Kalau kalian mendapatkan hal demikian, apa yang kalian lakukan?
Kalau saya, jika air di toilet itu banyak maka saya akan menyiramkannya ke
lantai dan ke tempat-tempat yang saya curigai menyimpan aroma tersebut.
Syukur-syukur kalau baunya berkurang bahkan hilang. Kalau
tidak, saya menyerah. Tapi biasanya, saya keluar toilet dengan perasaan takut. TAKUT DITUDUH! Saya takut, orang
berikutnya yang masuk setelah saya akan mengira saya penyebab bau tak enak itu
dan mengingat wajah saya lalu memberi cap saya sebagai perempuan tak berguna. Duh
aduh ... aduh.
Jangan sampai ada yang berpikir begini, “Cantik-cantik
koq jorok!” Kan mendingan kalau dikatakan, “Cantik-cantik, pakai toiletnya
bagus, tak meninggalkan bau.” Eh tapi tak ada yang begitu ya hahaha. Yang
paling mungkin adalah tuduhan jorok itu karena kebusukan itu
sangat berkesan, Kawan! 😁
Paling ndak enak mi kalau nemu kotoran
“besar”. Ada yang habis BAB tapi meninggalkan kenang-kenangannya di dalam toilet.
Dududu. Seperti waktu baru-baru ini di toilet umum Mal Nipah. Saya masuk
setelah seorang ibu paruh baya. Baru masuk saja sudah ada bebauan yang bikin
bergidik. Mau keluar, takutnya di toilet sebelah antre lagi.
Kalo keluar tanpa barang itu masuk, takutnya saya jadi
tertuduh. Jadilah saya sibuk menekan tombol flush beberapa kali. Tampaknya
pengguna toilet sebelum saya tak paham cara menggunakan tombol flush.
Sudah kebayang saja orang setelah saya akan
mengingat saya sebagai orang yang tega meninggalkan masa lalu yang buruk di
dalam toilet dan mewariskannya kepada pengguna toilet setelah saya. Untungnya
tak perlu karena setelah menekan tombol flush beberapa kali, masa lalu
si ibu tenggelam deh.
Saya tak pernah lupa ekpresi wajah orang yang memperbaiki
toilet rumah kami ketika mendapati apa yang membuat saluran dari kloset ke septic
tank tersumbat beberapa bulan lalu. Dia menatap saya sembari berkata, “Maaf ini, ya. Memang
tidak boleh jorok. Di dalam ada pembalut.” Lalu dia menasihati saya tentang
perilaku hidup sehat khusus sanitasi toilet.
Saya tertegun dalam bengong, “Adakah?”
“Iya. Ada!” tatapannya menghunjam ke dasar hati yang
paling dalam. Kalau bisa kejadian, mungkin saat itu sudah tembus ke punggung
saking malunya diri ini.
Di atas itu penggalan kecil percakapannya. Tapi dalam
percakapan kami yang lebih panjang daripada itu, saya seperti dituduh telah
membuang pembalut bekas ke dalam kloset!
Bukan toilet kami. Gambar ambil di Pixabay. Cuma mau bilang, toiletmu ranah pribadimu tapi bisa jadi pembica- raan orang lain. Seperti kisahku ini. |
Setengah mati saya berpikir. Memutar otak. Apakah saya
pernah amnesia setelah membuang pembalut ke dalam kloset sampai-sampai tak
mengingatnya? 😰
Saya pernah membuang sesuatu bertahun-tahun yang lalu.
Tapi saya yakini hanya bagian dalam pembalut. Yang hancur karena telah berupa
bubur kertas. Atau yang telah berupa gel! Bagian luarnya yang ada lapisan plastiknya saya ambil dan bersihkan, bungkus rapi, lalu buang di tempat sampah.
Tapi saya tak pernah membuang bagian dari pembalut ke dalam kloset lagi. Saya tak mau melakukannya lagi sejak bertahun-tahun lalu.
Tapi saya tak pernah membuang bagian dari pembalut ke dalam kloset lagi. Saya tak mau melakukannya lagi sejak bertahun-tahun lalu.
“Kalau dia tahu yang menyumbat itu pembalut, berarti
masih utuh bentuk pembalutnya,” kata adik saya ketika saya curhat soal pembicaraan
dan tatapan menghunjam dari orang yang memperbaiki toilet kami. 🙈
“Nah itu mi. Saya pikir begitu. Kalau yang saya
buang bertahun-tahun lalu itu jelas mi ndak bisa dikenali lagi
bentuknya. Saya ndak akan berani mi buang satu pembalut utuh ke
dalam sana. Kalau saya melakukannya kan seharusnya dari dulu mi mampet,”
saya masih membela diri.
Saya juga tahu betapa berbahayanya membuang sampah
pembalut di dalam lobang kloset karena akan susah dihancurkan oleh alam bagian
yang ada bahan plastiknya. Saya berusaha berhati-hati dengan sampah pembalut
selama ini.
Saya kemudian mengingat-ingat. Pernah ada tamu yang saya
tahu sedang kedatangan tamu bulanan selama beberapa hari dan saya tak pernah
mendapati sampah pembalutnya. Saya seharusnya melihat sampah pembalutnya karena
setiap harinya saya yang mengurusi urusan domestik dan tahu keadaan tempat-tempat
sampah kami di dalam rumah.
Etapi belum tentu juga dia orangnya, bisa jadi tamu lain. Hm, jadi menuduh juga saya, yah. Habis bagaimana lagi, saya yakin bukan saya yang melakukannya dan saya perlu mencari penyebabnya. 😥
Etapi belum tentu juga dia orangnya, bisa jadi tamu lain. Hm, jadi menuduh juga saya, yah. Habis bagaimana lagi, saya yakin bukan saya yang melakukannya dan saya perlu mencari penyebabnya. 😥
Saya masih yakin bukanlah saya penyebab toilet tersumbat.
Tapi tatapan orang itu tak akan saya lupakan seumur hidup. Terlebih seorang
yang lain membicarakannya dengan orang lain lagi dan rasanya sepeti menuduh
saya melakukannya.
Mungkin perasaan saya saja tapi mereka tahu yang tinggal
di rumah kami, ada 3 perempuan. Ibu saya, saya, dan anak perempuan saya. Nah,
yang paling mungkin dituduh kan saya. Adik perempuan saya hanya datang
sesekali. “Duh, bantu dulu pulihkan nama baikku 😖,” pinta saya kepada adik.
Maka ketika dia mendengarkan lagi masalah itu diungkit di
depan orang lain oleh seseorang saat saya tak mendengarnya, adik saya langsung
mengatakan, “Tamu itu yang buang sampah pembalutnya. Tidak mungkin mi kami
yang lakukan!”
Sampai di sini saya sudah puas, harga diri saya masih ada
harapan terselamatkan. Memang ini hal sepele tapi memalukan. Takut dituduh
jorok di toilet, sepele ya tapi coba bayangkan jika kalian dituduh jorok.
Lalu ada yang mengatakan, “Cantik-cantik/ganteng-ganteng/pintar-pintar
koq serigala jorok!” Runtuh
harga diri, kan? Berada di posisi ini, nanti kalau sampai di telinga calon besan
kayak mana tanggapannya?
Ahaha berlebihannya Niar, deh. Tapi bisa saja nah. Karena
kisah ini sudah diceritakan ke orang-orang yang mengenal saya. Bisa saja kelak
sampai ke telinga calon besan (yang entah siapa) dan menilai saya sebagai orang
jorok lalu menilai anak-anak saya jorok. Ulala, kutak rela, Saudara!
Ini baru urusan toilet, ya. Semoga tak ada yang lebih
besar daripada ini. Dituduh melakukan sesuatu yang merugikan orang banyak
tetapi saya tak melakukannya. Na’udzubillah. Semoga dosa saya tak
bertambah lagi. Dosa sampai di usia 45 ini saja belum tentu sanggup saya bayar
di neraka.
Ah ya, terima kasih buat kalian yang sudah membaca cerita
receh hari ini sampai tuntas. Semoga tak ada yang menuduh kalian jorok. Mari
kita renungkan sama-sama “filosofi” di balik kisah “takut dituduh jorok” ini.
Makassar, 3 Oktober 2019
Share :
Sebaiknya toilet umum pakai cara manual saja ya mak biar ga ada alasan gaptek enggak bisa nyentor segala macam.
ReplyDeleteTapi yang manual pun ada saja yang malas menyiram kotorannya, Mak 😓
DeleteApalagi jika di kamar kost atau kontrakan
ReplyDeleteWuih lebih serem lagi.
Mungkin saat ingin membuat itu pembalut, tidak ada pembungkus nya/
Dan mungkin malu, ya terpaksa deh dibuang di saluran
Ya ampun. Padahal kan bisa dicuci bersih lalu bawa ke kamar. Kalo ada pembungkusnya baru dibuang ke tempat sampah. 😞
DeleteWajar berarti ya klo istri gak pernah mau pake Wc umum, apalagi dikereta. Krena trauma liat barang mengambang nggk disiram
ReplyDeletehahahaah betulan nah kak, saya juga sering sekali dapat kenang2an di toilet umum, mau nda mau ya saya yg bersihkan. lebih baik daripada jadi tertuduh huhuu
ReplyDeletengomong2 soal toilet, saya juga org yg paling sensitif, just wanna share, karena tiap hari di kantor, pastinya ada saat juga hrs bab di kantor, tp krn sensitifnya toiletnya sy kasi tissue dlu baru sy duduki atau pasang posisi kuda2 sj kl mau pipis biar hemat tissue. plus sy semprot parfum atau tuang sabun ke toiletnya kalo abs bab biar tak meninggalkan kesan buruk kl abs poop, bahkan segitu sensitifnya tiap kali abis pipis cipratan airnya yg di toilet pst sy lap sndiri mskipun ada OB. kebiasaan soalnya hehe
ReplyDeleteSaya malah tipe orang yang pemilih sekali soal toilet ini. Nggak suka masuk di toilet umum yang keliatannya jorok sekali, berasa lebih baik nahan deh daripada buang air di situ tapi kalau dalam sangat terpaksa jadi nggak ada pilihan lain.deh.
ReplyDeletesikap menjaga kebersihan itu kalo dibiasakan pasti lama2 jadi parno sama hal2 yg bisa memicu kuman atau kotoran.. kayak saya kak kalo masuk WC yg laintainya basah harus cuci kaki.. kalo tidak cuci kaki berasa kotor kak..
ReplyDeletehahahahaha, aku ngerti perasaanmu mba :D. akupun kalo abis dr toilet yaaa, aku pastiin bangetttt aku ga ninggalin noda, ato apapun yg jorok2. maluuu aklo sampe org berikutnya masuk dan mikir kalo aku jorok. tp kalo aku masuk ke toilet dan ternyata ada something di dalamnya, aku mah ga bakal jd pake. lgs kluar lg :p. mnding cari lain deh. akunya jg ga bakal kuat dan jijik banget ama begituan
ReplyDeleteorang ganteng juga ga jaminan.. dia juga sama jorok hehe..
ReplyDelete