Sebenarnya
saat memindahkan air dari panci, saya bertanya-tanya sendiri, kenapa suhu panci
begitu dingin padahal air di dalamnya dijerang kurang lebih 8 atau 10 jam
sebelumnya? Biasanya suhu panci yang terbuat dari aluminium itu masih agak
hangat.
Namun
saya mengabaikan alarm tersebut karena merasa yakin suami saya telah
menaikkan panci tersebut ke atas kompor dan menyalakan kompornya. Ketika
saya bertanya padanya setelah air tersebut habis kami minum, dia mengatakan
lupa menyalakan kompor.
Mati
mi ja’! ๐ฑ
“Aih,
air mentah itu kita minum, Pa,”saya menatapnya. Apa boleh buat. Air sudah
menyatu dengan tubuh kami.
Selain
memasak air, orang-orang di rumah juga meminum air galon. Saya, pak suami, Affiq dan
ibu saya yang meminum air yang sudah saya jerang. Saya, Affiq, dan papanya anak-anak
masih memindahkan lagi air yang kami minum ke dalam tempat air minum yang
berisi alat untuk membuat pH air menjadi basa tetapi ibu saya langsung meminum
air yang yang dijerang tersebut setelah didinginkan.
Setelah
menyadari kekonyolan ini, kami menunggu reaksi akibat minum air mentah di dalam tubuh. Alhamdulillah
tak terjadi apa-apa. Kami tetap seperti semula. Tak ada yang diare. Sungguh
Kuasa Allah!
Air minumnya dipindahkan ke sini setelah dijerang. Air dari siniah yang kami minum. |
Kejadian ini makin meyakinkan saya bahwa kehendak Allah mengalahkan hukum di dunia ini. Secara logika, jika kita minum air mentah maka kuman-kuman penyakit akan mudah menyerang. Pada tahu kan, jalurnya air PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum)? Dari penampungan di kolam-kolam besar itu kemudian mengalir sekian kilo meter hingga sampai di rumah kita?
Bisa
dibayangkan toh tak ada yang menjamin sterilnya air tersebut untuk pencernaan hingga
keluar dari kran air di rumah kita? Belum lagi ada zat-zat tambahan seperti
kaporit di dalamnya. Yang jelas, bukan air yang sehat untuk diminum, deh.
Siapapun tak akan meminumnya dengan sengaja kecuali dalam keadaan darurat mungkin
saja terjadi.
Saya
teringat, pernah tiba-tiba diare di sebuah hotel saat menghadiri sebuah acara. Dengan
sangat terpaksa saya tidak dapat hadir pada acara keesokan harinya dan selama
kira-kira 5 hari itu saya bolak-balik WC. Entah apa yang terjadi pada diri
saya. Kalau bicara higienitas, tentunya makanan di hotel sudah terpercaya
kebersihannya.
“Dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali apabila dikehendaki Allah, Rabb semesta alam.” (Q. S. At-Takwir: 29)
Dispenser, salah satu tempat air minum di rumah kami. |
Kurang
lebih, mau sehigienis apapun, kalau Allah berkehendak kita sakit maka sakitlah
kita. Sebaliknya, bahkan airnya tidak memadai pun, kita tak akan kenapa-kenapa
kalau Allah menghendakinya demikian. Impossible banget kalau hal yang
saya ceritakan di atas terjadi karena saya punya kesaktian. Ya, kali kalau saya
punya kan bukan kesaktian yang semata-mata dari saya melainkan dari Allah semata.
“Dan engkau tidak mampu menempuh jalan itu, kecuali apabila dikehendaki Allah. Sesungguhnya Allah adalah Dzat Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana” (QS Al-Insรขn [76]: 30).
Namun
tentunya tugas kita adalah berusaha sebaik mungkin. Mengusahakan kesehatan diri
sendiri. Tetapi kalau sakit, jangan terlalu menyelidiki penyakit dengan mempertanyakan
“kenapa-kenapanya” secara berlebihan. Kalau Allah berkehendak menguji maka
siapa yang bisa menahan penyakit itu hinggap dan bersarang pada tubuh kita.
Begitu, kan?
“Apabila Dia hendak Menetapkan sesuatu, Dia hanya Berkata kepadanya, “Jadilah!” Maka terjadilah sesuatu itu.” (Q. S. Al-Baqarah: 117).
Tidak
ada sesuatu yang mustahil. Semua akan terjadi dengan kehendak-Nya, right?
Orang-orang shalih(ah) mengandalkan do’a mereka setiap waktu. Allah
mengabulkannya seketika. Seperti pada hadits qudsi yang artinya:
“Hamba-Ku taatlah kepada-Ku maka kalian akan menjadi seperti-Ku. Ketika berkata (ُูู) terjadi ! maka terjadilah (ََُُููููู).”
Eh,
bukan berarti bahwa saya mengaku shalihah, lho, ya. Kejadian ini sungguh terjadi
atas Kemahabaikan Allah semata! Maha Besar Allah dan Maha Berkehendak Dia.
Makassar, 10 Maret 2019
Baca
juga:
- Pengelolaan Air dan Penanggulangan Bencana di Kaki Rinjani
- Apresiasi Terhadap Upaya Kolektif Penyediaan Air Bersih untuk Indonesia
- 1 Benda Menghasilkan 2 Paket: Air Minum Layak Konsumsi dan Ketenangan
Share :
Sebenarnya air mentah atau air apapun, tetap mengandung bakteri dalam skala tertentu. Air Zam-zam, air suci yang selalu diminum mentah para jemaah umroh dan haji juga punya level yang sama dengan air mentah lainnya, sama-sama air mentah.
ReplyDeleteYang membedakan soal reaksi tubuh thd bakteri atau kotoran2 itu adalah daya tahan tubuh. kalau tubuh sehat dan kuat, bakteri apapun yang masuk bisa segera dilokalisir dan ditahan oleh sel darah putih atau sistem imun kita.
just my 2 cents.
Kalau air PDAM di sini sih tidak recommended diminum mentah ya. Kalau air zamzam di sana, orang-orang memang meminumnya mentah. Dan di dalam rumah kami ada ibu saya yang kondisi fisiknya sebenarnya sedang tidak fit tapi alhamdulillah tidak apa-apa juga meminumnya.
DeleteYah, semuanya kehendak Yang Maha Kuasa. Tapi untuk mencoba minum dua liter air mentah dari PDAM di sini apalagi sampai berhari-hari, saya tetap saja tidak mau kalau dengan sengaja, Daeng. Mana pula bisa tiba-tiba keruh kalau pas hujan deras :D. Beda dengan air zamzam, andai bisa, saya mau meminumnya tiap hari, kalau bisa seumur hidup :D
Mbak mugniar, lucu banget minum air mentah ahhaaa
ReplyDeleteTapi kalau airnya dari sumber, seger banget lho. Biasanya temen temen yang lagi mendaki gunung, kalau nemu air di sumber pasti langsung diminum.
Sayangnya ini air dari PDAM yaaa
Semoga sehat selalu mba mugniar dan keluarga ^^
Yes hahaha, semoga tak terulang lagi. Makasih ya sudah mampir :D
DeleteAir memang adalah sumber kehiudpan bagi semua makhluk hidup. seya suka artikelnya karena pakai hadist sebagai landasan hukumnya hahaha
ReplyDeletesaya juga minum air putih minimal 2l per hari untuk mencegah dehidrasi
Minum untuk kesehatan ya dan sebaiknya yang higienis
DeleteWah itu mah belum seberapa, saya pun pernah minum air comberan karena saking hausnya. Tidak menemukan air bersih. Dan sampai saat ini masih sehat wal afiat.
ReplyDeleteDulu jika saya bepergian, biasanya ya minum air sumur masjid.
Minumnya 2 liter? :)
DeleteAlhamdulilah y mba..
ReplyDeleteKlo sy pernah minum air mentah mba ketika masih kecil. Curi curi minum air wudhu pas puasa wkwkkw..untg ga papa :))
Nah pas kuliah, ikutlah anak PA ndaki gitu awalnya ga terbiasa minum air yg ga dimasak dan langsung ngambil dr mata air, klo gak dr akar akar pohon gitu..bissmilah eh seger tryata ga sakit perut juga.
Apa perut saya sudah terlatih ya :(
Tp tetep sih klo udah balik ke kota air matang tetap pilihan utama..hihihi..jgn lupa bismilah :)
Alhamdulillah ya kalo dari mata air yang masih terjaga kebersihannya :)
DeleteGapapa Mbak, sesekali khilaf minum air mentah. Hihihi.
ReplyDeleteSehat-sehat selalu ya.
Hahaha iya Mbak Susi asal tidak tiap hari.
DeleteKalau kondisi darurat, saya minum air mentah Mbak. Misalnya saat bercengkrama dengan alam.
ReplyDeletePernah juga lupa-lupa ingat, sudah dimasak atau belum air di panci, tapi telanjur tinggal separuh. Hihihi
Air alam yang masih terjaga justru segar ya, pHnya juga bagus untuk tubuh :)
Deleteakupun pernah mjnum air mentah mba :D. waktu itu air beneran habis di rumah. dan aku sangat2 tergantung ama air galon. ga prnh masak air. lah kalo manggil galon, sbnrnya cepet. tp aku ga bisa masangnya krn berat wkwkwkwkwkw. suami lg ga ada. ya sudahlaaaah minum air keran hahahaha. alhamdulillah jg ga napa2. tp memang perutku lbh bandel sih , beda ama suami yg sensitive banget. pedes dikit, diare. jajanan jalanan diare juga :D. ga kebayang air keran hihihihi..
ReplyDeleteHehehe alhamdulillah, semoga tak teterulang lagi ya Mbak
Deletesaya nggak minum air mentah tapi air yang udah kesimpen sejak kemarin di botol air minum. Gegara kebiasaan saya suka nyimpan air minum di botol lalu dibawa ke kamar. efek malas keluar kamar sih. Untungnya gak apa2 hahaha padahal gak baik juga air yg tertutup lama di dalam botol.
ReplyDeleteWah iya ya, itu salah satu kebiasaan jelek saya juga, minum di botol yang airnya sudah tersimpan lama ๐
Deletewah memang dalam tubuh sendiri sih ada mekanisme tertentu ya kalau ada kuman atau bakteri sih,dan mungkindaya tahan tubuh memang lagi kuat
ReplyDeleteAlhamdulillah ya. Tak Tak lepas dari kehendak Allah juga, Mbak. Minum 2 L air, mungkin lebih malah, tapi tidak apa-apa.
DeleteWaktu saya kecil, kalau lagi main sama teman-teman dan jauh dari perumahan, kami kadang mampir untuk meneguk beberapa kali air mentah dari sumber mata air yang jernih. Pulang ke rumah, cerita ke nenek. Langsung dimarahi. Hehehe..
ReplyDeleteWah, Saya penasaran dengan sumber mata air yang jernih, Ndy. Kalau begitu in syaa Allah lebih aman daripada air PDAM :)
DeleteSebenarnya memang tubuh kita kan punya mekanismenya sendiri untuk mempertahankan diri. Kalau memang kadarnya masih bisa ditoleransi, ya Insya Allah nda apa-apa.
ReplyDeleteBahkan orang yang tiap hari minum air mentah pun akhirnya tubuhnya akan menyesuaikan dengan kondisinya sehingga dia tidak akan apa-apa meski minum air mentah misalnya.
Cuma memang tubuh kadang kaget, sudah terbiasa higienis ehhh tiba-tiba dapat air yang tidak higienis.
Iya Daeng. Mekanisme tubuh pun kehendak Yang Maha Kuasa. Bagi saya, 2 liter atau lebih sudah terlalu banyak saat tiba-tiba minum air mentah. Kalau sekarang saya lakukan lagi, belum tentu tetap sehat :)
DeleteYa yakin aja sih klo yang di minum itu tetap menbawa keberkahan dalam hidup kita hehe. Tapi air mentah juga sekali2 diminum gak papa, biar nanti kalo air jernih sudah langka, ya kita sudah bisa terbiasa dengannya ๐
ReplyDeletetidak ada mi memang kalahki kalau Tuhan Yang Maha Kuasa mi yang berkehendak kak. :)
ReplyDeleteAlhamdulillah setelahnya tetap sehat. Semoga nggak terulang Bunda. Hihihi ....
ReplyDeleteAlhamdulillah yah bun tidak terjadi apa-apa hehe. Saya sendiri pernah mengalami hal yang sama dan langsung sakit perut hiks.
ReplyDeleteDi rumahku kami pakai air sumur, tapi bukan untuk konsumsi karena kualitas airnya jelek. Jadi untuk masak dan minum kami pakai air galon. Padahal sebetulnya air galon itu ya air mentah yang disuling ji. Sama saja sebetulnya hahaha. Dulu waktu Kirana masih balita saya rajin rebus air galon untuk minum. Tapi sekarang sudah ndak pernah. Jadi kalau dipikir, kami ini seperti minum air mentah tiap hari.
ReplyDeleteWaktu kecil saya suka minum air mentah. Kalo pulang main trus kehausan, langsung ambil air yang sudah diendapkan dalam ember besar dari gerabah yang biasa kami sebut “gumbang”. Segarnyaaa....
ReplyDeleteAlhamdulillah ndak kenapa kenapa yaa kak. Kalau saya itu pernahnya makan roti kadaluarsa wkwkwk. Sudahmi dimakan semua baru lihat tanggal expirednya di kemasan, ternyata sudah lewat 2 hari -_-
ReplyDeleteMemang sih pas makan kok berasa ada yang ngegas ngegas gitu (mungkin efek raginya?). Tapi untung ndak kenapa kenapa setelahnya.
Gw pernah mbak. Disuruh emak bikin es buat buka puasa. Nah ternyata air di panci itu belum direbus, trus gw pake lah buat bikin es. Abis buka puasa, emak gw naruh tu panci ke atas kompor. Lah, ternyata itu air mentah. Ya meneketehe. Untung semuanya sehat semua.
ReplyDelete