Hari Jumat
sore lalu, saya menyempatkan diri hadir pada Kelas Sharing Perpustakaan BaKTI (Bursa Pengetahuan Kawasan Timur Indonesia). Kalahkan
Kekerasaan dengan Komik! adalah topik sharing kali ini.
Rizka
layak menjadi nara sumber sebab dia memenangi kontes komik yang diselenggarakan
oleh Unicef, dalam rangka kampanye global #ENDViolence untuk membantu mengeliminasi tindak kekerasan yang
dialami anak-anak dan remaja.
Komik Rizka - sumber: channel BBC
"Unicef mengadakan kontes ini tanpa syarat dan ketentuan yang spesifik, namun tema yang ditentukan adalah anti- bullying dan stop violence terhadap anak-anak baik di lingkungan sekolah atau tempat tinggalnya," ujar Humas Unicef, Kinanti Pinta Karana saat dihubungi Kompas.com pada Senin (14/1/2019)[1].
Kontes
komik ini memiliki tema yang berbeda setiap tahunnya. Pada tahun ini UNICEF
mengangkat tema tentang kekerasan yang terjadi pada anak-anak dan remaja yang
akrab disebut bullying. Saya pribadi melihat bullying ini topik
serius untuk ditindaki, bukan hanya jadi bahan diskusi. Dua anak pertama saya
pernah mengalaminya. Yang ketiga – si spesial yang speech delay kalau
keluar rumah juga rentan diolok-olok anak-anak lain karena cara bicaranya yang
tak biasa.
Jaman now, ketika kebanyakan anak memegang HP, bullying mudah saja mereka lakukan. Ada yang menggunakan istilah PRANK dan bagi mereka prank itu “hanya main-main”. Ada yang dilakukan di dunia maya, melalui grup-grup media sosial, jalur pribadi, ataupun melalui pesan Whatsapp. Dan masih banyak yang dilakukan di dunia nyata.
Yang
dilakukan di dunia nyata pun beragam bentuknya. Mulai dari yang secara ekstrem
menyerang si anak, ada yang mengolok-olok pekerjaan atau nama orang tua si
anak, ada yang dengan mendiamkan anak yang sedang berbicara dengannya, dan
sebagainya. Pokoknya perbendaharaan perlakuan bullying ini makin banyak
saja.
Kisah kemenangan Rizka di channel Unicef
Itulah yang membuat saya menghadiri acara di kantor BaKTI kali ini. Sayangnya saya datang terlambat, ribet dengan bawaan – dua anak terkecil yang begitu antusias mengekor mamaknya ke BaKTI #alasan. Dalam bayangan mereka, bisa main di perpustakaan BaKTI, tempatnya main internet. Sayangnya sesampainya di sana, tempat main internetnya ternyata digunakan sebagai tempat sharing. Ya iyalah, Mamak, nama acaranya juga “Kelas Sharing Perpustakaan BaKTI” #tepukjidat.
Bersyukur
saya masih bisa menyimak Rizka menceritakan pengalamannya mengikuti kontes.
Katanya dia sempat tak berharap menang karena khawatir akan menyita waktunya dalam
mempersiapkan diri menyongsong Ujian Nasional SMA dan seleksi masuk perguruan
tinggi. Sudah terbayang saja kesibukan yang akan dijalaninya jika terpilih
sebagai pemenang.
Fyi, pemenang kontes ini nantinya akan berkolaborasi dengan tim profesional yang ditunjuk oleh Unicef untuk berkolaborasi membuat buku komik. Buku komiknya nanti akan dipamerkan di hadapan para pemimpin dunia pada sebuah forum politik tingkat tinggi tentang pembangunan berkelanjutan di markas besar PBB di New York pada bulan Juli 2019 serta didistribusikan kepada sekolah-sekolah dan anak-anak di seluruh dunia.
Fyi, pemenang kontes ini nantinya akan berkolaborasi dengan tim profesional yang ditunjuk oleh Unicef untuk berkolaborasi membuat buku komik. Buku komiknya nanti akan dipamerkan di hadapan para pemimpin dunia pada sebuah forum politik tingkat tinggi tentang pembangunan berkelanjutan di markas besar PBB di New York pada bulan Juli 2019 serta didistribusikan kepada sekolah-sekolah dan anak-anak di seluruh dunia.
Sempat pula berpikir ingin mundur ketika finalis asal India menyatakan mundur. Namun Rizka mengkhawatirkan para voter yang telah memilihnya. Rasa “tak ingin menang” terus mengemuka namun kalah telak dengan takdir yang tertulis atas namanya. Rizka berhasil mengalahkan lebih 3.600 karya dari sekira 130 negara di dunia.
Tak
hanya itu, Rizka juga mengungguli 9 finalis lainnya dengan mendulang 23.000 voting.
Finalis-finalis yang lain berasal dari Ekuador, Mesir, Yunani, Amerika
Serikat, dan Filipina. Menariknya, usia para finalis ini berbeda-beda. “Yang
paling tua 25 tahun, yang paling muda 12 tahun,” ujar Rizka.
Komik yang dibuat Rizka menceritakan tentang tokoh super hero bernama Cipta dalam mengatasi bullying. Komik ini bertujuan menyuarakan pentingnya SPEAK UP atau berani berterus terang mengenai masalah yang dihadapi. Kalau tak bisa berkata-kata secara verbal, bisa menggunakan cara lain, seperti melalui gambar seperti yang dilakukan oleh Rizka.
Sharing
berlanjut kepada pembahasan
mengenai bullying yang terjadi di sekitar kita. Saya ikut menyatakan pendapat.
Yaitu bahwa penting bagi orang tua memiliki bonding yang kuat dengan
anak sehingga anak bersedia terbuka kepada orang tua akan hal apapun yang
menimpanya.
Pengumuman di akun IG Unicef |
Namun demikian karakter anak juga mempengaruhi. Saya beruntung, Athifah anak yang basic-nya talkative dan mempunyai kemampuan verbal yang baik jadi dia mampu dan mau terbuka kepada saya. Berbeda dengan si sulung Affiq yang lebih tertutup dan tidak banyak bicara.
Pada kasus
Affiq saat dia duduk di bangku SMP dulu, beruntung ada kawan baiknya yang
menceritakan bullying yang dihadapi Affiq kepada papanya sehingga si
papa bisa secepatnya menghadap kepada guru BK dan kasus bullying itu langsung
diproses.
Foto bersama. Sumber: page FB BaKTI |
Jangan tanyakan perasaan ibu yang anaknya di-bully. Sakit, Mak! Jauh lebih sakit ketimbang menghadapi permasalahannya sendiri! Namun demikian, sebagai ibu saya sadar harus bersikap waras dan menjadi pendamping terbaik bagi anak. Teman-teman yang saya tanyai menganjurkan agar menguatkan anak saya, itu yang paling utama. Kalau sayanya tidak waras tentu tak bisa melakukannya. Bersyukur Athifah bisa diajak berdiskusi banyak hal dan mau menerima pandangan-pandangan yang diberikan kepadanya.
Rizka
punya pandangan sendiri dalam menghadapi bullying. Dari penjelasannya,
saya menangkap dia lebih memilih menyelesaikan sendiri masalahnya, yaitu dengan
menggambar. Namun dia tahu pentingnya untuk speak up dan tidak
membiarkan bullying berlarut-larut. Speak up-nya Rizka bisa
melalui karya.
Kalau
boleh saya bahasakan, pelajaran pentingnya diskusi ini adalah bagi yang punya
keterampilan menggambar, ayo menggambarlah. Bagi yang punya keterampilan
menulis, ayo menulislah. Tapi kalau kalian bisa menceritakan masalah yang
terjadi kepada orang tua atau orang dewasa yang bisa dipercaya, lakukanlah. Bullying
memang tak bisa dibiarkan karena pembiaran akan membuat pelakunya memiliki
alasan untuk mengulangi perbuatannya lagi dan lagi.
Makassar, 8 Februari 2019
Catatan:
Tulisan ini dimuat juga di BaKTI News, Edisi 158 | Maret - April 2019
Tulisan ini dimuat juga di BaKTI News, Edisi 158 | Maret - April 2019
[1] Sumber
(https://regional.kompas.com/read/2019/01/14/15260461/kisah-di-balik-komik-anti-bully-karya-pelajar-makassar-yang-menang-lomba).
Share :
Wah keren anget menginspirasi sekali. Terima kasih informasinya
ReplyDeleteTerima kasih sudah berkunjung, Mbak.
DeleteKeren banget ya mbak Rizka bisa menjuarai lomba komik dari Unicef
ReplyDeleteBanget, juara dunia pula.
DeleteWaw benar-benar keren yah bisa mengalahkan 3.600 karya. Luar biasa :)
ReplyDeleteWih, iya .. berarti memang spesial kan Rizka.
DeleteBikin komik itu susah lho. Keren mbak Rizka, saya salut
ReplyDeleteBuat yang ndak bisa pasti susah ya Mbak hehe.
DeleteWah keren sekali bisa memenangkan lomba komik dari Unicef dan juga bisa mengungguli 9 finalis lainnya
ReplyDeleteBenar, keren banget.
DeleteInspiratif sekali adeknya, dl waktu SMA saya juga pernah dibully sama teman kelas, awalnya diam saja, sampai akhirnya ada kata yang menurut saya sudah tidak baik pake banget, saya angkat bicara, tidak dengan ngatain balik, tidak juga melaporkan ke BP tapi saya membuktikan diri kalau bully bbrp teman saya itu salah
ReplyDeleteDan akhirnya setelah membuktikan, apakah pem-bully itu tak mem-bully lagi?
DeleteAda yg bbrp masih bully, tapi saya memilih tidak menggubrisnya, akhirnya setelah lulus dan ketemu skrg, mereka malah kagum sendiri saya tidak seperti yang dibully kyk wot SMA dl😁
DeleteWah, senangnya bisa melakukan apa yg disukai dan memberikan manfaat bagi orang banyak karena itu.
ReplyDeleteKadang, sy berpikir, apa sih yg mempengaruhi anak2 jaman skrg sehingga suka sekali membully temannya yg tampak lebih lemah dari dia.
Saya juga heran, Dok. KEnapa makin kreatif saja dan makin marak bully-bully-an ini. Sepertinya pengaruh media sosial, secara langsung ataupun tidak langsung.
DeleteLuar biasa si Rizka ini ya. Melawan bully lewat gambar, dan menginternasional pula. Sebuah kebanggaan, dan sebuah usaha yang luar biasa melawan bully.
ReplyDeleteSosok yang sangat potensial dan tough, Daeng. Semoga dia berhasil menggapai cita-citanya.
DeleteYang bangga bukan hanya orang tua dan almamaternya, tapi kita semua sebagai orang Indonesia!
ReplyDeleteYa, membanggakan Indinesia!
Deletekeren banget...walaupun dibully tapi tetap berkarya. jadi ortu memang harus bisa seimbang yaa...jangan sampe anak kita dibully tp jgn sampe juga anak kita yg ngebully
ReplyDeleteBetul sekali, Kak Lia. Jangan sampai kejadian dua-duanya.
DeleteSetelah lihat judulnya, saya langsung ingat..Ini mi Siswanya Bu Ulfah ,teman saya yang mengajar di SMADa.Ulfah share beritanya di status WA denga judul.."SMADA bangga padamu"..generasi milenial seperti ini lah yang harus di contohi..penyampaikan pesan positif lewat karyannya..
ReplyDeleteMasya Allah. Bangganya Bu Ulfa ya, Daeng.
Deletesayang sekali saya tak bisa hadir pada kegiatan ini padahal ingin bertemu langsung dengan Rizka. pengen banget menulis tentang Rizka dan apa yang telah dia lakukan.
ReplyDeleteJauh mi kantor ta' dih, bukan mi di Gedung BaKTI.
DeleteSayangnya sedikit ji yang hadir, Oppa.
Ada yang pernah ajar ka; "Kalau kamu dirisak orang, balas saja!", saya pikir ini benar juga kita harus melawan ketika itu terjadi biar ndak terus-terusan jadi korban. Tapi melawan dengan membuat komik kek begini rasanya lebih kreatif, salut buat Rizka
ReplyDeleteSoal risak merisak emang dimana-mana bisa terjadi, membekali anak untuk bisa membela diri atau mengubah emosi negatif menjadi kreativitas yang inspiring gini keren, salur buat Rizka 👍
ReplyDeleteKeren, bisa mengalahkan berbagai negara. Anak muda inspiratif seperti Rizka ini yang patut diviralkan beritanya biar banyak anak muda lainnya juga yang termotivasi.
ReplyDeleteBtw ngomong2 tentang bullyng, waktu kecil saya sering sekali jadi korban bulling tapi nggak pernah berani lapor ke orang tua, waktu itu juga saya belum tahu istilah bulling. Cuma memang kasus bulling ini merupakan kasus yang tidaj bisa dianggap sepele ya kak, karena efeknya juga bisa berakibat fatal.
Btw thanks sharingnya kak😊
masya Allah, siapami ini orangtuanya, luar bisa sekali masih SMA sudah beprestasi, mengalahkan ribuan peserta. Standing aplause for Rizka.
ReplyDeleteAnak muda keren!
ReplyDeleteSemoga semakin banyak anak muda yang berkesempatan untuk mendunia lewat karyanya. Bukan cuma terpengaruh pada budaya luar yang tidak berfaedah, tapi justru bisa memberi manfaat bagi dunia.
Kerennya, melawan bully dengan membuat karya. Saya jadi ingat tetanggaku, anaknya dibully di sekolah hanya karena dia lebih pintar dari yang lain. Sedihnya...
ReplyDeletepas banget saya suka menulis dan menggambar hihi
ReplyDeleteSalut! Rundung, mengapa tidak dikenalkan kata itu sebagai pengganti "bully", Bu?
ReplyDeleteKebetulan saya sempat liat di twitter waktu berita anak muda indonesia juara lomba komik unicef. Ajib deh, mengalahkan ribuan karya lainnya, membanggakan!
ReplyDeleteKerennya tawwa Rizka. Bikin bangga Indonesia, khususnya Makassar, di mata dunia. BTW, kalau lihat BaKTI ini sa jadi ingat zaman sekolah dulu. Sering mampir ke sana buat manfaatkan fasilitas internet gratisnya (walau jatahnya cuma 1 jam), terus baca-baca buku di perpustakaannya.
ReplyDeleteLokasinya juga dekat sama SD ku dulu, cuma sa lupa-lupa ingat..BaKTI ini mulai ada kapan ya? Oh iya, itu yang namanya ada di contact personnya acara-acara BaKTI rupanya teman SDku. Indina namanya, teman gank wkwkwk.
Ecece..kenapa melebar sekali ini komentarnya :D
keren ini anak remaja, semoga banyak remaja yang kreatif dan peka dengan keadaan sekelilingnya
ReplyDeleteBuset dah bisa mengalahkan 3.600 karya dan menjadi juara. Salute!!
ReplyDeletehebaaaat rizka ini. menurutku dgn bntuk komik gini, jd lbh mudah dipahami ttg ptgnya speak up melawan bully di kalangan anak2. biasanya mereka kan lbh suka kalo diksh dlm bntuk komik krn jd lbh menarik alur ceritanya.. pgn baca secara full deh :)
ReplyDelete