Sebenarnya sejak kasus Reynhard Sinaga – orang Indonesia di
Inggris yang melakukan kejahatan seksual sesama jenis kepada ratusan orang ini menyeruak
saya sudah terpikir untuk menuliskan topik ini. Namun saya lebih kepada
menyoroti bagaimana para jurnalis di Inggris bersikap dalam meliput kasus ini
dan mengapresiasi mereka setinggi-tingginya.
Berdasarkan artikel-artikel yang saya baca, kasus ini
sudah mulai diselidiki sejak tahun 2017 dan persidangan-persidangannya
dihadiri para jurnalis. Tetapi hakim meminta para jurnalis untuk tidak
membukanya kepada publik dahulu, untuk kepentingan korban dan persidangan.
Greater Manchester Police (GMP)
menekankan bahwa berdasarkan
Undang-Undang Pelanggaran Seksual
tahun 2000, para korban pemerkosaan
atau kekerasan seksual berhak
seumur hidup untuk tak diketahui
identitasnya (anonim).
Kasus ini baru terbuka dan heboh akhir-akhir ini setelah dibolehkan
menyebarkannya. Hebatnya, tak ada satu pun nama atau inisial korban yang
beredar sebab yang berani menyebarkannya bisa dituntut pula secara hukum.
Sebenarnya di Indonesia seperti itu pula aturannya.
Dalam sebuah artikel di BBC.com disebutkan bahwa sistem hukum di Indonesia sejatinya juga
mengatur larangan publikasi persidangan kasus-kasus yang sensitif seperti
asusila, dengan melaksanakan persidangan secara tertutup[1].
Namun, kenyatannya, menurut pakar hukum
Universitas Parahyangan, Agustinus Pohan,
larangan pemberitaan itu hampir semuanya
diabaikan, "Di Indonesia dikenal dengan
sidang secara tertutup, yaitu semua informasi
di dalam sidang tertutup dan tidak bisa
dipublikasikan, tetapi kita memaknainya
sepertinya tidak begitu dan tidak ditegakkan."
Sebenarnya kalau mau pakai hati nurani saja, tidak usah
diatur dengan hukum, ya. Para jurnalis hendaknya membatasi, menyampaikan apa
yang patut disampaikan saja. Pikirkan dampak yang terjadi kepada keluarga
korban jika memberitakan sesuatu. Efek dari pemberitaan bisa kepada hukuman
sosial yang tak ada habisnya, lho.
Apalagi jika diunggah di internet yang usianya panjang
maka nama baik bisa tak bersisa lagi. Segala sisi pribadi diutak-atik. Jangankan
keluarga korban, keluarga pelaku saja tak pantas diutak-atik. Kesalahan si
pelaku biarlah pelaku yang menanggungnya, tak usah ikutkan keluarganya.
Saya bingung, apa coba manfaatnya mengutak-atik keluarga Reynhard Sinaga, sampai
menuliskan alamatnya di mana. RT/RW dituliskan, kecuali nomor rumah. Apa gunanya?
Memancing kekepoan masyarakat? Kalau untuk memberi pelajaran kepada
masyarakat (ada yang bilang begitu), pelajaran apa itu?
Stasiun televisi lokal pun masih ada yang seperti itu. Bersamaan
dengan mencuatnya kasus Reynhard ini, saya baru saja super gemaz dengan cara sebuah
stasiun televisi lokal memberitakan tentang kasus ditemukannya jasad bayi di teras
sebuah rumah kos. Disebutkan alamat rumah kos (untungnya tanpa nomor tapi saya
tahu di mana itu), lalu diwawancarai beberapa orang.
Menyimaknya membuat saya berpikir pemberitaan tersebut
hendak menggiring opini pemirsa kepada seseorang yang menginap di sebuah kamar
kos. Namanya disebutkan dengan jelas tetapi dia bukan penghuni asli di situ,
penghuni aslinya sedang tak berada di lokasi kejadian. Huft. Andai pihak
televisi berpikir dulu apa manfaat berita itu ditayangkan.
Wawancara Rosi (Kompas TV) dengan Endang Nurdin (BBC News),
dari channel Kompas TV
dari channel Kompas TV
Mari mencontoh bagaimana media massa di Inggris bekerja. Endang
Nurdin jurnalis BBC News Indonesia dalam sebuah artikel[2]
mengisahkan bahwa medianya menurunkan artikel tentang kasus perkosaan terhadap
ratusan lelaki yang dilakukan Reynhard setelah vonis seumur hidup dijatuhkan
oleh hakim Suzanne Goddard.
Hakim Goddard menyebut Reynhard sebagai "predator
seksual setan" yang "tidak akan pernah aman untuk dibebaskan". Hukuman
untuk Reynhard adalah 60 tahun dengan minimal 30 tahun sebelum dipertimbangkan
untuk dibebaskan secara bersyarat.
Endang mengatakan bahwa sejumlah informasi dihapus oleh
tim BBC News setelah dikaji oleh pihak legal, termasuk keterangan rinci
tentang orang tua dan keluarga Reynhard, seperti nama-nama mereka.
Pihak legal yang memeriksa naskah berita
BBC News mempertanyakan tujuan editorial
dalam membuat rincian tentang keluarga,
semisal mengenai sejumlah usaha yang
dimiliki oleh keluarga ini – karena sesungguhnya
yang perlu difokuskan adalah kasus dan
individunya, bukan keluarga. Nah!
Hal tersebut berbeda dengan banyak media online di
Indonesia. Demi klik yang banyak, apapun seolah layak diekspos tanpa pikir
panjang. Setiap beberapa menit update berita dengan judul berbeda
walaupun hanya satu kalimat saja pembedanya.
Acara Rosi, Kompas TV
Kembali kepada kasus Reynhard Sinaga, memang kasus ini sangat
mengguncang. Terlebih Reynhard sendiri yang menyimpan bukti kebejatannya berupa
rekaman video dari 2 gadget-nya menjadi seribuan film.
Pejabat dari unit kejahatan khusus
Kepolisian Manchester Raya – Mabs Hussain,
sampai menyebutkan bahwa kasus perkosaan
berantai ini sebagai "kasus perkosaan terbesar
dalam sejarah hukum Inggris".
Hussain mengatakan bukti menunjukkan kemungkinan korban
dapat mencapai 190 orang termasuk 48 orang yang kasusnya telah disidangkan melalui empat persidangan
terpisah mulai Juni 2018 sampai Desember 2019. Hussain menyebutkan bukti video
perkosaan yang direkam sendiri oleh Reynhard sangat banyak, seperti menyaksikan
1.500 film di DVD.
Reynhard melaksanakan aksi bejatnya setelah mencampur
obat bius dengan minuman keras yang ditawarkan kepada korban. Lelaki ini ini lulusan
S1 arsitektur di Indonesia, dua magister di Universitas Manchester, dan kandidat
peraih gelar S3 di universitas Leeds.
Media-media mengulas pernyataan traumatis dari para korban bahkan ada yang sampai berniat bunuh diri (tonton video wawancara Rosi dengan Endang Nurdin di atas). Bersyukur tak ada identitas para korban yang sampai tersebar di masyarakat. Bukan hanya mematuhi aturan di Inggris, BBC bahkan menyediakan petugas konseling bagi wartawan yang memerlukan dan merasa terganggu dalam peliputan ini.
Endang Nurdin yang sempat merasakan
kemarahan dan kesedihan yang luar biasa
selama meliput kasus perkosaan terhadap
sesama jenis ini menceritakan bahwa
petugas konseling memintanya untuk
terus melakukan kontak dengan si petugas,
terlebih jika dia sampai mengalami mimpi buruk[3].
Luar biasa ya profesionalismenya, sangat memperhatikan
sisi kemanusiaan. Semoga ke depannya media-media di Indonesia akan seperti ini
semua. Eh, harapan itu masih ada kan?
Makassar, 26 Januari 2020
Tambahan referensi:
- https://www.bbc.com/indonesia/amp/dunia-50733361
- https://www.bbc.com/indonesia/dunia-50911265
- https://republika.co.id/berita/q3ugup377/penyebar-identitas-korban-reynhard-sinaga-diancam-pidana
- https://www.thestartmagazine.com/article/357b17bf-4ae7-3d24-e622-c10152791aeb?ref=bW9iaXRlY2g0MjAtV2ViJSQlbGFhREpOd2taZlRCNUEzcnFUVnZvUXNnVWhIb3Nub0glJCUxMzU3OTg2NDI%3D&categoryFilter&countryCode=ID&language=in&theme=template4&deviceYearClass=2012&fbclid=IwAR1FE7as8-PY8-EgalwvqF4ESqNb4B-0qZL9AJeNaNp-d5LHDdCDwIEHO5k
Baca juga:
- Mengasah Diri Agar Menjadi Digital Parents
- Cara Menjalani Peran Sebagai Orang Tua Jaman Now
- Sosialisasi Peduli Sahabat: Deteksi Orientasi Seksual yang Berbeda
- Sosialisasi Peduli Sahabat: Tentang Orientasi Seksual dan Pentingnya Peran Orang Tua
- Lakukan Sesuatu untuk Hentikan Gaya Menulis Cabul
- Menuju Jurnalisme Berperspektif Gender dan Anti Kekerasan
Catatan kaki:
- [1] Dari https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-51048796,
diakses 26 Januari 2020, pukul 19:15 WITA.
- [2] Bisa dibaca selengkapnya
di: https://www.bbc.com/indonesia/dunia-51027246. Diakses pada 26 Januari 2020,
pukul 20:30 WITA.
- [3] Selengkapnya bisa dibaca
di: https://www.bbc.com/indonesia/dunia-51027246. Diakses 26 Januari 2020,
pukul 20:55 WITA.
Share :
Di Indonesia, dari pak RT, kepala sekolah, sampai HP nya dikulik semua. Apa pentingnya coba?
ReplyDeleteBeberaa tahun yang lalu, saya nonton berita tentang kasus kejahatan seksual pada anak ... masa'sampai bangkunya di kelas disyuting ... ya ampun. Miris sekali, papan nama sekolah sama tulisan kelasnya juga disyuting. :((
DeleteHal yang menarik dan saya juga sependapat
ReplyDeleteTapi kalau disini kan memang unik, jurnalis kadang mengikuti selera pembacanya.
Mau gimana lagi ya, memang pembaca nya suka hal yang demikian.
Sedangkan jurnalis juga butuh bahan bakar.
Saya sependapat Sama Mbak Niar.
ReplyDeleteNgapain coba? Saya termasuk orang yang selalu diam dan ga ikutan sahut menyahut status pun komentar di dunia maya perihal masalah kriminal, abuse dan hal serupa.
Saya hanya membaca, observe. Beberapa orang demi eksistensi melakukan hal tersebut. Sedang jurnalis mengejar pembaca. Menyedihkan.
Ulasan yg menarik bangettt Kak Niar.
ReplyDeleteSatu hal yg jadi concern-ku: Reynhard ini BRILIAN sekali IQ-nya, tapi kenapa kelakuannya mengerikan ya?
Semoga ALLAH menjaga kita dan keluarga kita semua. aamiiinn
Kereen banget di sana, langsung hukuman mati yang kaya gini, biar ga berulah lagi dan meresahkan ya.
ReplyDeleteKu ampe geleng2 ngeliat kasus initu..
Semoga ga ada lagi kasus Reynard2 yang lain ..
Sebelum ada kasus ini, saya udah menyoroti tulisan jurnalis waktu kasus tim sepakbola Thailand terjebak di gua selama beberapa hari dan menjadi perhatian dunia. Itu keluarga para korban bener-bener dirahasiakan. Jadi gak ada berita receh. Semua fokus memberitakan tentang penyelamatan. Harusnya memang seperti itu kalau pemberitaan
ReplyDeleteBaru tahu aku kalau BBC News menghapus beritanya terkait keluarga Reinhard setelah diperika pihak legal. Tapi iya sih, di Indonesia kebanyakan kalau ada kasus begini, keluarganya juga akan dikepoin. Kasihan.
ReplyDeleteIni kayaknya perlu diulas memang, mbak Niar
ReplyDeletekalau tidak begitu, kebayang kan betapa banyak kejahatan seksual yang dilakukan pihak lain - dampaknya akan seperti getok tular loh!
Untuk Reynard Sinaga ini ada muatan politis juga jadi sengaja diablak sak-keluarganya
semoga kita menjadi orang yang bersyukur
Iya sih Mba, saya jga suka gemas dengan berita lokal yang ngutak atik keluarganya, hadeuh. Bagus juga ya BBC bisa melindungi privacy keluarga korban di Inggris. Kebayang kalau gak ditutupi, bisa sedih bangettt
ReplyDeleteemang bener Mba jurnalis di sini kurang banget etikanya. Segala dikorek2 sampai kemana2, demi apa kalo ga demi rating dan cuan. Bener2 ga nampak sisi humanisme nya. Salut banget sama jurnalis Inggris yg patuh dan profesional
ReplyDeletesaat nonton dan baca berita ini akutuh shock banget lho, gak sangka malah, ada manusia despite of nationalitynya apa, bisa setega itu melakukan hal paling menjijikan ke manusia lain
ReplyDeleteGa abis pikir deh, kok bisa sejahat itu yah. Padahal basic pendidikannya oke banget yah, seharusnya bisa mencegah dari perbuatan seperti ini nih, duh saya jadi miris dan ngeri. Semoga Allah senantiasa melindungi kita semua.
ReplyDeleteIni mungkin yaa, kak Niar, yang membedakan ilmu media dan pertelevisian di negara maju dan berkembang.
ReplyDeleteAku yakin, semua wartawan ingin menyampaikan fakta. Namun fakta orang Indonesia seringkali terasa berlebihan dalam membumbui sebuah berita. Jadi terasa giuung di hati.
Semoga kita bisa bijak dalam memaknai sbuah kasus.
Seberat apapun kasus tersebut, coba ditelaah kembali dari bidang keilmuan masing-masing. Jangan mencampuri yang bukan ranahnya.
Di sini (meski enggak semua media) news jadi infotainment semua...berita yang harusnya ada etika kemanusiaan yang ditaati dianggap sama dengan berita gosip yang digosok makin sip. Dikepoin, diulik, dinyinyirin...melebar kemna-mana enggak ketahuan lagi arahnya.
ReplyDeleteMenurut saya harusnya ada penetirtiban dari pihak berwenang seperti Dewan Pers, Kominfo atau apa ya..yang terkait dengan itu
Ya begitulah mba. MAsih banyak belajar pribadi pribadi yang ada di media. Pemahamannya berbeda . Semoga sering menjadi lebih baik ya. Aamiin
ReplyDeleteIya, sedih Kak, dengan pemberitaan di Indonesia, semua dibeberkan, sudah sedih banget keluarganya, malah ditambah lagi derita mereka..tega banget..
ReplyDeleteKeren emang profesionalisme jurnalis sana tuh.. nunggu keputusan vonis hakim dulu baru bisa ungkap semua. Nggak kayak di sini yang beritanya ke mana-mana sampai yang nggak ada hubungannya pun diberitain demi dapet views banyak.
ReplyDeleteSebenarnya aku juga kaget sama kasus ini karena banyak banget kasus ini di share di sosial media.. Aku sih bingung juga mau komentar apa
ReplyDeleteBener banget mbaa. Diriku sangat setuju padamu. Salut loh sama jurnalistik di Inggris. Lah disini? Media pada berlomba-lomba menarik hati pembacanya. Yang mana pembaca di negeri kita ya emang doyan begitu. Sampai nyari info bapak emaknya reynhart n bla bla itu faedahnya apa coba. Huhu.
ReplyDeleteKasus yang membuat aku shock banget mbak, tapi setelah berita itu sampai di telinga warga Indonesia, dengan begitu gamblang nya informasi mengenai data diri pribadi pelaku terbeberkan
ReplyDeleteitu juga yang aku heran dari kebanyakan media kita. tapi kadang jadi ngerasa maklum karena memang banyak orang yang berkecimpung di media sebenarnya juga tidak belajar dan bahkan tidak paham tentang etika dan kaidah jurnalistik. Berita dianggap sebagai produk yang harus dikemas sensasional supaya banyak yang "beli". mikirnya masih banyak yang gitu. Ngenes banget kan? Trus ntar kalau mau diatur ama pemerintah, mereka bilang ngelanggar kebebasan pers. serba salah dah
ReplyDeleteBerkaca dari kasus ini, saya salut dengan media Inggris yang disiplin banget memegang aturan. Mungkin karena sanksi di sana juga keras dan tegas Jadi nggak berani macam-macam. Kalau di Indonesia, bisa-bisa korban malah jadi bahan berita dan diekspos kemana-mana oleh media, menyedihkan.
ReplyDeleteIni jadi bahan berita media se dunia sepertinya ya mak. Apalagi indonesia yang waw banget nulis bahannya 😂😂😂😂
ReplyDeleteEntahlah. Semoga keluarga kita dilindungiNya
Jujur saya kesal banget mmebaca kasus Reynhard dari media Indonesia. Mereka bukan fokus pad amasalah malah fokus pada hal-hal ndak penting. Emanglah kudu banyak-banyak belajar dari media Inggris. Etapi maslaahnya, masyarakat juga demen konsumsi berita gituan, kan sama sampahnya. Kzl pokoknya.
ReplyDeleteSempet drained banget sih Mak waktu kasus ini mencuat di media sosial. Saya sampe nggak habis pikir, kok bisa dia kayak gitu banget :(((
ReplyDeleteIya ya, Mba. Saya tuh suka gemes baca media framingnya berita di Indonesia. Seperti membuka aib tokoh utama di berita tersebut. Padahal tanpa harus detail bgt, aib org yg diceritakan sudah terbongkar. Jadi kan mubazir beritanya.
ReplyDelete