Hari
Sabtu, 16 Maret lalu, di Confie co working space adalah kali ketiga saya mengisi Kelas MAM. Pertama kali
pada Desember 2015, kali kedua pada Juli 2017. Seperti materi-materi sebelumnya,
kali ini saya membawakan materi motivasi lagi namun berbeda topik.
Kenapa
harus mengambil topik Membangun Konsistensi Menulis? Tentunya jawabannya
bukanlah, “Bertanyalah kepada pengurus karena mereka yang memberikan topik itu
kepada saya.” Bukan itu, Esmeralda. 😁
Yang
jelas, topik ini penting karena ngeblog memang membutuhkan konsistensi. Kalau tak konsisten ngeblog,
bisa-bisa blognya dibiarkan “berdebu” dan ditinggalkan rusak begitu saja. Saya memberikan
dua ilustrasi mengenai konsistensi di awal presentasi.
Ilustrasi
pertama adalah mengenai rutinitas sebagai ibu rumah tangga. Tentunya butuh
konsistensi sehingga seorang ibu rumah bisa tegar mendampingi dan merawat
keluarganya tanpa peduli cuaca seperti apa dan suasana hatinya bagaimana, kan?
Saya pernah
merasakan badan seperti habis dipukuli orang sekampung ditambah kondisi
psikologis yang tak mendukung sementara harus bangun pagi dan menyiapkan
sarapan untuk seisi rumah, termasuk untuk diri saya sendiri, lho.
Matahari konsisten terbit dari arah yang sama setiap harinya. |
Walaupun
rasanya babak-belur, saya harus memaksa diri untuk bangkit dan menyiapkan
segala sesuatunya. Sebab jika tidak, bisa-bisa anak saya tidak makan, orang tua
saya juga tidak makan, dan saya pun demikian. Satu-satunya cara adalah dengan
memaksa diri.
Begitu
pun dalam hal ngeblog. Sesekali saya memaksa diri untuk berusaha konsisten.
Sebab kalau tak memaksa diri, bisa-bisa saya vakum menulis dalam waktu lama.
Kalau lama vakumnya, sulit lagi mengembalikan semangat dan akan menjadi lebih
kaku saat kembali menulis.
Ilustrasi
ekstremnya adalah mengenai ibu rumah tangga yang berhenti konsisten. Memang
ada? Ada, Rozalinda! Saya pernah mendengar kisahnya. Ada seorang ibu yang rela
meninggalkan suami dan anak-anaknya untuk seorang lelaki lajang yang lebih
muda. Saya pernah menjadi saksi jauh keseharian anak-anak dan ayahnya tanpa
sentuhan ibu itu.
Ilustrasi
lainnya adalah penjual atau pedagang. Ketika penjual bakso begitu konsisten,
selalu muncul di jam yang sama dan mangkal di tempat yang sama, masyarakat sekitar
rumah kami sudah tahu dan menunggu di situ pada waktu yang sama lalu uang akan mengalir terus.
Foto dari: Yani - pengurus AM |
Adakah
pedagang yang tak konsisten? Adaaaa. Dulu tetangga depan rumah kami membuka
warung. Suatu ketika, warung tersebut tak konsisten buka. Bisa beberapa hari
buka lalu tutup selama beberapa hari. Sampai-sampai saya lebih memilih melewatinya
saja dan berbelanja di warung yang lebih jauh karena keberadaan warung itu sudah
lenyap dari memori saya.
Setelah
balik dari warung lain dan melihat warungnya terbuka, barulah timbul semacam
penyesalan, “Tetangga macam apa saya ini sehingga tidak berbelanja di warung tetangga
terdekat?” Uh, rasanya bersalah sekali sudah menjadi tetangga yang durjana. 😰
Dalam
ngeblog, ilustrasinya adalah, orang akan melupakan kalau kita ini blogger jika
lama vakum. Blog kita akan hilang dari memori pembaca. Hal ini penting bagi
mereka yang berpikir traffic blog penting. Ketika konsisten menulis di blog
maka dalam jangka waktu lama, akan ada pembaca yang juga konsisten mampir ke
blog kita. Contohnya adalah blog daenggassing.com.
Blog
milik Daeng Ipul itu sudah punya pembacanya sendiri. Akan ada orang-orang yang selalu
kembali meskipun belum mengetahui apakah Daeng Ipul punya tulisan baru atau
tidak. Mereka kembali karena merasa akan menemukan tulisan baru karena memang
selama ini Daeng Ipul konsisten menulis.
Lalu,
mengapa saya yang membawakan materi ini? Apakah saya orang yang konsisten menulis dan ngeblog? Mungkin
karena saya sering menyebutkan perihal “konsistensi menulis” ini. Saya
sendiri lebih suka mengatakan bahwa saya BERUSAHA UNTUK KONSISTEN. Mengapa? Karena saya sadar pentingnya
konsistensi menulis bagi saya.
Saya
justrus tak berani memproklamirkan diri sebagai blogger yang konsisten.
Karena biasanya jika saya mengatakan diri saya “begini dan begitu” atau “selalu
begini dan begitu” maka tak berapa lama saya mendapatkan ujian untuk
membuktikannya.
Yang
namanya ujian tak bisa diprediksi tingkat kesulitannya, Kawan. Kalau mudah ya ndak
masalah. Tapi kalau sulit? Duh jangan, deh. Itu makanya saya lebih hati-hati
dan lebih memilih mengatakan diri saya BERUSAHA KONSISTEN.
Selanjutnya,
untuk konsisten kita TAK BUTUH HANYA NIAT. Ada beberapa hal yang masih perlu
dilakukan dan setelah itu barulah menulis, menulis, dan menulis. Apakah
beberapa hal tersebut? Tunggu di tulisan berikutnya, yaa.
Makassar, 22 Maret 2019
Baca
juga tulisan-tulisan yang lain yaa:
- Blogger 24 Juta Rupiah Sebulan
- Blog untuk Advokasi, Kenapa Tidak?
- Blogger Jaman Now (Seharusnya) Bukan Sekadar Rupiah
- Sebagai Tukang Kompor Bagi yang Ingin Belajar
- Bukan Sekadar Nara Sumber INSPIRASI di Fajar TV
Share :
terasa tertampar membaca ini karena sudah lama tak konsisten menulis..
ReplyDeleteHayuk sama-sama berusaha konsisten
DeleteSaya masih susah bgt nih mbak untuk konsisten :(
ReplyDeleteYuk sama-sama berusaha :)
Deletebagus sekali bu...kebanyakan Blogger sekarang, ngeblog untuk adsense, bhkan karena menulis...terima kasih bu inspirasi nya...
ReplyDeletesaya juga berusaha konsisten menulis di blog saya. Meski susah menentukan kapan akan saya posting. Karena mengikuti kuat lemahnya sinyal.
ReplyDelete