Mbak Novita Sutopo – master trainer Gapura Digital dan Womenwill
yang membawakan materi mengatakan bahwa public speaking itu luas sekali.
Bukan berarti dirinya yang lama sekali menjadi penyiar radio, bisa mengandalkan
semua pengalaman tersebut.
Materi berjudul Walk the Talk yang dibawakannya pada tanggal 24 Agustus
lalu mengajak untuk menjadi pribadi yang jujur terlebih dulu – sampai selamanya,
tentu. Kami diajak untuk belajar mendengarkan orang lain – deep listening.
Kemudian kami dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil. Dari setiap
kelompok ditunjuk satu orang berbicara “kasus” tertentu dan yang lainnya
diminta untuk mendengarkan. Para anggota berasal dari latar belakang yang
berbeda-beda.
Di dalam ruang meeting di Confie ini, tiap orang bereaksi dengan
respon emosinya sendiri. Kebanyakan sih mirip responnya namun cara menuliskan
istilahnya berbeda-beda. Ada yang menyebutkan napasnya “natural”, ada yang
“berhenti”, ada yang bernapas cepat, berdebar-debar, dan ada yang biasa saja.
Bagian ini menunjukkan apa yang dikatakan Mbak Novi sebagai “the words
are not the event or the item they represent.” Kata-kata bukan peristiwa
atau hal yang direpresentasikannya. Kalau boleh saya sok tahu
menyimpulkan, simulasi ini menunjukkan bahwa siapapun punya potensi
“memengaruhi” orang lain melalui penyampaiannya.
Konteks yang diceritakan oleh masing-masing nara sumber dengan jujur
dan body language-nya sendiri lebih dari sekadar kata-kata yang
diucapkannya. Hal itu ditangkap oleh sebagian besar peserta, ditunjukkan dengan
respon emosi yang dirasakan oleh mereka (jantung berdebar-debar dan sebagainya
itu).
Melalui kejujurannya, orang yang berbicara mendapatkan kredibilitas dan
kepercayaan. Tentunya berbekal rasa percaya diri dan menghindari shame (rasa
malu) dan fear (rasa takut) yang merusak. Jangan sampai terlalu sibuk
dengan penampilan – memikirkan seperti apa orang menilai kita ketika tampil.
Seperti apa itu? Misalnya nih, rasa malu dan takut yang menjebak kita
menjadi terlalu sibuk memikirkan, apakah kostum yang dikenakan sudah terlihat
menarik atau memikirkan penilaian buruk seperti apa yang ada di benak
orang-orang yang menyaksikan padahal sesungguhnya semuanya oke-oke saja.
Kata Brene Brown – peneliti kualitatif USA, setiap manusia itu ada dalam
kondisi rapuh. Kerapuhan ini menimbulkan rasa malu dan rasa takut pada diri
setiap orang. Kerapuhan adalah “rumah” dari rasa malu, rasa takut, dan
perjuangan menjadi layak tetapi di sisi lain, kerapuhan juga merupakan tempat
kelahiran sukacita, kreativitas, kepemilikan, dan cinta
Rasa malu dan rasa takut yang berlebihan bisa menjebak kita terlalu focus
pada dua rasa itu dan mengabaikan yang lebih penting. Tidak selayaknya
memelihara rasa malu dan takut berlebihan sehingga menghambat kita menyampaikan
pesan kepada orang lain.
Lalu jika merasa tidak nyaman atau merasa takut, bagaimana? “Say yes, terima
rasa takut atau ketidaknyamanan itu maka akan terasa lebih plong,” ujar Mbak
Novita Sutopo – founder Growing Project yang bergerak dalam bidang pengembangan
diri ini.
Makna kerapuhan dalam diri, menurut Brene Brown (dapat ini dari Mbak Novita). Dalam banget, ya ternyata. Kerapuhan itu bisa men-drive beberapa hal yang penting dalam diri kita. |
Kali ini, angle belajar public speaking adalah dari sisi “mata hati”. Mbak Novita mengajak kami mengasah diri dalam “human to human connection”. Perempuan yang juga seorang entrepreneur sekaligus dosen Ilmu Komunikasi dan Manajemen dan praktisi PR Marcom ini memberikan saya insight baru tentang public speaking.
Selain itu, kami diajak membuat audience persona peserta Kelas
Gapura Digital dan Womenwill dan menetapkan goals tertinggi sebagai
fasilitator Gapura Digital dan Womenwill. Mendengarkan audience persona dari
masing-masing kelompok, kami jadi bisa melihat cara menjangkau berbagai jenis
audiens dan menetapkan hasil yang hendak dicapai.
Sedangkan menetapkan goals tertinggi atau termulia akan membantu
para fasilitator Gapura Digital dan Womenwill “mampu bekerja dengan hati”. Ah, saya
setuju. Pada sebuah bidang yang berhubungan langsung dengan manusia memang
sebaiknya menggunakan hati, betul?
Makassar, 7 September 2019
Baca juga:
- Belajar Seru di Public Speaking Mastery Workshop
- Public Speaking: Jangan Hanya di Satu Titik
- Agar Mampu Berbicara dengan Percaya Diri
- School of Influencer: Jadi Influencer yang Menginspirasi dalam Public Speaking
- Melejitkan Potensi Diri Melalui Seni Berbicara dengan Orang Lain
- Catatan dari Workshop Public Speaking di DiLo
- School of Influencer: Komunikasi Visual dan Personal Branding
- Mini Workshop MC: Mari Kembalikan Harga Diri
Share :
Memang berbicara di depan umum itu sangat penting nih ya Mbak, nggak usah malu hihi
ReplyDeletePenting untuk bisa paham caranya ya Mbak supaya bisa menyampaikan pesan dengan baik :)
DeleteYang terpenting itu memang bisa lebih percaya diri nih ya Mbak
ReplyDeletePenting ... tapi apakah yang terpenting? Hm .....
DeleteWah bermanfaat banget nih Mbak informasinya. Terima kasih atas tipsnya juga
ReplyDeleteTerima kasih juga sudah berkunjung
DeleteYes, mari belajar sama-sama hehe
ReplyDeletePublik speaking ini emang penting banget ya, apalagi saat jadi narasumber dan mengajak audience agar bisa fokus dan tak mudah boring dengan yang disampaikan
ReplyDeletewah aku pun belum pernah ikutan pelatihan publik speaking gini kak.. kalo ada yang deket2 aku mau ah...
ReplyDeleteBetul, dengan menggunakan hati, pesan yang disampaikan akan mudah tersampaikan.
ReplyDeleteAku juga malu kalau diminta berbicara di depan orang banyak, kak...
ReplyDeleteTapi suka banget nanya kalau ada seminary gitu...
Berasa harus nimba ilmu banyak-banyaak...
Setuju banget kak, emang harus melibatkan hati, apalagi kalau urusan public speaking. Ngajar itu termasuk public speaking kan ya? Aku pernah nih ngeliat satu teacher yang emang dia bermasalah dgn sekolah, ketika dia ngajar itu kelihatan banget auranya beda. Mungkin karena tidak melibatkan hati kali yaa.
ReplyDeletejadi meskipun materi tersampaikan, tapi rasanya tuh kurang greget, kurang ngena gitu.
Wah, pelatihannya kece banget. Cocok buatku nih yang introvert dan suka gagap juga kalo ngomong di depan umum
ReplyDeleteNaaahhh ini ni, ilmu public speaking, bukan tentang ilmu curcol atau ngobrol ke orang banyak ternyata ya.. Menjadi public speaking harus bisa menguasai audience dan materi yang disampaikan yang membuat orang lain interaktif ya kak?
ReplyDelete