapatkan sebagai bagian dari 20 orang pertama yang hadir dan dijanjikan
mendapatkan goodie bag. Beruntungnya, saya mendapatkan jaket perempuan
dari Yamaha – salah satu sponsor acara ini. Terima kasih PFI Makassar, sudah
dapat banyak wawasan, saya pulang membawa goodie bag pula.
PFI Makassar |
Makassar, 5 Februari 2019
Baca
juga:
- School of Influencer: Dasar-dasar Fotografi
- MIWF 2016: Foto yang Bercerita
- Belajar Food Photography pada Winarni, Owner Winslicious
- Bidang Fotografi: Action Camera Vs DSLR
Share :
Foto yang bagus adalah foto yang membuat orang yang melihatnya merasa berada di dalam suasana yang dipotret
ReplyDeletei love this caption, bener2 menginspirasii buat fotografer pemula hehehe
Yes .... itu pesan dari bapak-bapak pemateri hehe
DeleteSaya malah sering foto buat instagram aja hihihi
ReplyDeleteKalo bagus enak dilihat fotonya hehe
DeleteAda istilah no pictures is hoax. Jadi foto atau dokumentasi memang pentinh
ReplyDeleteYes, istilah yang mendunia hihi
Deletemakaasih sharingnya paling suka kalau foto yg diambil angelnya keren bikin fotonya juge keren habis
ReplyDeleteMakasih sudah mampir Mbak. Agle yang unik membuat foto jadi keren
DeleteWah keren banget yah hasil fotonya yang di ada di LCD
ReplyDeleteConcto-contoh foto yang diperlihatkan keren-keren, Mbak
DeleteDari sekian banyak foto yang bagus cuma 1 hmm iya sih kadang aku juga merasakannya hehe
ReplyDeleteHahaha iyaa, harus sabar katanya, Mbak
DeleteMemang terkadang kita harus memotret dari sisi yang tersulit hehe
ReplyDeleteYa, biar unik kan ya
DeleteDemi foto yang bagus rela memprotet di posisi yang tidak kita inginkan hehe
ReplyDeleteSeperti itulah hehehe
DeleteBerterima kasih lah kepada fotografer, karena mereka memotret dari tempat yang mungkin tidak mereka sukai demi memperoleh foto yang bagus hehe
ReplyDeleteNah, penting itu
Deletedan kak Niar langsung praktek. psotingan ini jadi lebih enak dibaca dibanding yang lain karena foto-fotonya..
ReplyDeleteEh, padahal saya fokusnya di tulisan, Oppa. Seperti yang kita' sarankan hehehe.
DeleteSejauh ini, saya paling senang trip kalau ada juru foto yang tahu betul frame yang saya inginkan. Kalau dia jadi tandem saya, dipastikan foto2nya bagus.
ReplyDeleteNah, asyiknya kalau demikian. Makanya foto-foto Instagram ta' bagus dih.
DeleteSalah satunya kak
DeleteFoto yang baik emang yang pesannya bisa smapai yah kak. Apalagi segarang kita semakin familiar dengan dunia visual, photography jadi hobby sekaligus pekerjaan yang menarik.
ReplyDeleteYes, harus sampai pesannya, Uga.
DeleteItulah kenapa di blog saya kadang banyak foto, karena selain sebagai pelengkap tulisan, juga sebagai sarana penyimpan foto.
ReplyDeleteJadi kalo cari lagi fotonya, saya tinggal buka blog aja, hehe..
terimakasih kak niar sudah merangkum isi acara penutup tahun ini yang dimana saya cuma kaleng2 diantara para pewarta foto yang senior dan luarbiasa foto2nya ituhhh
ReplyDeletebelum lagi perjuangannya mereka mendapatkan foto yaaa gak sekedar iseng atau ala ala memang "kerja" keren mereka..
Membuat foto jurnalistik itu susah sekali kalau saya bilang. Karena harus benar2 peka sama keadaan, apalagi momen tidak bisa diulang.
ReplyDeleteSalah satu guruku yang saya suka sekali kalau bicara soal foto jurnalistik ya Iqbal Lubis yang kebetulan memang seorang jurnalis foto yang cukup berpengalaman.
Punya cita-cita terpendam, pengen jadi fotografer hihi. Btw ini acaranya tahun lalau di kak, kira2 tahun ini ada gak? mdh2an ada, pengen belajar juga :)
ReplyDeletejepret foto yang mempunyai nilai tersendiri susah sekali di dapatkan. Saya sendiri masih asal jepret aja yang penting hasilnya bagus :D
ReplyDeletethanks sharingnya ya....
ReplyDeleteIstilah konvensionalnya sih... Biarkan Foto yang bicara, hehehe karena foto memang punya arti dan makna tersendiri untuk mendeskripsikan sesuatu hal...
ReplyDeleteSusah juga untuk menghasilkan foto jurnalistik, harus banyak jam terbang
ReplyDelete