Lomba vlog sebenarnya bukan keahlian saya. Saya beberapa kali memenangkan
lomba blog (portofolio saya ada di tab Jejak Saya dalam blog ini), sementara saya belum pernah mengikuti, apalagi memenangkan lomba
vlog. Jadi, kalau mau dibilang nekat, ya … saya benar-benar nekat saat itu.
Begitu pun ketika berangkat ke PNUP untuk mengumpulkan informasi. Waktu
itu sebenarnya saya sedang berada di sekolah si bungsu untuk menghadiri sebuah
acara. Rupanya ada miss informasi. Acaranya baru berlangsung keesokan
harinya. Iseng-iseng saya ceritakan kepada pak suami mengenai lomba Bela Negara
itu. “Pas ki materi Bela Negara ini dengan tema lomba,” ucap saya.
“Mau ke sana?” suami saya bertanya apakah saya mau ke PNUP dan mengajak
saya pergi meliput kalau saya mau. “Boleh juga,” jawab saya berhubung masih
pagi, jam di HP menunjukkan pukul 8 lewat. Kami berembuk sebentar. Dalam pemahaman
saya, kami pulang dulu supaya pak suami bisa makan dulu.
Namun di perjalanan, suami saya memutuskan untuk langsung ke kampus 2
PNUP. Epic-nya, kami lewat jalan Syekh Yusuf, mencari jalan yang melalui
2 kabupaten: Gowa dan Maros menuju PNUP. Kampus 2 PNUP terletak di perbatasan
Makassar – Kabupaten Maros dan bisa melalui wilayah Kabupaten Gowa.
Saya sih senang-senang saja karena melintasi daerah-daerah yang berlum pernah saya lewati.
Saya sih senang-senang saja karena melintasi daerah-daerah yang berlum pernah saya lewati.
Saat baru berangkat, saya menelepon Pak Lidemar Halide, ST, MT – Pembantu
Direktur 3 PNUP, meminta izinnya untuk melihat dari dekat materi Bela Negara. “Bisa
ji, ke sini maki’. Cari saja Posko Panitia, saya ada di Posko Panitia,”ucapnya.
Saya suka melihat tempat yang saya lalui menuju PNUP. |
Dalam perjalanan saya membeli bekal minuman dan roti untuk kami berdua.
Perjalanan kali ini tidak main-main. Dan entah apa yang membuat saya seberani
ini. Tentunya bukan hanya karena saya mengenal Pak Lidemar sejak di Kampus Unhas.
Mungkin karena proses yang sudah saya lalui sampai sejauh ini.
Saya ingat salah seorang kawan berkomentar pada status mengenai kegiatan
orientasi mahasiswa baru di Fakultas Teknik Unhas. Dia mengatakan bahwa apa
yang kami jalani dulu yang kata orang tidak memanusiakan manusia telah membuat
kami paham bahwa kami bisa melalui batas-batas yang dulunya tak terpikirkan.
Saya membenarkan apa yang dia katakan. Saya pernah membuat tulisan
berjudul Orientasi
Mahasiswa Baru dan Setan yang Menyusup. Tulisan ini berisi manfaat apa yang
saya rasakan ketika menjalani program orientasi maba pada tahun 1992 di
Fakultas Teknik Unhas. Waktu itu kegiatannya bukan semata perpeloncoan, ada
pesan/muatan yang disampaikan.
Tidak pernah lihat yang seperti ini di Kota Makassar |
Saya berkata jujur kalau mengatakan ada manfaat yang saya rasakan. Saya
tak ingin terjebak dalam pikiran-pikiran negatif. Lebih baik saya melihat sisi
positifnya yang memang saya rasakan. Masa-masa itu telah mengantarkan saya
melalui semua tantangan masa perkuliahan dengan segala dinamikanya yang tak
mudah dengan cukup baik.
Lalu segala proses pengembangan diri yang saya alami semasa di kampus,
turut menyumbang kepada terbentuknya karakter saya saat ini. Yang anehnya,
justru di masa yang tidak muda lagi saya berani mencoba tantangan-tantangan
baru di dalam dunia menulis, blog, dan media sosial. Yang terakhir, saya
memberanikan diri mengikuti lomba ini.
Yang lucunya, meskipun saya tahu manfaatnya, saya tak ingin anak saya
melalui hal yang saya lalui dulu. Saya berharap dia tak perlu mengalami proses
kengkreng, berguling-guling, merayap, jalan jongkok sebanyak berkali-kali plus
mendengar bentakan-bentakan selama masa pengenalan kampusnya.
Hasil video untuk lomba. Maklumkan kalau masih amatir banget.
Hasil wawancara lengkapnya akan saya posting di tulisan berikutnya.
Hasil wawancara lengkapnya akan saya posting di tulisan berikutnya.
Oya, kembali ke topiknya, ya. Kami tiba di tujuan menjelang pukul 10 pagi
dan menelusuri kegiatan Bela Negara sampai sekira pukul 11.30. Segala
sesuatunya berlangsung aman terkendali. Senior-seniornya baik-baik, apalagi dosen-dosennya.
Bapak tentara yang saya wawancarai pun ramah dan menjawab dengan senang hati
pertanyaan yang saya ajukan.
Mengenai bagaimana proses pengumpulan informasi, dengan mewawancarai Pak Lidemar,
salah seorang mahasiswa anggota PMI, dan pak tentara yang melatih para maba,
akan saya sampaikan di tulisan berikutnya. Ditunggu, ya.
Makassar, 31 Agustus 2019
Bersambung ke tulisan berikutnya.
Baca juga tulisan-tulisan lain:
- Orientasi Mahasiswa Baru dan Setan yang Menyusup
- Kenangan yang Teresonansi dan Seminar Nasional di Kampus Merah
- Tulisan Reuni yang Bikin Iri
- Rindu Kampuz, Seru-Seruan Masa Kini Alumni FT UNHAS
Share :
Bagus ya acaranya mba Niar, anak muda diajarkan untuk cinta negara dan melakukan hal yg positif untuk negara
ReplyDeletehihi saya pun belum pernah ngevlog, apalagi mau ikut lomba. Bagus ini, kalau gak dimulai sekarang, ya kapan lagi. Btw, beberapa waktu lalu saya lihat video perploncoan, langsung teringat video ini. Ternyata masih ada ya masa kini perploncoan, baiknya memang diubah saja menjadi yg lebih bermanfaat
ReplyDeletewah prosesnya sampe lintas kabupaten ya kak. . Semoga sukses kak lomba vlognya.. siapa tahu yaa meskipun ini pertama kali ikutan lomba ngevlog.
ReplyDelete