Penyelenggara
kegiatan ini adalah FORKASI
(Forum Orang Tua Anak Spesial Indonesia) Makassar. Diikuti oleh anak-anak dari bermacam-macam
kekhususan, anak spesialku yang speech delay juga ikut.
Down Syndrome
(DS) adalah kelainan kongenital (bawaan) yang disebabkan oleh adanya kelebihan
komosom pada kromosom nomor 21 dengan karakteristik khusus dan masalah
perkembangan. Menurut data dari WHO, satu dari 1000 – 1100 kelahiran anak
dengan Down Syndrome di dunia dinyatakan hidup. WHO juga mencatat, setiap tahun
kurang lebih 3000 – 5000 anak lahir dengan kondisi Down Syndrome di dunia.
Masyarakat
umum ada yang menyebut Down Syndrome dengan “wajah 1000” karena kemiripan wajah
mereka satu sama lain. Keadaan ini mengalami keterbatasan akibat gangguan-gangguan:
gangguan motorik kasar, motorik halus, aktivitas sehari, komunikasi, dan
lain-lain.
Terkait kekhususannya, Afyad
sudah lumayan bagus perkembangan berbicaranya, hanya saja dia masih sangat
cadel dan masih belum paham beberapa konteks dibandingkan anak seusianya. Namun demikian, pencapaiannya hingga hari ini merupakan sebuah perkembangan yang mengagumkan, mengingat dulu dia masuk SD masih dengan
kemampuan verbal yang sangat terbatas.
Baca tentang perkembangan Afyad di:
Kali
ini Afyad tahu bakal ikut lomba. Dia sudah tahu pada sebuah lomba ada yang menang
dan ada yang kalah. Saya pernah mengikutkannya pada lomba 17 Agustusan dua
tahun lalu. Waktu itu dia mengalami kekalahan dan mengalami perasaan sedih,
juga marah karena kalah. Tapi kemudian dia bisa menyikapi kekalahannya pada beberapa
lomba selanjutnya.
Maka
dari itu kali ini saya kira dia akan paham kalau menang-kalah itu risiko yang
pasti akan dia hadapi. Tak saya duga, usai kertas mewarnainya dikumpulkan pada
panitia dia bertanya, “Mama, piala?”
“Sebentar
pengumumannya, kita lihat di bawah dulu, yuk. Mau main toh? Kita main, yuk!”
tangan saya menunjuk ke arah tanah lapang di mana berderet booth peserta.
Afyad
antusias. Saya mengajaknya menyambangi booth-booth yang menyediakan
permainan. Dia bermain meskipun matahari semakin sengit memancarkan sinarnya. Selain
Forkasi, beberapa nama ini juga terlibat dalam ajang ini dan membuka booth:
Klub Belajar Sipatokkong, Ikatan Fisioterapi Indonesia, Perhimpunan Dokter
Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Cabang Sulawesi 2, dan Politeknik
Kesehatan Makassar.
Usai
bermain dan saya mengonsultasikan hal-hal yang penting di tenda-tenda yang kami
sambangi, kami kembali ke tribune. Afyad kembali mengulangi pertanyaannya, “Piala,
Mama?” Tangannya menunjuk ke bagian panggung, di sana terpajang hadiah bagi para
pemenang. Saya menebak dia ingin tahu siapa saja yang menjadi pemenangnya.
“Belum
diumumkan, Nak. Sebentar, pi,” saya menenangkannya dan kembali memperhatikan
apa yang terjadi di atas panggung.
Acara
hari ini sungguh meriah. Selain lomba mewarnai yang melibatkan semua anak
berkebutuhan khusus, ada juga pertunjukan atraksi. Saya tak menyaksikan hampir
semua pertunjukan yang dihadirkan karena pertunjukannya bertepatan dengan
perginya saya dan Afyad di booth-booth tadi.
Namun
saya masih sempat menyaksikan tarian Baby Shark dari anak-anak down syndrome.
Kami tak bisa berlama-lama di Taman Pakui karena saya masih harus mengerjakan
pekerjaan lain lagi di rumah. Karena itu saya manfaatkan waktu seefisien
mungkin.
Selain
atraksi, ada sambutan dari salah satu orang tua anak spesial bernama Amin. Saya
mendengarkan kesaksian dari Ibunda Amin dengan seksama. Amin masih menjalani
terapi gratis di Klub Belajar Sipatokkong.
Ibu
Amin bahagia menuturkan perkembangan putranya yang down syndrome sudah
bisa bersosialisasi dan melakukan hal-hal sederhana dan mengimbau para orang
tua anak spesial untuk tak merasa malu akan kondisi buah hatinya.
Kak
Rida dari Klub Belajar Sipatokkong (KBS) yang juga salah seorang MC mengatakan
bahwa Sipatokkong memang punya atensi terhadap terapi gratis bagi kalangan pra
sejahtera namun karena keterbatasan, KBS
belum bisa menangani banyak anak.
Sebagai
rangkaian dari Hari Down Syndrome Sedunia Sebelum acara ini, telah
dilaksanakan Workshop Pembelajaran
Individual dan Guru Pendamping Khusus. Ibu Dokter Haerani Nur – Ketua Forkasi chapter
Makassar dalam sambutannya menyampaikan apresiasi kepada semua pihak yang
membantu terselenggaranya acara ini.
Pada acara yang didukung oleh pemerintah Kota Makassar, puluhan relawan, dan berbagai brand ini, ketua Forkasi mengajak para orang tua anak spesial
untuk bergabung dengan Forkasi agar bisa sama-sama mengikuti pembelajaran online.
untuk bergabung dengan Forkasi agar bisa sama-sama mengikuti pembelajaran online.
Acara
berakhir dengan pengumuman nama 12 pemenang lomba. Afyad kembali bertanya perihal
piala. Saat saya mengatakan dirinya tak mendapatkan piala, dia menangis. Saya
menjelaskan kepadanya bahwa dia sudah memperoleh 2 set krayon, penganan, dan
sepasang kaus kaki di acara ini.
Saya
jelaskan bahwa dia sudah bersenang-senang, bisa mewarnai dan bermain di booth-booth
yang kami datangi tadi. “Afyad, kalau ikut lomba itu tidak apa-apa kalah. Tidak
apa-apa tidak dapat piala,” ujar saya beberapa kali.
Afyad
tak langsung bisa ditenangkan. Berulang kali saya katakan lagi padanya kalau
dia sudah hebat mau ikut lomba.
“Kalau
tidak dapat piala tidak apa-apa, ya. Afyad … kalau tidak dapat piala, tidak apa
a ….?” tanya saya.
“Pa,”
sambung bontot berusia 9 tahun ini.
“Ya,
tidak apa-apa. Afyad sudah bermain di sini, sudah bersenang-senang. Sudah bawa
pulang krayon dua dan kaus kaki. Jadi, kalau kalah, tidak dapat piala tidak apa
a …?” ulang saya.
“Pa,”
jawabnya lagi.
Tangisnya
mereda. Saya mengajaknya pulang. Afyad bersedia. Tapi dia maunya pulang jalan
kaki, ndak mau naik mobil ojek online.
“Afyad
kuat jalan kaki?”
“Iya.”
Berulang
kali saya tanyakan apakah dia yakin dengan keputusannya berjalan kaki dan dia
tetap mengatakan “iya”. Duh, mari kita coba, Nak. Mama ndak yakin bisa
kuat jalan kaki sampai rumah karena habis keliyengan. Tapi biarlah, mari
kita coba saja supaya kamu senang.
Makassar, 2 April 2019
Baca
juga tulisan-tulisan tentang difabel:
- Serba-Serbi Difabel
- Berharganya Ruang, Waktu, dan Kesempatan Bagi Anak Difabel
- Inspirasi Difabel Songsong Asian Para Games
Baca
tulisan-tulisan tentang sekolah/pendidikan inklusi:
- Menaruh Asa pada Pergub untuk Sekolah Inklusi Bagi Anak Berkebutuhan Khusus
- Konsep Pendidikan Inklusif
- Peran Guru Pendidikan Khusus Bagi Sekolah Inklusi
- Tanggung Jawab Kita dalam Mewujudkan Sekolah Inklusi
- [Opini Harian Fajar] Menanti Merdekanya Pendidikan yang Inklusif Bagi Semua Anak
Share :
Masya Allah kuatnya Afyad jalan dari Taman Pakui sampai ke rumah. Mamanya yang gempor! Hihih...
ReplyDeletePica juga belum tau konsep menang-kalah kak. Setiap ikut lomba pasti selalu dia tanya "mana mi pialanya?" haha..
Menyerah mamanya hahaha. Akhirnya mau ji pesan Go-Car. Saya bilang, kalau Mama sakit, Afyad mau gendong? Dia ndak mau iya hahaha.
DeleteKegiatan2 seperti ini harus selalu digencarkan. Sebagai bentuk respek dan apresiatif bagi para pengidap down syndrom. Keren.
ReplyDeleteYup .. dan bahwa penyandang Down Syndrome memiliki kemampuan berbeda, bukan sesuatu yang aneh
DeleteWah serunyaaa
ReplyDeleteTerbayang bagaimana bahagianya anak-anak itu, berkumpul dan bermain dengan sesama anak-anak yang luar biasa.
Dan di foto ada ki juga Arung dan Mamak Arung hahaha.
Iyaaa, ada ki Arung dan mamaknya, sempat ja' bertegur sapa :)
DeleteSenangnya Afyad bisa ikut bisa bermain dan ikut lomba mewarnai meski gak juara. Kuat juga ya Afyad pulangnya mau jalan kaki, hehe...
ReplyDeleteBtw tentang forkasi ini saya juga baru tahu setelah gabung di grup WAGnya dan rutin ada kelasnya dengan materi yang berbeda2.
Kalau diladeni, dia kuat kayaknya. Mamaknya yang ndak kuat wkwkwk.
DeleteHmm berarti si kecil ambisius nih orangnya, dan punya smangat juang yg tinggi. Mau di smangaatii wprtinua biar lbh berjuang lg di next event hihii
ReplyDeleteIyaaa, modal semangat juangnya sudah ada ya hehehe. Tinggal diarahkan saja ke hal-hal baik.
DeleteBangganya Afyad punya ibu seperti Mams Niar. Kebanyakan ibu-ibu biasanya memarahi anaknya jika menangis dikerumunan orang. Biasanya ada yang sampai mencubit (supaya berhenti nangis) eh nyatanya nambah bikin anak nangis.
ReplyDeleteSaya pernah sekali ikutan club belajar sipatokkong. Menurut saya ini unik banget, bisa main sama anak2 berkubuthan khusus disamping itu buat kita juga jadi orang yang lebih bersyukur.
tahu sedikit soal anak-anak spesial dari postingan - postingan Om Im dan Mamak Arung. kagum ka sama semangatnya Afyad, deh ndak terbayang jalan kaki sejauh itu :)
ReplyDeleteSalut sama Ibu yang punya anak dengan DS yang tetap mengajarkan agar mereka bisa berkreasi sesuai keinginan mereka.
ReplyDeleteSaya salut dengan orangtua yang memiliki anak DS. Itu tidak mudah, apa lagi sampai mengajarkan mereka berkreasi dan tak malu. Wah Afyad semangat sekali kak 😊
ReplyDelete