Maka tombol bagian belakang televisi menjadi andalan.
Ato’ membeli remote control yang dijual penjaja remote control keliling.
Bisa dibilang ini general remote control yang bisa digunakan untuk
televisi merek apa saja. Hanya bertahan sebentar saja, general remote
control itu pun tak berfungsi.
Jadilah andalan satu-satunya hanya pada tombol bagian
belakang televisi. Itu pun anak-anak yang mengajari cara pakainya. Suatu
ketika, secara tak sengaja saya melakukan kesalahan fatal. Saat sedang menggerak-gerakkan
tombol di bagian belakang TV itu, tiba-tiba muncul tulisan “mengunci tombol”.
Gambar: Pixabay.com |
Saya mencoba menghindari. Eh malah makin mengarah ke
tulisan itu dan justru memilihnya. Saya berpikir, mungkin kalau saya matikan
televisi, pengaturannya jadi non aktif. Perkiraan saya salah. Saat saya
mati-nyalakan, fungsi penguncian tombol malah aktif. Mati mi ja’! 😰
Alhasil kami hanya bisa menonton 1 channel, yaitu
Net TV. Itu pun dengan suara rendah. Untungnya terkuncinya di net TV, channel
yang kontennya positif semua tapi sayangnya ada desas-desus stasiun TV ini
lagi dililit masalah.
Setiap harinya kami nonton sinetron berkualitas bagus
dari Net TV, seperti OK-Jek, Keluarga Besar, dan Saya Terima Nikahnya.
Sayangnya, yang diputar episode lama semua. Tapi masih lebih bagus begitu, sih ketombang
nonton sinetron azab dan ternyata banyak juga sinetron lama Net TV yang belum
pernah saya tonton.
Tapi lama-lama bosan juga, ya. Hidup memang membutuhkan
warna-warni, termasuk dalam hal channel tontonan di televisi. Ketahuan
ya mode tontonan TV di rumah kami masih yang tradisional, bukan yang pakai
internet, hahah. Saya sih senang-senang saja begini. Malah sebenarnya saya
sudah menikmati kehidupan tanpa TV seperti tahun-tahun kemarin.
Kasihan juga sama ayah dan ibu saya. Mereka bukan
pengguna internet. Televisi bisa dibilang satu-satunya hiburan dan sarana
penambah pengetahuan bagi mereka saat ini. Maka saya cari tahu bagaimana
menghubungi customer service (CS) perusahaan yang memproduksi TV kami.
Kalian masih menggunakan telepon rumah seperti ini? 😅 Ayah dan ibu saya (79 dan 76 tahun) masih menggunakannya. |
Ketemulah beberapa cara lain usai gagal menggunakan aplikasi remote control ke semua HP yang ada. 😆
Saya lalu mencoba menggunakan cara yang paling konvensional dulu: melalui nomor telepon bebas pulsa 0800 – sekian sekian sekian. Menggunakan telepon rumah, lebih sepekan yang lalu saya hubungi CS-nya. Dari hasil bincang-bincang kami, solusi sementara adalah membeli remote control baru.
Saya lalu mencoba menggunakan cara yang paling konvensional dulu: melalui nomor telepon bebas pulsa 0800 – sekian sekian sekian. Menggunakan telepon rumah, lebih sepekan yang lalu saya hubungi CS-nya. Dari hasil bincang-bincang kami, solusi sementara adalah membeli remote control baru.
Sebenarnya televisi itu masih dalam masa garansi 3 tahun.
Sayangnya struk pembeliannya sudah raib entah ke mana. Jadi, ya terpaksa beli remote
control baru. Untungnya harganya terjangkau banget, Rp. 53.000 saja.
Dua kali saya konfirmasikan harga ini kepada CS.
CS tersebut mengatakan bahwa nanti saya akan dihubungi
oleh bagian spare part Makassar maka dia meminta no HP saya. Katanya
dalam jangka waktu 5 – 7 hari akan dikabari kalau barangnya sudah tiba. Saya harus
menunggu selama itu karena remote control-nya harus dikirim dari
Jakarta. Stok di Makassar sudah habis.
Oke, baiklah. Sepekan tak lama. Tapi rupanya menunggu
tanpa kepastian itu tak asyik, Kawan. Hingga lebih sepekan tak ada yang
menelepon dan memberikan harapan tentang remote control baru. Kalau saya
ingat-ingat lagi, sepertinya malah sudah masuk 2 pekan.
Jadinya tadi pagi saya menelepon kembali ke nomor bebas
pulsa perusahaan elektronik terkait. Saya disuruh menunggu selama dia
mengonfirmasi ke pihak Makassar. Kabar baik, remote control-nya sudah
ada.
Ini mi ini .... si baing kerok. 😆 |
Maka pergilah suami saya ke tokonya, berbekal catatan
kode spesifik TV dari saya dan pemberitahuan sebelumnya bahwa harganya Rp.
53.000. Eh, di sana suami saya menelepon. Katanya sama pegawai di sana, diberi
tahu harganya Rp. 115.000.
Saya tak terima dong. Masak barang di Makassar harganya
sampai lebih dua kali lipat daripada harga Jakarta? Lagi pula kan saya sudah
konfirmasi harga dulu sebelum memesannya?
“Saya sudah telepon ke Jakarta. Dua kali saya konfirmasi
dan dikatakan harganya lima puluh tiga ribu rupiah!” tegas saya pada si Mbak
yang berbicara menggunakan HP suami saya di ujung sana.
“Barangkali harga di Jakarta beda dengan di sini, Bu,”
ucapnya.
Saya minta dia memberikan ponsel kepada pak suami. Saya
katakan hendak mengecek lagi ke nomor 0800 sekian sekian itu. Agak dongkol saya
karena saya tahu harga barang di Jakarta dan Makassar tidak mungkin sampai
sejauh itu perbedaannya.
Ditambah lagi suami saya kehilangan uang Rp. 55.000 yang
sudah dipersiapkan untuk menebus remote control impian. Kalau mengambil
dari ATM, kami harus membayar Rp. 115.000, masak iya harus keluar lebih dari
Rp. 150.000? Hanya untu sebuah remote control? Sungguh tak layak! Otak
mamak-mamak nan penuh perhitungan ini protes.
Saya kembali menelepon nomor bebas pulsa. Saya keluhkan
keadaan yang baru berlangsung. Bahwa saya sudah memberikan catatan mengenai
kode spesifik TV tetapi oleh pegawai sana dikatakan harganya Rp. 115.000.
“Saya tahu, Mas, harga di Makassar dan Jakarta tidak
mungkin sampai dua kali lipat begitu bedanya!” ujar saya gusar. 😣
Si CS meminta saya menunggu dia mengonfirmasi dengan
pihak Makassar. Ada sekira 5 menit saya menunggu. Selama menunggu itu ada 3
kali HP saya berdering, dari nomor lokal yang saya kenali sebagai nomor kontak
Makassar untuk brand TV yang lagi saya urus pengadaan kontrol jarak
jauhnya itu. Tidak saya angkat, dong kan lagi menunggu konfirmasi.
Usai konfirmasi dengan pihak Makassar, si CS berbicara
dengan saya lagi. Dia meminta saya menunggu telepon dari pihak spare part Makassar
yang akan meluruskan hal ini. “Ada miss komunikasi,” kata dia.
Katanya, si pegawai yang kasih harga Rp. 115.000 itu mengira
kami baru mau beli remote control. Padahal suami saya sudah bilang sama
dia, sudah pesan barang itu dan sudah memberikan kode spesifik barangnya.
Oke, baiklah. Selanjutnya saya teleponlah pihak
perwakilan perusahaan terkait di kota ini. Yang menerima telepon segera
mengenali saya dan permasalahan saya setelah saya jelaskan dengan singkat. Dia
meminta kami segera datang menebus barang yang kami inginkan seharga Rp.
53.000.
“Maafkan, Bu. Ada miss komunikasi,” ucapnya.
Jadinya suami saya ke sana lagi. Si pegawai yang tadinya
menawarkan barang yang harganya lebih mahal terlihat berusaha menghindarinya.
Begitulah kalau tidak ada koordinasi di dalam. Sudah saya tak dihubungi sama
sekali, tidak juga cek-ricek lagi.
Kalau kata suami saya, si pegawai itu berusaha
menjualkan barang yang tanpa bar code sementara remote control yang kami pesan
dari Jakarta ada bar code-nya. Aish, berarti dia mau menjual barang general
remote control? Ngapain pula harganya semahal itu sementara di
tempat lain kami bisa memperolehnya dengan harga setengah, bahkan sepertiganya?
Makassar, 7 Oktober 2019
Share :
Untung Kak Niar tegas juga dalam masalah perbedaan harga itu. Nggak langsung nyuruh suami bayar. Saya juga kalau tahu perbedaan harga remotenya jauh gitu pasti bakal protes..
ReplyDeleteBtw saya kira telpon rumah jaman dulu itu sekarang sudah gak ada yang gunakan lagi ternyata keluarganya kak Niar masih pake ya, hehe
Terlalu bela, masak remote harganya lebih dari Rp. 100.000 baru mau dia akui remote TV merek itu na ndak ada barcode-nya. 😅
DeleteIya, Siska, mamaku terutama masih pake. Ndak nasuka pake HP 😄
Haha, drama sekali ya. Si pegawainya itu memang kayaknya berusaha mencari untung dari customer yang mungkin tidak paham. Saya sih juga akan bersikap seperti Kak Niar. Bukan soal nominal, melainkan kesepakatan awal dari brandnya sendiri. Lagi pula, ini kan bagian dari customer journey, kok dirusak sama pegawainya sendiri yang seharusnya jadi representatif dari brand. Haduh.
ReplyDeleteKalo saya, soal nominal juga. Masak remote harganya seratusribuan. Terlalu kan 😔
DeleteAda2 aja modus buat tipu2.
ReplyDeleteItu berarti juga kantornya gak ada koordinasi dari pihak Jakarta dan Makassar. Akhirnya dimanfaatkan oleh oknum karyawan.
saya ikut gusar dengan drama di atas.. meski pesan orang2 berkata apapun kejadiannya kita ga boleh suudzon kali kak.. btw rumah ka Niar nyaman ya masih ada nuansa 90an nya.. saya suka suasananya..
ReplyDeleteBaca postingan ini jdi ingat tragedi remote tv di rumah bbrp jari yang lalu. Tiba2 ilang eh tau2 tersimpan rapi dalam laci. Hingga kini pelakunya masih dalam penyelidikan hahahaaa
ReplyDeleteKalau saya di HP ada infra red jadi bisa dipakai untuk remote apa pun. :D
ReplyDelete