Saya mencoba menjadi pendengar yang baik saat dia
menceritakan semuanya. Ketika bagaimana dia bereaksi saat hatinya kacau di
titik nadirnya hingga saat dia bangkit dan mampu memikirkan dengan lebih jernih
hal terbaik apa yang harus dia lakukan agar merasa tenang dengan ujian ini.
Saya kagum, dia sampai pada titik mencoba mengikhlaskan
suaminya kepada perempuan lain tanpa meminta bercerai karena menyadari dia tak
punya penghasilan, mengingat dia masih punya tanggungan anak. Selama ini dia
murni ibu rumah tangga yang penghasilannya berasal dari suaminya saja.
Bukannya makin lega, saya malah jadi makin mewek. Membayangkan
bagaimana transformasi keadaan hatinya bisa begitu cepat dalam hitungan bulan
saja. Waktu dia membuka kisahnya, jaraknya adalah sekira dua bulan sejak
pengakuan perselingkuhan suaminya. Dia sudah bisa bercerita kepada saya dengan suara
ringan bahkan tertawa-tawa. Sungguh luar biasa, masya Allah.
Setelah itu, pada setiap pertemuan saya berusaha menjaga
sikap agar tak jatuh kepercayaannya kepada saya dan tak membuat perasaannya terombang-ambing
lagi. Kali ini ingin saya tuliskan pengalaman saya menemaninya bercerita,
mungkin saja ada yang sedang dalam posisi menjadi tempat curhat sahabat
yang diselingkuhi pasangannya.
5 hal yang harus dilakukan jika mendapat curhat perselingkuhan:
1. Jadi
pendengar yang baik, jangan menghakimi.
Jangan sampai jadi orang yang menyalahkan sahabatmu sendiri.
Orang di posisi ini sering mendapatkan komentar tak menyenangkan khas ala warga
+62 seperti, “Makanya, kamu terlalu bla bla bla makanya suamimu begini.
Harusnya kamu bla bla bla supaya dia begitu.”
Duh. Haloo, memangnya ada gunanya komentar seperti itu? Apakah
bisa memecahkan masalah sahabatmu? 😳
2. Biarkan
sahabatmu yang berbicara, tahan diri untuk diam saja mendengarkan dan tanggapi hanya
jika butuh ditanggapi.
Saya menahan diri dengan sesadar-sadarnya mendengarkan
segala curhat dari sahabat. Jujur, pengen juga mengumpat suaminya
dan menyela dengan komentar-komentar ajaib ketika dia bercerita. Tapi saya
tahan karena saya tahu sahabat saya tak butuh itu. Dia butuh didengarkan. Jadi
saya hanya menanggapi sesekali saja.
Sebagian orang, ketika mendengarkan hal seperti ini
justru dia yang paling banyak berkomentar. Segala sumpah serapah keluar dari
mulutnya. Saya menyaksikan sendiri seseorang bereaksi begitu. Sampa-sampai
sahabat saya tertawa dan justru menyabarkan si komentator. Aneh, ya? 😅 Di sini luar biasanya si sahabat ini.
Jadi kalau orang itu mulai mengungkit soal perselingkuhan
suami sahabat tersebut, saya langsung memotongnya, “Saya tidak mau membahas itu
lagi. Yang penting dia sudah tenang dan ikhlas dengan keadaannya. Kita
harusnya pikirkan bagaimana dia bisa bahagia. Itu yang harus kita usahakan. Tidak ada gunanya dibahas lalu kita
marah-marah!”
3. Berikan
saran yang paling masuk akal yang dia butuhkan dan menenangkan hatinya.
Seseorang pernah menyarankan begini kepada sahabat saya
itu, “Kamu berdandan juga, dong. Pakai lipstik, cari laki-laki. Perlihatkan
kalau kamu bisa.” Ya ampun, betapa menjijikkannya sarannya.
Sahabat saya saat itu dalam posisi berusaha ikhlas. Dia
sudah punya solusi sendiri jadi saya mencoba menyemangati dan menguatkannya.
Dia menyerahkan kepada Allah dalam shalat-shalat dan dzikir-nya
mengenai ketenangan hatinya. Dia pikir, yang terbaik baginya saat itu adalah
membiarkan suaminya dengan istri barunya.
Jadi, tinggal saya kuatkan dan semangati. Untuk sahabat
seperti ini tanyakan saja apa yang dia butuhkan. Kalau dia butuh buku dan kita
punya, maka pinjamkanlah.
4. Ingatkan
untuk mendekatkan diri kepada Sang Maha Pencipta.
Sahabat saya tak perlu lagi saya ingatkan. Saya salut,
dia sekarang rajin shalat tahajud, shalat duha, dan tadarus Qur‘an.
Dia juga makin rajin nonton dan mendengarkan ceramah agama. Pokoknya,
pribadinya jadi makin baik, deh. Saya sungguh bangga padanya.
Sesekali dia masih suka bercerita ketika kami bertemu.
Saya belajar banyak darinya tentang ikhlas dan bagaimana menjadikan ujian berat
sebagai sarana untuk introspeksi dan memperbaiki diri. Dia katakan, usai shalat
dia juga memasukkan saya dalam do’a-nya. Masya Allah, sungguh
berarti bagi saya. Sampai saya menahan air mata haru mendengarnya.
5. Kalau
tak bisa membantunya mendapatkan solusi, cari bantuan dari luar yang bisa
dipercaya.
Saya saat ditempati sahabat ber-uneg-uneg, sudah
terpikirkan akan mencari jasa gratis pengacara yang bisa mengurus masalah
kekerasan terhadap perempuan jika perlu. Alhamdulillah ternyata tidak
perlu.
Saya pun pernah menawarkan diri menghadap kepada petinggi
sekolah putranya untuk meminta keringanan SPP karena saat itu suaminya belum
memberikan uang sekolah anaknya. Namun usulan ini tak jadi terlaksana.
Saya mencoba mencarikan cara apa kira-kira dari luar kami
yang bisa membantu menangani masalahnya setiap dia menceritakan kisahnya dalam
pertemuan-pertemuan kami. Ada satu bantuan yang terpakai tapi tak elok saya
ungkap di sini.
***
Banyak di antara warga negara ini yang perempuan terlalu mudah berempati terhadap kasus perselingkuhan. Mereka bisa membahas kasus perselingkuhan artis yang dibahas infotainment seolah-olah si artis keluarga atau sahabatnya sendiri. Habis itu mereka mengeluarkan pendapatnya terkait perselingkuhan tersebut. Tak jarang dengan emosi yang menggebu-gebu.
Apalagi ketika ketempatan dicurhati sahabat sendiri.
Alih-alih memberikan solusi, malah membuat pikiran dan perasaan sahabatnya
menjadi makin ruwet. Lupa kalau yang paling penting ketika menjadi pendengar
adalah KEBUTUHAN SAHABAT untuk menyelesaikan masalahnya. Bukannya malah
mengomel.
Sudahlah kalau ikutan baper, memang tak bisa
dihindari, kan? Tapi ingatlah kalau yang curhat itu jauh lebih baper daripada
dirimu. Jauh lebih tersiksa batinnya. Dan dia PASTI BUTUH SOLUSI. FOKUSLAH PADANYA. Dia TAK BUTUH UNGKAPAN
PERASAAN BERLEBIH DARI KITA.
Tahan diri. Tahan lisan. Sahabat curhat kepada
kita berarti dia memercayai kita. Hargai kepercayaannya. Kalau kita bisa jadi
tempat curhat yang baik, lalu sahabatmu menjadi orang yang makin shalih/shalihah
maka niscaya kita akan bahagia juga. Memiliki sahabat yang baik itu rezeki tak
terkira, kawan!
Makassar 13 Januari 2020
Catatan:
Foto-foto berasal dari Pixabay.com
Share :
Saya sering dimintain nasehat seperti itu
ReplyDeleteSaya juga berusaha menjadi pendengaryang baik.
Saya tidak menghakimi satu pihak karena saya juga tak tahu kejadian yang sesungguhnya.
Kalau saya punya prasangka baik, siapa tahu kejadian itu akan membawa kebaikan setelah nya.
Boleh jadi hari ini menderita lain waktu akan tertawa.
Yang mereka butuhkan memang pendengaran, ya Mas. Maka berikanlah sebisanya.
DeleteSaya belum pernah mengalami, Mbak , dicurhati sahabat tentang persellingkuhan suaminya.
ReplyDeleteTapi artikel ini bisa jadi pembelajaran bagi saya siapa tahu akan terjadi nanti.
Yang pernah hanya dicurhati via Fb, teman FB doang padahal, Langsung saya tanggapi maaf saya tidak kenal dekat dengan Mbak, saya orang lain, jadi saya tidak pantas rasanya dicurhati karena enggak tahu kondisinya. Terus ga balas lagi dia.:)
Hoo, mungkin dia pilih Mbak Dian karena malu curhat sama orang yang dikenal, ya.
DeleteMungkin yang sama beratnya adalah dicurhati oleh Pelaku perselingkuhan Kak.
ReplyDeleteApalagi kalo sang pelaku bercerita dengan menyelipkan "sedikit" perasaan bangga. Bahkan kadang memberikan tips dan trik. Walaupun pada akhirnya pusing sendiri.
disitulah mungkin butuh rem yang banyak untuk tidak ikut berkomentar.
Wih. Sama-sama butuh rem ya Daeng Adda di pembicaraan aneh seperti itu.
DeleteAndai bisa dikandatto' ... Kandatto' lalo mi. 😂
Nah ini lucu sahabatku chat awalnya nanya karena kebetulan dulu aku sekantor sama suaminya so pasti aku maish banyak kenalan sama teman2 kantor lama, saat itu sahabatku bilang jika suaminya ada main hahaha dan yang aku lakukan adalah membantu cari tahu siapa itu perempuan :D sampe salah orang dan pura2 nelepon mau diundang buat tes kerja wkwkwk...
ReplyDeletePernah beberapa kali saya jadi tempat curhat sahabat yang diselingkuhi. Saya bisanya cuma dengar, ndak tahu mesti ngapain.
ReplyDeleteKadang ngerasa terbebani juga sih, karena jatuhnya jadi kepikiran hubungan mereka juga. Hahahha. Untungnya sekarang mereka udah baik baik aja, jadi saya gak perlu jadi tempat curhat lagi.
Ini komennya mesti hati-hati, takut gak bisa bedakan mana kolom komentar, mana japrian sama kak Niar. #eh wkwkwkwk.
Bener banget mbak. Sahabat itu kadang tidak butuh solusi kok cukup jd pendengar yg baik aja dan selalu ada ya mbak
ReplyDeleteSemoga ndak ada yang curhat sama saya karena belum apa-apa biasanya saya nangis dan emosi duluan :')
ReplyDeleteaku juga pernah dicurhati, ya memang jadi pendengar yang baik, karena awalnya juga gak tahu mau kasih solusi apa buat temanku jadi ay denger dulu saja, yang penting dia bisa ngelepasin apa yang dia rasakan
ReplyDeleteSetuju mba. Kalo memang ada sahabat yg memilih kita utk dicurhati, akupun akan sangaaat menahan diri ,dan LBH suka mendengar semua masalahnya. Kalo memang aku ga bisa ksh solusi terbaik, cukup dengerin. Apapun keputusan yg diambil oleh dia, aku bakal support kalo memang baik dan tidak melanggar hukum. Kadang, orang2 yg sedang stress gini sbnrny butuh temen yg bisa dengerin doang, bukan yg menjudge apalagi yg dengerin sambil ga fokus (main hp etc). Aku prnh ngalamin soalnya. Aku cerita ttg sesuatu, tp lawan bicara sibuk berhp ria, sesekali nimpalin. dan aku LBH milih stop cerita. Keliatan kalo dia sbnrnya males dicurhati berarti
ReplyDeletePas baca judulnya, saya kira isinya bakal selingkuhan yang pacar-pacaran gitu. Ternyata nggak wkwk
ReplyDeleteIntinya ketika kita dijadiin tempat curhat, kita harus banyak dengar ya
dulu zaman masih single dan temen2 udah duluan berkeluarga, saya sering jadi tempat curhatan yg segala macem termasuk yang kayak2 gini mba...
ReplyDeletedan krn belum menikah saya justru lebih tenang dan objektif sih kasih masukan/saran/solusi Nah klo sekarang kok jd suka subjektif ya hahaha
I have to admit kalau mendengar curhat seperti ini saya bawaannya emosiii hehehe. Apalagi jika situasi perempuan selalu lemah. Tapi memang harus bisa jadi pendengar yang baik
ReplyDeleteBeruntung sekali sahabat ta' punya sahabat rasa saudara kayak Kak Niar, semoga ada jalan keluarnya, karena kalau bertahan sepertinya batin makin terluka, sedihkuuu...
ReplyDeleteBelum pernah dicurhatin seperti case diatas mbak, paling ngga dapat gambaran nanti untuk menjadi pendengar yg baik saja dulu. Kalau bagi saya pribadi case ini terlalu berat diceritakan ke saya ,
ReplyDeleteMba Niar dicurhati karena memang layak dipercaya. Alhamdulillah mba, dirimu bisa menenangkan temanmu itu.
ReplyDeleteAku pernah mengalami hal yang sama, tapi bukan perkara selingkuh. Lebih ke masalah KDRT mba. Emosi sih di dalam hati, berasa kurang ajar banget lakiknya seenaknya main lempar ke istrinya, padahal istrinya itu yang menjadi tulang punggung keluarga. Akhirnya aku hanya bisa bantu menghubungkan temanku itu dengan LSM Perempuan yang membantunya menangani problem KDRT ini.
Belum pernah dah, duh baper nanti saya. Soalnya baca Layangan Putus aja belum bisa menetralisir dalam beberapa pekan. Kebayang2 terus, apalagi ini dari temen baik sendiri. Tapi saya saluuuttttt sama temennya Mba...dia bisa sesegera itu bangkit dan ga salah sandaran, langsung sama Alloh. Semoga Alloh gantikan dengan yg jauuuh lebih baik ya Mba... Salam buat temennya yah
ReplyDeleteYa ampun ini aku sering dijadikan tempat curhat tentang perselingkuhan, sama beberapa sahabatku. Kadang aku kalau pas dengerin cerita mereka suka gemes sendiri dengernya.
ReplyDeleteSaya baca tulisan ini jadi ngilu sendiri hatinya. Iya, saya jadi baper juga. Itu sahabat Mbak luar biasa banget hatinya, ya. Belajar untuk ikhlas dan menerima, memikiekan nasib anak-anaknya. ☹☹
ReplyDeleteDan kita yang menjadi tempat curhat begitu, sebaiknya memang menjadi pendengar setia ya kalau gak bisa kasih solusi terbaik. Daripada kita ikut komentar dan mengumpat ini dan itu. 😢😢
Saya sering dapat curhatan selingkuh, Mba baik dr temen laki ataupun perempuan. Dr situ saya bisa belajar banyak buat kehidupan keluarga saya sendiri. Suka sama tipsnya dan bener banget itu. Memang ga perempuan ataupun laki2 kita cukup menjadi pendengar baik, Mba. Tapi kalau laki2 masih bisa kita kasih masukkan tapi yang tidak merendahkan siapapun.
ReplyDeleteBaca aja bikin baper, apalagi mba niar ya. Semoga yang curhat dengan mba niar sekarang bahagia lahir batin.
ReplyDeleteSaya juga pernah dijadikan tempat curhat, bikin baper, duu apalagi yang namanya seellingkuh, berarti hubungan yang diawalii dengan tidak baik, tapi kita memang harus menahan diri karena bener kata mba niar, yang curhat pasti lebih baper huhu
Satu hal yang pasti.
ReplyDeleteBeliau telah memilih sahabat yang tepat.
Karena bercerita kepada kak Niar.
Seringkali orang diceritain diem, tapi pas di belakangnya malah "tepuk tangan".
Huwaaa~
Makin mewek akuuh...
Wah, ini kudu hati-hati banget ya Mbak dalam menanggapinya. Poin-poin di atas tepat banget menurutku. Tapi aku berharap enggak menghadapi curhat macam itu sih dari teman-teman atau saudaraku. Hehe. Agak ngeri gitu.
ReplyDeleteBtw TFS, Mbak :)
Menjadi pendengar, menjaga lisan. 2 hal yang berat untuk dilakukan. Tapi bukan hal mustahil untuk dilakukan.
ReplyDeleteMembaca artikel ini saja ikutan baper aku. Tapi setuju dengan langkah-langkah yang Harus dilakukan.
ReplyDeleteMendapatkan teman curhat yang gak menghakimi kita itu anugerah banget, jarang-jarang gitu bisa ada orang yang bersedia sungguh-sungguh mendengarkan serasa beban kita berkurang.
ReplyDeleteYa Allah... lapang sekali hati beliau, mbak. kalau saya tentu tak bs sekuat itu. hmmm kalau dengarkan curhat biasanya saya ikutan emosi. trims sarannya, saya bakal tahan diri, tahan lisan
ReplyDeleteKalo cari teman curhat harus yang sesuai dan pas kalo kagak bisa dikomen balik, aq pernah ngerasain minta saran malah dikasih beban hahaha
ReplyDeletePengalamanku malah dicurhati pelakornya..ya cuma tak dengerin aja. Sambil tak doain. Karena aku pun tak tahu solusinya gimana..
ReplyDeleteTanggapi jika dibutuhkan.
ReplyDeleteIyaaaa.. karena keputusan dia seoerti itu, sebenernya udah dia pikirkan masak2. Cuma logikanya mungkin berbeda dg kita yg ngga melakukan ini
Baguuus sekali artikelnya, iya banyak sekali yg curhat soal rumah tangga, tentang perselingkuhan ini, mungkin salah satu faktornya karena ada sosial media juga yah, bisa melihat kehidupan orang lain, dan bisa lebih dekat dengan orang lain, komunikasi dengan yg lain tanpa diketahui istri, setuju banget ini sama artikelnya, ketika ada yg curhat tugas kita ya mendengarkan, apalagi yg namanya wanita, terkadang mereka itu udh punya solusi sendiri sebetulnya, hanya saja butuh didengarkan.
ReplyDelete