Pasalnya saya kasihan, membatalkan orderan berarti
menghambat pekerjaan para driver ojek online. Lagi pula memesan
ulang tidak menjamin saya bisa sesegera mungkin mendapatkan driver baru.
Jadi, buat saya, nothing to lose-lah kalau memang tak buru-buru.
Hitung-hitung melatih kesabaran.
Menunggu
Ojek Online Tak Masalah, Asalkan ...
Berjalan kaki sampai 200 meter menghampiri ojol pun saya
tak berkeberatan. Buat saya ada manfaatnya, kaki saya terlatih berjalan
mengingat saya tak sering ke luar rumah. Anggap saja olahraga.
Bukan cuma satu-dua kali saya menunggu ojol dalam waktu
lama. Pernah malah sudah duduk manis menunggu antaran makanan selama hampir
sejam. Karena penasaran, saya menelepon warung makan tempat saya memesan, eh rupanya
si driver membatalkan pesanan saya tanpa konfirmasi terlebih dulu. Saya
baru menyadarinya ketika diberi tahu oleh orang di warung makan.
Orang yang menerima telepon saya bilang si driver tak
mau menunggu karena lama. Rasanya seperti orang patah hati hahaha. Sudah terbayang
saja makanan impian tapi diputuskan di tengah jalan secara sepihak oleh pak driver.
Tak apa kau memutuskanku, Pak Driver tapi tolong, berikanku penjelasan.
Katakan apa salahku.ðŸ˜
Tentunya perilaku driver ini saya adukan kepada
pihak perusahaan.
Walau kecewa, saya tak sampai menahan marah kepada di
babang ojol. Saya mencoba memakluminya. Toh saya sudah melaporkannya.
Pernah pula saya menunggu sekira 30 menit padahal pak
sopirnya berada tak jauh dari rumah, hanya sekira 200-an meter. Mustahil kan ya
kalau dia cepat bergerak nyampenya ke rumah makan waktu sampai 30 menit?
Lagi-lagi, saya tak sampai menahan amarah. Saya menunggu
dan tetap memberikannya bintang lima meskipun waktu itu saya sebenarnya sudah
harus sesegera mungkin tiba di tujuan.
Beberapa drama juga berlangsung demikian. Lagi-lagi, saya
tak sampai marah.
Kali
Ini, Saya Sungguh Menahan Amarah!
Berbeda dengan kejadian malam Ahad kemarin. Saya memesan
ojek mobil untuk mengantar saya, ayah – ibu saya, dan si bungsu Afyad ke pesta
pernikahan. Memakai rok yang agak span menjadikan saya tak leluasa melangkah.
Mantan mahasiswi Teknik ini mana bisa melangkah gemulai, bisanya melangkah gagah.
Tapi demi pak driver yang pasti kesulitan masuk
berhubung tetangga dekat sini menggunakan bahu jalan sebagai tempat kongkow,
saya bersedia berjalan sekira 50 meter ke arah timur. Ayah dan ibu saya pun tak
berkeberatan.
“Tunggu maki’ di situ, Pak. Saya lihat mi mobil
ta’,” saya yang sudah melihat mobilnya mendekat ke arah kami, mengajak
kedua orang tua dan putra bungsu saya mendatangi mobil tersebut.
“Tunggu maki’ di situ, Pak. Saya lihat mi mobil ta’," kami pun bergerak dari A menuju B. |
Sampai di sana, mobil itu malah menjauh, bergerak sejauh
30-an meter ke arah selatan. E e e e ... apa ini, diminta menunggu malah
menjauh?
Saya menelepon lagi, memintanya berbalik arah, “Pak,
kenapa ki’pergi? Saya bilang tunggu maki’. Ada saya menunggu ini
di tempat tadi saya bilang supaya kita’ tunggu ka’! Ke sini ki’,
saya sama dua orang tua ini soalnya. Kembali ki’!”
Saya menunggu lagi. Saya pikir dia akan kembali menjemput
saya dan rombongan kecil yang saya pimpin. Andai saya sendirian atau dengan si
bungsu saja dan leluasa berjalan kaki, saya akan bergegas menyusulnya. Tak masalah
jika tak ada halangan.
Tapi kali ini, saya kan bersama ayah yang berusia 79
tahun, ibu yang berusia 76 tahun, dan saya menggunakan rok yang agak span!
Bukan hal mudah buat kami. Ayah saya mungkin masih bisa bersabar dan berjalan
kaki lagi karena beliau terbiasa berjalan kaki ratusan meter. Tapi Ibu? Ibu
saya belum tentu bisa, mau, dan belum tentu bersabar. 🙈
Tunggu punya tunggu, tak ada bau-bau mobil mendekat. Ya
Allah, di sini saya mulai gemas. Saya takut menyusahkan kedua orang tua dan
saya takut menghadapi akibat jika ibu saya tak mampu bersabar.
Saya melihat kedua orang tua saya masih bersabar. Kalau biasanya
Ibu sudah mengomel-ngomel dalam situasi ini, kali ini alhamdulillah, beliau
diam saja. 😅
“Pak, kenapa ki’pergi? Saya bilang tunggu maki’!" Saat tiba di B, pak driver malah bergerak ke C. |
“Di sana mobilnya. Bagaimana? Kita ke sana saja?” tanya
saya kepada keduanya sembari menunjuk arah mobil itu pergi. Keduanya
mengiyakan.
Ya sudah, kami menyusul mobil itu. Namun apa yang kami
dapati saudara-saudara? Bayangan mobilnya pun tak ada.
Ya Tuhan, bagian mana dari perkataan saya yang tidak
dimengerti bapak itu? Rasanya sudah jelas sekali. Kata menunggu itu tidak ada
biasnya. Diminta menunggu lalu diminta berbalik. Saya harus pakai bahasa apa?
Bahasa Inggris? 😵
Tanduk imajiner di kepala saya naik.😈 Untuk menurunkannya
kembali saya ber-istighfar sepenuh hati. Jangan sampai saya tak bisa
menguasai diri dan memaki-maki pak sopir itu. Gemas sekali saya. Saya
bersama dua orang tua ini, Paak. Dan
saya memakai rok setengah span! 😬😰
Bukan hanya itu sebenarnya. Sejak pagi tadi berbagai hal
terjadi. Dan berbagai hal itu membuat keadaan emosional saya naik dan turun secara
tajam. Putri saya Athifah sampai beberapa kali membujuk saya supaya tersenyum –
mungkin karena wajah saya tak enak dilihat.
“Pak, di mana ki’? Ndak ada maki’
saya lihat. Balik ki’!” nada lebih tegas saya perdengarkan kepada Pak Sopir.
“Di mana ki’?” tanya pak driver.
Saya menjelaskan posisi kami, sembari terus ber-istighfar.
Berulang kali saya sebutkan tanda-tanda bangunan mencolok yang ada di situ dan
meminta dia berbalik arah.
“Pak, di mana ki’? Ndak ada maki’ saya lihat. Balik ki’!” nada lebih tegas saya perdengarkan kepada Pak Sopir. |
Sekian menit kemudian terlihat sinar lampu mobil
mendekat. Akhirnya muncul juga mobil yang kami kejar-kejar. Baru kali ini saya
kejar-kejaran dengan mobil ojek online. Baru kali ini prosesi menunggu
pak driver ojol membuat saya menahan marah.
Istighfar
Berhasil Menurunkan Tanduk Itu
Kami masih harus berjalan kaki 10 meter ke arah timur
untuk menyongsong mobil itu. Saya membuka pintu mobil di belakang driver
lalu mengonfirmasi tujuan. Istighfar berhasil meredakan amarah dan
menurunkan tanduk imajiner yang sudah naik tadi. Sekilas saya perhatikan postur
tubuh pak sopir dan raut wajahnya dari samping.
Untung saya tidak jadi memarahinya. Rasanya ndak tega
marah-marah pada seorang bapak yang usianya saya perkirakan 55 tahun. Kayaknya
saya bakal jadi anak durhaka jika berani memarahi orang yang lebih tua. Fiyuh.
Perjalanan dengan ojek online kali ini jadi
pelajaran berharga bagi saya. Dalam hati saya mengucap hamdalah.
Bersyukur bisa menahan amarah. Bersyukur kali ini berhasil melawan diri sendiri
dan memberikan si pak sopir bintang 5.
Makassar, 25 November 2019
Baca juga:
- Drama Ojek Online: Bahagia yang Sederhana
- Drama Ojek Online: Tak Dengar Ucapan Terima Kasih,Ya?
- Drama Ojek Online: Dibentak Driver
- Drama Ojek Online: Ketika Si Bungsu Dituduh Merusakkan Mobil
- Drama Ojek Online: Ketika Titah Alamat Membingungkan untuk Ditelusuri
- Tip Buat Babang Ojek Online
Share :
Ceritanya sangat inspiratif Mbak, bisa menahan emosi dan bersabar. Terimakasih sudah berbagi cerita ini Mbak.
ReplyDeleteIya Mbak, terkadang driver ojek onlain memang sangat menjengkelkan. Namun, juga banyak yang ramah kok.
ReplyDeleteWah hebat banget ya Mbak, bisa menahan amarah sampai saat itu.
ReplyDeleteIya Mbak, saya kadang juga jengkel tapi tidak tega untuk memberikan bintang yang jelek.
ReplyDeleteKok drivernya membingungkan gitu ya Mbak hehe, ada apa sebenarnya hehe.
ReplyDeleteAlhamdulillah ya Mbak, meskipun hari itu Mbak Mugniar sekeluarga sedang diberikan ujian kesabaran. Alhamdulillah, Mbak Mugniar berhasil melaluinya dengan baik. (^^,)
ReplyDeleteHyahaahhaha, memang begitulaaaah Mba
ReplyDeleteKalo mau ditulis, buanyaaakk banget dah drama yg keluarga kami alami dgn ojek/taksi online.
Tapi thanks God ada GoJek dan Grab ya.
Sangat mempermudah hidup BANGET
Masya Allah, drama ojek online berseri, mi, hihihi.
ReplyDeleteHitung-hitung, jadi inspirasi artikel.
Luar biasa!
awal-awal menggunakan aplikasi ojek online mirip dengan cerita mba ini, alhamdulillah kesininya, setiap hari menggunakan jasa ojek online drama mulai berkurang.
ReplyDeleteJadi inget drama ojol yang pake mobil juga, hampir sejam nungguin sama temen-temen taunya si driver ngakalin maps-nya dimuter-muterin kayak bola kusut yang harusnya kita bayar 20rban jadi bayar 60rb padahal ga jauh tujuannya. Ternyata dia juga udah pick up di jalan sebelum jemput kita. Balik-balik kita protes sama CS-nya, dan duit dibalikin. Apes banget dapet driver nggak sholeh gitu, Mba :))
ReplyDeleteYaa allah, iya pernah gini juga. Jalan kaki lumayan jauh demi menyongsong mobil ojol yang nggak mau mendekat
ReplyDeleteKak niarrr... aku jg ga bisa marah sama ojol or driver mobilnya. ga tegaan perasaan. terakhir dpt driver yg ngeselin saat belanja panci bareng buibu tetangga. drivernya ga mau bukain bagasi. jadilah kami semua memangku dus gede masing2. sepanjang jalan jg cemberut terus. sama ibu yg punya aplikasi langsung dikasi bintang 3
ReplyDeletesabaaaar Niaar .. ojek online kan orang biasa aja ya jadi ga dapet pelatihan mentreatment jadi ya giru deh
ReplyDeleteYa Allah....makan hati.
ReplyDeleteSebagai pemakai Taxi dan Ojek online saya faham yang dirasakan Kak Mugniar, deh.
Saya kadang bertemu juga driver jengkelin gitu. Ingin rasanya kasih bintang 1 tapi ya ga tegah. akhirnya ga tak kasih tips saja hukumannya.
Nah kadang yang buat kita kepikiran itu orangtua apalagi yang usia lanjut. Aku bawa anak jalan jauh ke arah mobil juga mikir karna kasian anak
ReplyDeleteMbak Niar tanya gak kenapa drivernya muter-muter gitu? Saya penasaran hihihi. Tetapi, salut dengan kesabarannya. Cuma ya saya juga suka gak tega kalau udha terlanjur naik. Paling saya cancel aja kalau udah kesal hahaha
ReplyDeleteLuar Biasa kak.. sudah mampu menahan utk tidak marah dan tetap memberi bintang 5. Senoga tidak perlu drama2 lqgi kak kalo pake jasa ojol..
ReplyDeletedianesuryaman dot com
Pake arahan gambar titik a-b-c-d bikin aku bisa membayangkan juga bagaimana kejadiannya hehehe.. gemas ya mbak
ReplyDeleteWaduh, jadi kenapa katanya? Drivernya enggak ngerti atau gimana? Hebat banget mbak bisa sabar, salut :)
ReplyDeleteEnggak semua bisa kayak Mbak Niar, sabaaaar! dan yang jadi kunci Istighfar.
ReplyDeleteWah mesti belajar juga saya ya...
Memang belum pernah drama bangets selama naik ojol, karena banyakan naik yang motor bukan mobil. Paling sering, saya di seberang sini, bang ojol di seberang sana, padahal dah naik turun tangga TransJakarta hahaha. Atau, saya nunggu di depan gedung dia nunggu di belakang, saya jalan ke belakang lagi jadinya padahal tadi saya dari sana. Duh, ada aja !
Kalau saya juga gak masalah menunggu asalkan kalau saya kontak pak drivernya jangan diam aja. Biasanya saya tunggu 5 menit utk balas pesan, kalau dalam 5 menit gk ada kepastian terpaksa sekali saya cancel namun biasanya saya minta maaf dulu, apalagi kalau buru2.
ReplyDeleteLika liku menggunakan ojeg obline ya mba.. akupun sama beberapa kali naik pitam tp harus sabar sabar sabar tarik nafas buang gt aja terus.. selalu mencari sisi positif dari kejadian..
ReplyDeleteIkut emosi bacanya Mbak. Lalu ikut beristigfar juga haha. Astagfirullah. Semoga Mbak dan keluarga diberi bonus oleh Allah SWt atas kesabarannya.
ReplyDeleteWuaah pernah sampai menunggu 30 menit mba? Aku sih gak sampai 5 menit gak ada kabar aku langsung cancel.
ReplyDeletesuka duka pesat ojek online gini ya mbak. Aku sekarang kalau drivernya gak chat lgs aku telp kalau gak diangkat lgs aku cancel soalnya nanti buang waktu gak jelas
ReplyDeleteAku pernah mengalami ini Juga mba... Mau cancel tapi butuh terus kasihan tapi kok lama..akhirnya mau gal mau nunggu.. kadang mau melaporkan Juga kasihan
ReplyDeletembak baik bener sih. sabar banget. saya udah ngomel2 tuh mbak. apalagi kalau sampai bikin mama saya kewalahan, saya bakal naik pitam. eh istighfar
ReplyDeleteWah saya gak kebayang kak kalau masih ada ojol yang bersikap seperti itu dalam artian ketika membatalkan tidak konfirmasi dan kedua menyusahkan costumer, padahal boleh dikata ojol itu semestinya bersyukur ketemu cs seperti kita karena msh bisa sabar, yang lainnya pengalaman pribadi malah bisa saja sadis kepada driver kalau diperlakukan semena-mena.
ReplyDeleteDuh kalau saya udah g bisa sesabar itu deh huhuhu udah emosi jiwa dan raga kayaknya
ReplyDeleteSaya alhamdulillah belum pernah nemu driver yang sampai bikin marah sih. Tapi, saya pernah cancel orderan karena driver saya ngga muncul2. Ditelepon berkali2 pun ngga diangkat, padahal saya sedang buru-buru. Saya positive thinking saja, mungkin beliau ketiduran dan lupa mematikan aplikasi.
ReplyDelete