Ada juga
yang setelah kali kelima di-bars baru merasakan perubahan atau bahkan
berkali-kali menjalaninya. Sembari terus menelisik ke dalam diri, saya
mengingat-ingat perkataan Dokter Dave itu. Hm, saya merasakan belum bisa
menemukan perubahannya. Adakah yang berubah dari/dalam diri saya?
Sumber foto: Dokter Dave |
Kabar Baik Setelah
Access Bars Class
“No
expectation, no judgement, menjalani prosesnya dengan ikhlas,” saya
masih mengingat perkataan Dokter Dave yang lainnya. Saya memang tak hendak
memasang ekspektasi. Saya mengontrol diri saya untuk itu sembari terus
memeriksa ke dalam diri saya. Adakah perubahan yang saya rasakan?
Keesokan
paginya, baru saya mendapatkan jawaban. Jawabannya
adalah "YA". Saya merasakan efeknya. Saya merasakan perubahan yang
positif dalam diri saya! Ada bagian dalam diri saya yang saat berangkat ke pelatihan merasa "agak sempit" kini menjadi "lebih lapang/ringan". Rasanya ada "sampah” yang sudah terbuang
dari dalam diri saya. Wow!
Saya
tak tahu apa istilahnya, mungkin frekuensi? Yang jelas hati saya merasa lebih
tenang. Biasanya setiap hari, selama puluhan tahun ini ada kondisi default semacam
ketegangan yang mudah terpicu menjadi emosi negatif yang saya rasakan setiap
harinya. Namun kali ini tidak saya merasakan lagi kondisi tersebut.
Lantai 2 House of Beauty, Jl. A. Djemma |
Saya
memang sudah sekira setahun lebih – mungkin dua tahun ini mencari cara terapi
untuk membuang bagian dalam diri saya yang harus saya buang karena mengandung
sampah. Saya menyadari potensi efek buruk yang bisa terjadi kalau saya terus
menyimpannya.
Sebenarnya
sudah beberapa kali saya kebablasan karenanya. Efek buruk itu bisa saja menguasai
hidup dan hubungan baik saya dengan orang-orang terkasih pun dengan orang lain yang berinteraksi dengan saya seumur hidup. Sungguh,
saya tak mau terbelenggu dengan potensi buruk itu seumur hidup.
Saya
bahkan sudah pernah berkonsultasi dengan seorang coach kenamaan di kota
ini yang juga kawan baik saya mengenai terapi apa yang tepat untuk saya terkait
hal ini. Waktu itu sang coach juga membantu saya mencari tahu apa
sebenarnya yang selayaknya saya lakukan. Sudah ada cara yang tercetus tetapi
itu bukan cara ini dan saya masih ingin mencari tahu.
Menyimak pemaparan dr. Dave. |
Nah, ketika
masih mencari-cari tahu itulah tiba-tiba Kak Alaika Abdullah mention saya
di Facebook. Kak Al – begitu saya biasa menyapa blogger asal Aceh yang
kini tinggal di Bandung ini yang seorang bars practitioner menyampaikan
mengenai Access Bars Class yang akan diselenggarakan di Makassar oleh dr. David Budi Wartono.
Apa Itu Access Bars?
Saya
membaca flyer yang disertakan Kak Alaika. Di situ tertera tulisan: Access Consciousness,
empowering people to know what they know. Pada flyer itu
tertera sedikit penjelasan mengenai Access Bars:
Apa itu Access Bars? The Bars adalah therapy sentuhan pada titik kepala yang membantu meredakan pikiran yang meloncat-loncat, mengembalikan kita pada keseimbangan dan menciptakan kemudahan, kedamaian, dan rasa damai seperti halnya pada pijat, meditasi, bahkan lebih dari sekadar itu saja.
Hm,
mungkin ini yang saya cari, batin saya mengatakan demikian. Segera saya japri Kak Al
untuk mendapatkan penjelasan lebih detail. Oleh Kak Al saya diminta membaca tulisan
di blognya yang berjudul Access
Bars - the Tool from Access Consciousness karena sedang dalam
perjalanan.
Hubungan Antara Access Bars
dan Access Consciousness
Di
blog Kak Al saya mendapatkan tambahan penjelasan mengenai apa itu ACCESS BARS.
Bahwa Access
Bars adalah salah satu tools dari ACCESS CONSCIOUSNESS. Access Consciousness pertama kali
diperkenalkan oleh Gary
Douglas pada tahun
1995. Bersama dr.
Dain Heer, Gary
memperkenalkan ke seluruh dunia hingga kini telah dikenal di 175 negara.
Dain Heer (kiri) & Gary Douglas (kanan). Sumber foto: accessconsciousness.com |
Kak
Alaika mengutip dari website Access Consciousness (http://accessconsciousness.com)
pengertian Access Consciousness dan menerjemahkannya secara bebas:
Adalah sebuah sudut pandang yang berbeda terhadap kehidupan. Yang membuat kita mampu mengubah apapun yang kita anggap tak mungkin, dan menciptakan apa pun yang kita inginkan melalui cara yang berbeda dan jauh lebih mudah.
Cara
untuk mengubah/menciptakan dengan cara berbeda itu adalah dengan menggunakan tools
dari Access Consciousness. Tujuannya adalah untuk menciptakan lingkungan yang awas/sadar (consciousness)
dan solid, di mana sesuatu itu ada dan tanpa ada yang menghakimi.
Access Consciousness adalah
rangkaian tools dan teknik yang dapat
dipergunakan oleh siapapun, apapun
agama, ras atau tingkat kehidupannya.
Siapapun yang ingin mengubah
hidupnya menjadi jauh lebih baik
dapat memilih untuk melakukannya
melalui salah satu atau lebih tools
dari Access Consciousness.
Waah,
menarik sekali. Sampai di sini saya mulai yakin, sepertinya saya menemukan apa
yang saya cari.
“Sudah
baca, Kak. Menarik,” lapor saya kepada Kak Al.
“Nah,
aku dan beberapa blogger Bandung dan Jakarta ikutan kelas ini dan
bersertifikat international untuk jadi praktisinya. Kalo Niar berminat,
bisa coba ngobrol langsung sama dr. Davidnya,” Kak Al memberi saran
sekaligus memberikan saya nomor kontak Dokter Dave.
Langkah
selanjutnya adalah membicarakannya dengan pak suami. Suami saya mendukung.
Terlebih karena saya memang sudah pernah membicarakan mengenai potensi buruk
yang ingin saya buang dalam diri saya. Beberapa kali saya katakan padanya bahwa
saya butuh terapi suatu saat nanti.
Beberapa
hari kemudian saya menghubungi Dokter Dave untuk membicarakan Kelas Access Bars
yang akan dibawakannya. Singkat cerita pada tanggal 27 April saya dan Athifah menghadiri
kelas Dokter Dave. Di sana kami berkenalan dengan orang-orang baru dan
mendapatkan pengalaman baru.
Pulangnya,
kami berdua mendapatkan sertifikat telah menyelesaikan "ACCESS Consciousness BARS
Course". Kami kini
boleh menyebut diri kami sebagai “Bars Practitioners” dan boleh nge-bars orang lain agar bisa membagi
manfaat bars ini.
dr. David Budi Wartono (Dave) |
Tujuan
saya yang pada mulanya untuk membuang segala sampah pikiran dan memori yang tak
ada gunanya saya simpan tapi masih sering mengganggu kini saya rasakan. Saat
saya menuliskan ini, sudah 8 hari berlalu pelaksanaan kelas Access Bars dan
efek positifnya masih saya rasakan.
Sehari
usai bars, Athifah mengatakan, "Mama, saya merasa lebih enak habis
di-bars."
Ah
ya, saya belum cerita ya mengapa Athifah ikut kelas juga. Jadi, untuk kelas
ini, anak peserta kelas yang berusia 15 tahun ke bawah boleh ikut gratis. Athifah
dengan anak-anak lain menjalani sesi terpisah dari para orang tua. Dengan cepat
mereka belajar dan bisa mempraktikannya.
Clearing session, sebelum belajar bars. |
Hingga
hari ini sudah beberapa kali saya dan Athifah swap – bergantian nge-bars dan di-bars. SEUMUR HIDUP kami bisa mempraktikkannya. Bagi saya, ini
sebuah kegiatan menarik nan menyenangkan antara ibu dan putrinya yang bisa
menguatkan bonding di antara kami. Keren, kan.
Makassar, 6 Mei 2019
Bersambung
(Ini
baru tulisan pertama, masih ada hal-hal menarik yang ingin saya sampaikan di
tulisan-tulisan berikutnya. Don’t miss it, ya).
Oya, apabila Anda berminat
mengubah hidup menjadi lebih baik, lebih bahagia, dan lebih menghasilkan,
silakan klik link “Info Group for Sulawesi” berikut ini untuk mendapatkan informasi mengenai
jadwal terdekat: https://chat.whatsapp.com/Et4BdVRiGGPLYKeg6i38WY
Share :
Maak, Asiknyaa, seneng deh bacanya, yang kusuka dari Bars ini menggunkan tools Access dalam kehidupan sehari-hari, terutama No Judgement No Expetation beserta clearing2nyaa. Bener2 lebih mengenal siapa diri sendiri dan love my self.
ReplyDeleteMoga kita bisa kontribusi bars terhadap sekitar ya Mak, ayoo kejar 25x bloggers di Makassar bars Maak ...
Waah mantap Mak. :)
DeleteSiiip. Terima kasih yaaa
Hoo,, jadi kayak semacam terapi gitu ya mbak, Memang sebetulnya asal dari penyakit-penyakit itu kebanyakan berasal dari "dalam".seperti kata teman saya, Ya contohnya, koq orang gila gak pernah sakit ya? padahal makan makanan basi, tidur di lantai, mandi gak pernah. (contoh). Pikiran sehat, hidup sehat, stay positif.. :D
ReplyDeleteNah, iya kan kenapa bisa mereka tidak sakit padahal makan dan tidur sembarangan :)
Deleteaku kayaknya juga perlu deh ikutan yang ginian
ReplyDeletetapi ya itu, belum datang ke Bengkulu orangnya
Noted, semoga segera ada di Bengkulu ya Mbak
DeleteKeren ya jadi semacam terapi juga ya akses bars ini dan bisa buat anak2 maupun orang dewasa.. Baru tau aku mak
ReplyDeleteIyaa Mak, kan aman ya. Jadi kalo bayi bisa itu ibunya di-bars, bayinya telungkup sama ibunya
DeleteOh jadi satu kali ikut udah bisa menjadi Bars practitioner? adakah batasan usia minimal anak? kalau balita apa bisa juga?
ReplyDeleteKalau bisa berkomunikasi dengan baik, anak di bawah 15 tahun boleh ikut gratis, Mbak. Tapi disarankan di atas 5 tahun kalo mau ikutan pelatihannya. Kalo sekadar menemani ibunya sih boleh, Mbak. Bahkan bayi pun bisa sembari ibunya di-bars, berbaring di atas dada ibunya.
DeleteMenarik sekali ya acaranya apalagi berguna untuk kehidupan nyata membuat kepribadian kita semakin baik dan membantu kita untuk berpikiran lebih positif
ReplyDeleteIya Mbak, sedikit manaatnya itu. Saya melihat masih banyak manfaat lainnya.
DeleteAku baru tahu tentang terapi access bars jadi ini semacam seperti Detox juga ya
ReplyDeleteSemacam detox "sampah elektromagnetik" .
DeleteWaahh kiraun tdnya mbak Mugniar ke Bandung. Ternyata kelasnya di Makassar ya? Aku penasaran lho sama teknik ini. Walau sementara ini aku pengennya dibars, bukan ngebars hehe. Eh emang ngilangin rnergi negatif diri dgn ngebars diri sendiri bisa?
ReplyDeleteIya nih Mbak, Dokter Dave-nya yang ke Makassar jadi bisa ikutan di Makassar.
DeleteNge-bars diri sendiri bisa, Mbak.
"Tapi akan jauh lebih cepat dengan menggunakan clearing dan di-bars orang lain," ini penjelasan Dokter Dave.
Access Bar bagus sekali nih kak supaya pikiran jadi tenang.. gak gampang stres.. jadi kondisi mental pun selalu seimbang..
ReplyDeleteIya, bisa untuk itu, Prima :)
DeleteJadi terapi buat anak2 juga bisa yah bukan hanya orang dewasa saja
ReplyDeleteBisa, Mbak.
Deletewah..baru tau ada terapi seperti ini..kalo ada waktu saya ingin mencoba
ReplyDeleteSemoga segera diselenggarakan di Pekanbaru ya, Mut.
Deletewahh kalao sama anak2 pengen banget nyobain bars.. waktu di bandung gak sempet cobain.. semoga tar di surabaya pas ada.. aku bisa ikutan.
ReplyDeleteNah, semoga bisa ikutan di Surabaya ya Mbak Dian
DeleteAku dapet cerita dari mas imawan juga nih tentang terapi Bars jadi penasaran kpingin coba, bisa healing dgn Cara lain ini ya
ReplyDeletewah aku baru tahu tentang terapi ini.. kalau ada di kotaku udah pasti aku mau cobain
ReplyDelete