Mau ranking 25, 10, ataupun 1 sama saja bagi saya. Meskipun ada sedikit rasa penghargaan karena namanya prestasi kan, ya, namun saya bukan orang yang mengagung-agungkan pencapaian berupa ranking di sekolah. Saya menganggap setiap anak punya potensi untuk menjadi istimewa. Setiap anak punya kecerdasan uniknya masing-masing.
Percakapan itu terjadi ketika saya dan ibu itu – sebut saja
Ibu A, ketika kami sama-sama mengikuti rapat pertama antara pihak sekolah
dengan orang tua/wali murid siswa. Saat itu saya hanya menanyakan anaknya kelas
VII apa.
Biasalah, pertanyaan basa-basi kepada orang baru. Kebetulan
ibu itu sudah beberapa kali bertemu saat saya mengurus Athifah masuk SMP. Kami
sudah saling bertukar tatap dan senyum. Jawaban pertanyaan saya saat rapat itu
bersambut karena rupanya anaknya sekelas
dengan Athifah.
Sesampainya di rumah, saya menceritakan percakapan dengan
ibu A, “Selalu ranking satu bedeng temanmu di SD-nya.”
Percakapan ini sudah terlupakan ketika sekian hari
kemudian Athifah bercerita pengalamannya di sekolah. Putri yang tak mungil lagi
ini memang senang menceritakan apa yang dia alami selama di sekolah setiap
harinya.
“Ma, temanku bilang dia bukan yang ranking satu
di sekolahnya. Mamanya suka bohong-bohong bedeng,” cerita ini
membuat saya sedikit terhenyak. Wah, rupanya ada ibu yang halu, ya.
Anaknya dibangga-banggakan padahal tak seperti pencapaiannya. Saya baru ketemu
orang seperti ini.
Salah seorang kawan Athifah ada yang seperti itu.
Mengaku-aku anak tentara atau jenderal, orang tuanya sering ke luar negeri
saking sibuknya dan dia nanti akan menyusul ke luar negeri bersekolah di sana.
Ketika ditanya apa pangkat ayahnya, dia menyebut “kolonel jenderal”.
Mana ada pangkat KOLONEL JENDERAL di Indonesia? Kalau di
Korea Utara dan Rusia ada. Jelas dia orang Indonesia asli, bukan orang Korea
ataupun Rusia, terlihat jelas dari fisiknya. Ketika diusut-usut, rupanya ayahnya
seorang pengemudi ojek motor online.
Saya miris mendengar kisah tentang anak ini. Miris karena
sebenarnya di dalam dunia nyata masih ada koq orang-orang yang mau berteman
dengan tulus tanpa perlu meninggi-ninggikan diri atau membuat
cerita khayalan serupa itu. Dia malah membatasi kawan-kawannya dengan mengarang
cerita.
Tidak hanya itu, ada beberapa kejadian yang membuat
kawan-kawannya terkejut. Saya tak sampai hati menuliskannya di sini karena akan
menjadi hal yang negatif. Berdasarkan kejadian-kejadian itu, kawan-kawan
sekelasnya mulai mengambil jarak dengannya.
Yang seperti ini, sekarang akrab kita dengar dengan
istilah “HALU”. Yaitu ketika seseorang menceritakan khayalannya seolah-olah itu
nyata dan tanpa rasa berdosa padahal dia sebenarnya tengah berbohong.
BERHALUSINASI. Ada yang mengatakan bahwa orang seperti
itu disebut sedang berhalusinasi. Pada website hellosehat.com, pengertian halusinasi
adalah gejala yang ditandai dengan adanya sensasi yang diproses oleh otak dan
dapat mempengaruhi kinerja indera seseorang.
Pada website alodokter.com disebutkan bahwa halusinasi
adalah gangguan persepsi yang membuat seseorang mendengar, merasa, mencium
aroma, dan melihat sesuatu yang kenyataannya tidak ada. Pada keadaan tertentu,
halusinasi dapat mengakibatkan ancaman pada diri sendiri dan orang lain.
Tapi setelah membaca mengenai DELUSI, saya kira apa yang dialami
kedua orang yang saya ceritakan di atas digolongkan ke dalam DELUSI.
Pengertian DELUSI, sebagaimana yang dibahas dalam alodokter.com
adalah salah satu jenis gangguan mental serius yang dikenal
dengan istilah psikosis.
Psikosis ditandai dengan ketidaksinambungan
antara pemikiran, imajinasi, dan emosi, dengan realitas yang sebenarnya. Orang yang
mengalami delusi sering kali memiliki pengalaman yang jauh dari kenyataan.
Penderita gangguan delusi meyakini hal-hal
yang tidak nyata atau tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya. Walau sudah
terbukti bahwa apa yang diyakini penderita berbeda dengan kenyataan, penderita
tetap berpegang teguh pada pemikirannya.
Gangguan delusi ada beberapa jenis. Salah satunya adalah WAHAM
KEBESARAN (grandiose). Pada delusi jenis ini, penderitanya
memiliki rasa kekuasaan, kecerdasan, identitas yang membumbung tinggi, serta
meyakini bahwa dirinya telah melakukan suatu penemuan penting atau memiliki
talenta yang hebat.
Selain itu, penderitanya juga bisa meyakini bahwa dirinya
memiliki kemampuan spesial atau memiliki relasi khusus dengan figur yang hebat,
misalnya hubungan dengan presiden atau selebritas terkenal. Padahal
kenyataannya tidak demikian.
dr. Yuliana Ratna Wati, Sp.KJ sebagaimana saya lansir
dari health.detik.com mengatakan bahwa orang yang mengalami delusi pada umumya
juga mengalami halusinasi. “Menurut terminologi psikiatri orang yang mengalami
delusi dan halusinasi berarti dalam kondisi psikotik. yang bersangkutan tidak
bisa lagi membedakan nyata dan tidak nyata, fantasi, atau realita," tukasnya.
Mengerikannya, faktor genetika adalah salah
satu faktor risiko gangguan delusi. Sama halnya dengan skizofrenia,
gangguan delusi lebih mungkin terjadi jika ada anggota keluarga yang mengalami
hal yang sama. Hal ini sangat mungkin diturunkan dari orang tua ke anaknya.
Semoga kita terhindar dari hal-hal semacam itu. Lebih
nyaman menjadi diri sendiri dan menjalin pertemanan secara tulus dan tanpa
pamrih. Carilah teman-teman yang memang nyaman berinteraksi dengan mereka. Jika
tidak, cukup menjadi kenalan saja, tak usah berteman terlalu dekat.
Sebenarnya kita bisa menimbang-nimbang teman yang mana
yang bisa mengantarkan kita kepada kebaikan, bisa membuat kita menjadi manusia
yang makin baik dan mana yang tidak. Kalau yang saya sampaikan kepada Athifah,
ada 3 macam orang yang berinteraksi dengan kita: sahabat, kawan or
teman biasa, dan kenalan.
Jika nyaman bersahabat dengannya maka bersahabatlah. Jika
tidak, cukupkan dengan berteman biasa. Jika masih tak nyaman, turunkan level-nya
sebagai kenalan biasa yang hanya bertegur sapa sekadarnya. Akan ada masanya
kita menemukan sahabat sejati. Tak usah sedih jika belum menemukannya.
Makassar, 27 November 2019
Referensi pengertian tentang HALUSINASI dan DELUSI:
- https://hellosehat.com/hidup-sehat/psikologi/delusi-dan-halusinasi-apa-bedanya/
- https://www.alodokter.com/muncul-suara-dan-sosok-misterius-akibat-halusinasi
- https://www.alodokter.com/penderita-gangguan-delusi-suka-meyakini-yang-aneh-aneh
- https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-4170762/apa-sih-bedanya-delusi-sama-halusinasi-ini-penjelasannya
Share :
Terima kasih banyak sudah berbagi informasi yang sangat bermanfaat ini Mbak.
ReplyDeleteWah, cerita yang sangat menarik Mbak, semoga tidak ada orang yang seperti itu lagi.
ReplyDeleteTernyata banyak ya Mbak orang yang seperti itu, semoga bisa segera sadar.
ReplyDeleteTerimakasih untuk cerita dan ilmu yang sangat bermanfaat ini Mbak, semangat terus dalam berkarya.
ReplyDeleteIya Mbak, semoga kita semua terhindar dari perbuatan seperti itu.
ReplyDeleteIya...cari teman yang sepaham aja... kalau ga..ga usah terlalu dekat..seperlunya saja.
ReplyDeleteBenar banget sih. Teman bisa jadi andalan utk mengurangi halusinasi. Skrg bnyk kejadian halusinasi jd depresi yang ujungnya bunuh diri. Teman yg baik hrs bs jd tempat penenang ya
ReplyDeleteKalau merujuk dari pengertiannya banyak orang skrg yg halu bonus delusi ya ka. Meninggikan dirinya setingginya
ReplyDeleteGara2 banyak orang halu nih yang berprestasi beneran jadi diragukan. Kadang pengen share kisah sukses yg kita kenal, cuma nanti dibilang pamer capedeh
ReplyDeletemakasih sahringnya bermanfaat
ReplyDeleteMbak, aku punya temen sekolah yang halu dulu tuh. Katanya dia sakit keras. Cuci darah tiap minggu dll. Tapi kok ya ga ada tanda-tanda kalo dia sakit loh. Terus lama kelamaan terungkap deh, kalo si temen ini ternyata halu. Halu yang mengharapkan perhatian & simpati teman0teman yang lain. Sad! :((
ReplyDeleteWah dulu ada muridku mengalami halu ini, dia kadang sedih dan marah tanpa sebab. kadang ngadu dengan guru, tapi ceritanya berubah-ubah hiks...baca ini jadi tahu deh lebih dalam mengenai penyebab orang halu.
ReplyDeleteSekarang ini kian banyak bermunculan orang2 yang mengalami gangguan psikologi, pun demikian dengan terjangkitnya halu semakin banyak orang narsisme yang mengalami hal itu
ReplyDeleteMakasih mba', jadi nambah wawasan baru lagi nih tentang ilmu psikologi. Harus lebih peduli dengan lingkungan juga nih.
ReplyDeleteMaasyaa Allah.
ReplyDeleteBanyak kejadian seperti ini, tapi masih sedikit yang tahu tentangnya.
Kadang juga dijadikan bahan bully, hiks.
Terima kasih sudah berbagi tulisan keren ini :)
Ma Syaa Allah TabarakAllah jadi bisa menambah wawasan baru lagi Terima kasih sharing infonya Mbak
ReplyDeleteAku lebih baik berteman dengan orang yang biasa-biasa saja tanpa harus meninggi-ninggikan diri.
ReplyDeleteLama nggak mampir ke sini, Athifah udah SMP ternyata..
ReplyDeleteNgedapetin sahabat sejati emang nggak gampang ya bund
ReplyDeletepokoknya biasanya aku berniat temenan ya menjalin silaturahmi
kalau bisa jadi saudara tambah bahagia lagi
Wah jadi tahu ni tentang "halu" yang sering jadi ungkapan kita akan sesuatu yang jauh dari realita. Eh tapi sering ketemu orang yang merasa jumawa dengan yang dimilikinya saat ini dan perlu utk dibanggakan walau kadang salah tempat, hihihihi.
ReplyDeleteKak..related banget dengan berita yg lagi viral bbrp hari ini ya. Yg peristiwa di bandara. Tadi saya mencelos pas baca berita dan judulnya memperkirakan gaji si suami yg ternyata bukan jenderal tp lettu. Duuh..gara2 esmosi pakai ngaku2 jdnya malu besaaaaarr...
ReplyDelete