Saya
merasa agak panik. Rasa yang sering muncul di antara keriuhan seperti ini
karena ibu saya tak suka keributan khas kanak-kanak bahkan oleh anak ataupun
cucunya sendiri. Itu makanya saya tumbuh sebagai perempuan kalem padahal di
dalam diri saya ada sisi aktif yang kadang-kadang bisa membuat saya tertawa ngakak
dengan orang-orang yang saya sangat nyaman di dekat mereka.
Dokter Dave sama sekali tak terlihat terganggu dengan suara anak-anak. Ketika salah seorang ibu menegur anaknya, pak dokter berkata, “Tidak apa-apa, begitulah anak-anak.” Anak-anak belajar melalui cara bermain. Menurut Dokter Dave, nanti anak-anak lebih cepat selesai daripada orang tua. Mereka nge-bars sama efektifnya dengan orang dewasa meskipun cuma dua puluh menit.
Dokter Dave sama sekali tak terlihat terganggu dengan suara anak-anak. Ketika salah seorang ibu menegur anaknya, pak dokter berkata, “Tidak apa-apa, begitulah anak-anak.” Anak-anak belajar melalui cara bermain. Menurut Dokter Dave, nanti anak-anak lebih cepat selesai daripada orang tua. Mereka nge-bars sama efektifnya dengan orang dewasa meskipun cuma dua puluh menit.
Dan
benar saja, hanya sebentar saja mereka sudah menyelesaikan 4 sesi bars.
Dua kali giving dan dua kali receiving. Sementara kami, para orang
tua membutuhkan waktu jauh lebih lama untuk 4 sesi itu. Mengapa? Karena mereka
lebih tulus dan tanpa berprasangka.
Tak
seperti orang dewasa yang sudah membawa judgment-nya dalam menghadapi
atau berhadapan dengan sesuatu atau seseorang yang baru dihadapinya. Dengan
cepat mereka bisa bermain dan cekikikan bersama sementara para orang tua butuh waktu
yang tak sebentar untuk saling mencair.
Senang sekali saya bisa ikut kelas ini bareng Athifah. Setelah ini, kami bisa saling nge-bars. Bagi saya, hubungan antara ibu dan putrinya adalah hubungan yang istimewa. Saya melihat dengan bars, saya bisa membina hubungan yang istimewa dengan Athifah.
Ah
ya, sebelum saya cerita pengalaman di-bars dan nge-bars putri
kedua saya ini, bagi kalian yang belum ngeh dengan istilah BARS,
bisa baca di tulisan saya yang berjudul Access
Bars, Tools dari Access Consciousness untuk Menjadi Lebih Baik, ya ada penjelasannya di situ.
Pengalaman Di-bars oleh
Anak
Sejak
Kelas Access Bars hingga hari ini, sudah 3 kali Athifah nge-bars saya. Sejak
kali pertama, saya menikmati semua yang dilakukannya meskipun terasa agak geli
karena dia menyentuh sedikit saja kulit kepala saya dan berkali-kali tangannya
tergelincir dari titik yang seharusnya dia sentuh. 😁
Kali pertama
di-bars, inginnya saya menikmati sambil tertidur tapi tak bisa karena Athifah
dan adiknya Afyad tak bisa diam di sekeliling saya. Ada-ada saja ocehan mereka.
Athifah bilang, dia merasa ujung jarinya panas. Sesekali rasanya seperti kesetrum.
Kali kedua di-bars, gadis dua belas tahun ini mengatakan hal yang sama soal rasa yang terindera oleh ujung jemarinya. Saya menikmati sesi bars ini meskipun harus menunggui dia tertidur sekira 2 menitan.
Seperti
pada sesi pertama, sesi kedua ini juga tak berlangsung lama, kira-kira 20-an
menit. Pada satu titik yang berhubungan dengan kreativitas, saya merasakan sakit
kepala ringan tapi hanya sebentar. Sementara proses bars itu saya baru
menyadari efek bars yang lainnya kepada diri saya: emosi lebih terkendali. Beberapa hari ini saya lebih sabar
menghadapi anak-anak. Alhamdulillah.
Ketika tiba-tiba menghadapi tantangan psikis
untuk yang kesekian kalinya sehingga
“pertahanan” saya terobrak-abrik, saya meminta
Athifah melakukan bars lagi kepada saya.
Kali
ini tak ada rasa sakit kepala yang saya rasakan. Saya tertidur lelap selama
beberapa saat, tak merasakan sama sekali apa yang terjadi di sekeliling saya.
“Duh,
kenapa cuma sebentar, ya anak ini nge-bars saya?” saya membatin. Rasanya
hanya sekira 5 menit saya tertidur. Saya ingin menikmati lebih lama lagi proses
ini tapi kenapa sudah selesai saja?
“Tiga
puluh menit,” jawab Athifah.
“Eh,
Mama merasanya cuma lima menit lho, padahal 30 menit ya ternyata.”
“Mama
ndak merasakah saya berhenti tadi?” Athifah lalu menjelaskan bahwa dia
sempat keluar kamar sejenak. Saya mengamati, di dalam kamar ada benda-benda
yang sudah berpindah letak dan saya tak menyadarinya.
“Tidak.”
"Mama ndak rasa tadi mengigau?"
"Tidak. Mama bilang apa tadi?" Athifah menceritakan ungkapan yang biasa saya lontarkan ketika sedang menggemasi si bongsor Afyad. Itulah yang saya katakan sewaktu mengigau. Kalau saya mengatakannya, perasaan saya sedang dangat rileks.
“Apa
yang Mama rasakan sekarang?”
“Tidak
tahu. Mama belum bisa bilang apa-apa.”
Efeknya
baru saya bisa deteksi keesokan harinya. Rasanya lebih ringan. Beban berat yang sebelumnya menggelayut
telah sirna. What
else is possible?
Pengalaman Melakukan Bars
pada Anak
Hingga
saat ini, sudah 4 kali saya melakukan bars pada Athifah. Efeknya
langsung terlihat. Kebetulan saya melakukannya di malam hari menjelang tidur.
Baru tahap awal, putri saya sudah menguap lebar. Tak lama kemudian dia tidur lelap,
sampai subuh.
Padahal
biasanya monkey mind-nya bekerja menjelang tidur. Berkali-kali saya
harus memanggilnya masuk ke dalam kamar karena menjelang tidur dia masih
keluar-masuk kamar dengan berbagai alasan. Sering kali malah dengan alasan yang
tak jelas. Alhamdulillah, setiap usai di-bars, dia terlelapp dengan pulasnya.
Ada
yang pengalaman uniknya ketika pertama kali saya bars. Athifah terus merasakan
jemari saya di kepalanya sampai prosesnya selesai padahal di mata saya dia
terlihat terlelap. “Saya rasa tangannya Mama tapi tidak dengar apa-apa,” ujarnya.
Para orang tua di Access Bars Class |
Rupanya Athifah hanya merasakan jemari saya tetapi tidak mendengarkan suara apapun lagi padahal saya beberapa kali berbicara dan memberi instruksi kepada adiknya. Hal seperti ini juga dialami suami saya ketika saya bars.
Katanya
dia tidak mendengarkan semua yang terjadi selain merasakan jemari saya berpindah-pindah
titik di kepalanya tetapi di mata saya dia tertidur pulas. Ditandai dengan
dengkuran halus yang biasanya terdengar darinya, khas pada kondisi deep
sleep-nya.
Lain
lagi efek yang terlihat pada Afyad, bungsu saya. Si bungsu yang spesial dengan speech
delay-nya ini makin
ceriwis saja usai 4 kali sesi bars yang kami lakukan. Dia di-bars oleh Athifah sebanyak 3 kali.
Sementara saya nge-bars si bungsu baru satu kali.
Tiga
kali di-bars dilakukan pada malam hari menjelang tidur. Bukannya
tertidur pulas, si bungsu malah makin aktif. Terakhir kali di-bars, dilakukan
pagi hari, Senin kemarin. Eh, dia malah terlelap dengan pulasnya padahal harus
segera bersiap ke sekolah. Hari Senin kemarin itu hari pertama dia bersekolah
di bulan Ramadan ini. Butuh usaha keras membangunkan dan menyiapkannya pagi
itu.
Bars ini unik. Reaksi pada
setiap orang berbeda-beda,
bahkan pada orang yang sama,
setiap sesi bisa berbeda-beda reaksinya.
Bukan
hanya bereaksi kepada anak-anak atau saya dan suami sebagai individu. Suami
saya mengakui emosinya merasa lebih terkontrol dan lebih fit usai sesi bars
kedua. Selain itu, hubungan saya dan suami menjadi makin manis – lebih dari pengantin baru. 😏
Makassar, 15 Mei 2019
Selesai (tulisan ke-3 dari 3 tulisan
tentang Access Bars Class).
Baca
juga tulisan-tulisan sebelumnya:
- Access Bars, Tools dari Access Consciousness untuk Menjadi Lebih Baik
- Access Bars: Tentang Ikhlas, Keinginan untuk Berubah, dan Kesadaran
Apabila Anda berminat mengubah hidup menjadi lebih baik, lebih bahagia, dan lebih menghasilkan, silakan klik link “Info Group for Sulawesi” berikut ini untuk mendapatkan informasi mengenai jadwal terdekat: https://chat.whatsapp.com/Et4BdVRiGGPLYKeg6i38WY
Share :
Athifaaaah..Mama Olive mau dibars sama kamu juga donk, ntr kalo ke Makassar yaaa.
ReplyDeleteSeruu dan seneng banget cerita barsnyaa, emang amazing, unik. Aku aja masih selalu menemukan hal2 yang baru the journey of bars, ahh syukaaaa..
Alhamdulilaaah manfaatnya buat sehari hari, semoga menjadi pribadi yang lebih baik
Jadi kapan kita ngabuburit swap nih Mak Niar, eeaaa..
Asyik banget ya kalo bisa saling giving and receiving bars di rumah. Sayangnya Intan belum ikutan kelas Bars, jadi bisanya giving Bars to her tanpa receiving darinya.
ReplyDeleteAthifah sudah dua belas tahun? Aih... waktu seakan berlari ya, Niar? Perasaan baru banget baca tulisan2 Niar ttg Athifah dan adiknya dlm tag ‘celoteh anak2’ di blog Niar. Hehe.
Bars memang menakjubkan, ya?
sepertinya ini metode menarik ya dilakukan sekarang, untuk mengurangi beban kerja atau beban hidup keseharian.. makasih sharingnya kk bunda Mugniar.
ReplyDeletekeliatannya seru dan banyak manfaatnya ya..?
ReplyDeletejadi gimana cara ikutan acces bar class ini mba?
Asiekk juga nge bar ini..Bisa buat orang sampai terlelap,,kayak dipijat-pijat..daripada mahal-mahal pergi pijat di luar sana..m3nding ngebar bareng keluarga..giving and receiving.. :)
ReplyDelete"orang tua butuh waktu yang cukup lama untuk lebih cair", kalo menurutku sih anak2 dan orang tua dan anak muda sama potensinya untuk berinteraksi dengan yang lain. Haha. Tapi anak2 lebih cepat karena memang lebih antraktif dan belum banyak berpikir. Hehe.
ReplyDeletesaya terkesan sekali dengan sistem Access Bars ini.. jadi membayangkan bagaimana kalo anak saya yg nge-bars saya.. mungkin saya sudah nangis terharu saking bahagianya..
ReplyDeletemau dong dibars sama Athifah :)
ReplyDelete