Ketika
posisi duduk saya sudah bagus dan siap menyimak, slide di layar sudah
menunjukkan bagian terakhir. Tak ada pilihan lain, saya hanya bisa menyimak
pemaparan dari Bapak Tulus Wulan Juni,
S.Sos (Pustakawan/inovator).
Pak
Tulus adalah orang yang banyak berperan dalam program Dongeng Keliling (Dongkel)
Perpustakaan Kota Makassar. Saya pernah menyaksikan pelaksanaannya di sekolah
anak bungsu saya. Sebuah program yang menarik, mendekatkan anak-anak dengan
buku melalui dongeng dan mobil Perpustakaan Keliling (Perpusling).
Program
Dongkel dan
Perpusling ini mendapatkan penghargaan sebagai TOP 99 Inovasi Pelayanan Publik
Nasional 2017. Itulah
mengapa saat membaca undangan Diskusi Inspirasi BaKTI “Sentuh Pustaka”, saya antusias ingin menyimaknya.
Ingin tahu lebih detail, tentang inovasi apa lagikah ini.
Apa
Itu Sentuh Pustaka
Berdasarkan
pemarapan Pak Tulus, Sentuh Pustaka adalah sebuah inovasi yang dijalankan Dinas Perpustakaan Kota Makassar untuk
membenahi perpustakaan-perpustakaan sekolah di Makassar. Sentuh Pustaka ini
didukung penuh oleh 4 elemen:
- Pokja
Pustakawan,
beranggotakan para pustakawan terbaik di Sulawesi Selatan.
- Pokja
Literasi, para
anggotanya berasal dari komunitas-komunitas pegiat literasi di Makassar.
- Mitra
Penerbit, ada 3
penerbit yang sudah support, salah satunya adalah penerbit Erlangga.
- Kepala
Sekolah sebagai
penerima program.
Misalnya
area atau ruang perpustakaan terbagi 4, yakni:
- Area
Baca yang dapat
menampung siswa sebanyak satu kelas.
- Area
Koleksi Bacaan Umum
(non buku paket).
- Area
Kerja/Pengolahan Buku
(buku paket disimpan di area ini).
- Area
Multimedia dan Akses Internet yang dapat menampung siswa sebanyak satu kelas.
Inovasi
ini memiliki keunikan, yaitu turun langsungnya Pokja Pustaka dan
Pokja Literasi dalam membenahi perpustakaan sekolah, seperti dalam membongkar dan
memilah buku, mana yang perlu ada di perpustakaan dan mana yang tidak.
“Sentuh Pustaka harus dilakukan karena amanah UU no 43 tahun 2007 tentang Pembinaan Perpustakaan,” ucap Pak Tulus.
Tentunya
bukan karena sebelum-sebelumnya sama sekali tidak ada pembinaan perpustakaan,
bukan begitu. Sebelum mengaktifkan program Sentuh Pustaka, sewaktu tugas
pembinaan perpustakaan masih di bawah Kantor Arsip, pelatihan yang dilakukan
tidak berdampak signifikan karena jika didatangi kembali, perpustakaan sekolah
tidak mengalami perubahan.
Rekaman dari video streaming Sentuh Pustaka
Pada
program Sentuh Pustaka ini, POKJA Literasi dan POKJA Perpustakaan bukan sekadar menyampaikan apa yang harus dilakukan. POKJA Literasi dan
POKJA Pustakawan terlibat dalam membongkar
dan memilah
buku-buku yang tepat untuk tempat yang tepat.
Bagaimana penataan
rak dan ruangan yang sesuai standard nasional diawasi. Jadi, sekolah juga menjadi sangat
terbantu karena tidak bekerja sendiri. Yang penting sekolah punya itikad baik untuk membuat
perpustakaannya nyaman dan berfungsi dengan baik.
“Kenapa dari data laporan dari survei, Indonesia budaya bacanya rendah? Karena mungkin dari awal tidak dikenalkan dengan perpustakaan. Pakar pendidikan mengatakan bahwa untuk menumbuhkan budaya butuh proses 15 – 25 tahun,” Pak Tulus menegaskan pentingnya membenahi perpustakaan agar bisa meningkatkan budaya baca.
“Kenapa
perpustakaan sekolah diikutkan program Sentuh Pustaka? Karena lebih sepertiga
waktu anak-anak kita ada di sekolah!”
imbuh Pak Tulus.
Saya
melihat korelasinya di sini. Jika perpustakaan dibenahi dan terlihat menarik maka
anak-anak akan tertarik membaca. Saya menyaksikan sendiri bagaimana antusiasme
para siswa di sekolah anak bungsu saya menyerbu mobil Perpustakaan Keliling
(Perpusling) yang menyertai program Dongeng Keliling (Dongkel).
Mulanya
anak-anak disuguhi dongeng. Setelah itu, mereka boleh membaca buku cerita yang
ada di mobil Perpusling. Saya yakin, di antara mereka banyak yang tak terbiasa
membaca di rumah. Bukan karena sok tahu ya, saya beropini begini karena saya
kan tahu keadaan para siswa di sana.
Nah, saat anak-anak menyerbu mobil Perpusling dan berebut mengambil buku, lalu masing-masing mencari tempat di seantero halaman sekolah untuk membaca selama 5 – 10 menit, di situ saya terpana. Anak-anak yang tak terbiasa membaca ternyata bisa lho diajak membaca buku!
Maka
saya mengatakan sangat masuk akal jika perpustakaan sekolah mereka dibenahi dan
terlihat lebih menarik di mata anak-anak, kemungkinan besar mereka akan menjadi
lebih suka berkunjung ke perpustakaan.
“Tingkat kunjungan perpustakaan penting. Di sekolah, rata-rata meja di perpustakaannya terisi buku. Bagaimana anak-anak mau berkunjung kalau mejanya penuh!” ucap Pak Tulus.
Proses Sentuh Pustaka di SDN Paccerakkang. Foto: Pak Tulus. |
Pembenahan perpustakaan tentunya akan membuat perpustakaan terlihat menarik dan nyaman bagi anak-anak. Selain itu, perlu ada kegiatan literasi yang mampu menarik minat para siswa.
“Setiap sekolah nanti membuat kegiatan literasi yang sesuai dengan program kota. Seleksi lomba-lomba seperti lomba Duta Baca, lomba resensi, bercerita, membaca cepat diseleksi di perpustakaan sekolah dulu. Sebenarnya mudah karena ada semua standardnya,” Pak Tulus menjelaskan lagi.
Yang
Terjadi Sebelum dan Sesudah Sentuh Pustaka
Program
yang proaktif seperti ini sepertinya memang tepat diberlakukan pada 826 SD dan SMP di Makassar. Dari 826 sekolah, 300 sekolah didata untuk masuk “antrian” untuk
dibina. Mengejutkannya,
sebagian besar
perpustakaan sekolah ini tidak memiliki nomor pokok perpustakaan! Malahan ada sekolah yang tidak
punya pengelola perpustakaan!
“Minimal di Sentuh Pustaka dilaporkan nomor pokok perpustakaannya. Bagaimana mau didata perpustakaannya dan mau dibantu oleh Perpustakaan Nasional kalau tidak ada nomor pokok ini,” ucap Pak Tulus. Menurut Pak Tulus, dari keseluruhan SD dan SMP di Makassar, yang punya Nomor Pokok Perpustakaan baru 94 sekolah.
Dengan demikian, sekolah mulai berbenah dari Nomor Pokok
Perpustakaan.
Selanjutnya pembenahan mengikuti standardisasi
nasional akan
mendorong sekolah mengikutkan perpustakaannya untuk mendapatkan akreditasi. Bukankan akreditasi ini juga akan mengangkat mutu sekolah?
“Dari 300 sekolah, yang baru disentuh 10 sekolah. Kesepuluh sekolah ini akan diikutkan akreditasi. Ujung dari Sentuh Pustaka adalah akreditasi,” kata Pak Tulus. Sebelumnya, baru 2 sekolah di Makassar yang perpustakaannya terakreditasi yaitu SMPN 18, MTsN 1. Namun belum ada yang standardnya melebihi C.
Proses akreditasi akan berlangsung dalam waktu dekat ini.
Beberapa nama sekolah yang perpustakaannya disebutkan Pak Tulus akan mengikuti
program akreditasi ini adalah SMPN 6, SDN Paccerakkang, dan SMPN 1.
“Indeks budaya baca naik dari 39 tahun 2016 ke 45,07 di tahun 2019 kemarin,” ucap Pak Tulus. Salah satu indikator ini bisa dilihat meningkat sejak adanya program Sentuh Pustaka.
“Pengunjung perpustakaan yang awalnya 15 saja, naik 200 – 300 persen,” lanjut Pak Tulus lagi. Pak Tulus
juga bercerita mengenai dua sekolah – SMPN 6 dan SDN Paccerakkang yang kepala sekolahnya
berkomitmen tinggi dalam menjalankan Sentuh Pustaka.
“SMPN 6 sudah ‘dikaca’, dicat, kursi diganti bukan kursi plastik lagi, anak-anak nyaman. Anak-anak mau ngadem. Sampai tidak muat ruangan, bergiliran. Perpustakaan 1 lantai jadi 2 lantai di SMPN 6. Kepseknya betul-betul mau berkomitmen,” tutur Pak Tulus.
Padahal
SMPN 6 ini awalnya 40 persen bukunya sudah dimakan rayap . Begitu Sentuh
Pustaka masuk, dukungan Kepala Sekolah sangat besar sehingga pembenahan pun
dilakukan sesuai standard nasional.
SMPN 6 setelah Sentuh Pustaka. Foto: Pak Tulus. |
Testimoni
dari SDN Paccerakkang
Kepala
Sekolah SDN Paccerakkang merupakan
salah satu kepala sekolah yang antusias dengan program Sentuh Pustaka ini.
Sebuah prestasi tersendiri, hanya 2 bulan sekolah ini berhasil menjalankan
Sentuh Pustaka dan bersedia memperlengkapi diri dengan komputer yang diperlukan
untuk perpustakaannya.
Melalui
pesan Whatsapp, Bapak Yunus – Kepala
Sekolah SDN Paccerakkang menyampaikan kesan beliau terhadap
program ini:
Sentuh Pustaka ini membuat perpustakaan di sekolah kami difungsikan sebagaimana mestinya, bahkan ada pengembangan yang dilakukan misalnya membuat sudut baca di setiap kelas, taman baca, juga melibatkan orang tua siswa dengan "Bunda Baca". Siswa dilibatkan sebagai Duta Baca. Sangat baik dampaknya kepada siswa secara psikologis dan pembinaan karakternya. Semoga program ini berkembang terus sehingga generasi kita ke depan bukan hanya bisa membaca tetapi lebih dari itu – bisa menulis. Harapan saya tulisan-tulisan sederhana yang dibuat siswa banyak mewarnai perpustakaan sekolah.
Testimoni
dari SMPN 1
Saya
bertemu seorang kawan di Ruang AS BaKTI. Heran juga mengapa beliau ada di acara
ini. Ternyata dia berperan sebagai relawan pustaka di SMPN 1. Orang tua siswi yang
akrab disapa Ummi ini mengisahkan kepada saya bagaimana program Sentuh Pustaka
berjalan di SMPN 1.
Perubahan
secara fisik banyak terjadi. Dari yang tadinya terlihat kaku dan banyak buku menumpuk telah berubah drastis menjadi tempat yang asyik untuk dikunjungi oleh
para siswa meski dengan dana terbatas.
Proses Sentuh Pustaka di SMPN 1. Foto: Ummi.
Ummi mempelajari juknis yang diberikan dan membantu pembenahan kategorisasi penempatan buku, pengadaan rak, dan sebagainya. Ummi membenarkan kedatangan Sentuh Pustaka dalam membantu perpustakaan sekolah.
Tak
sia-sia pengorbanan seluruh tim – sampai berhari-hari harus pulang malam di
saat-saat harus bekerja keras membenahi perpustakaan sekolah. Kini, tingkat kunjungan
siswa ke perpustakaan naik pesat hingga 300 persen!
“Apa lagi
yang dilakukan sampai bisa naik sebanyak itu?” tanya saya.
SMPN 1 sebelum Sentuh Pustaka. Foto: Ummi.
Ummi kemudian menceritakan kegiatan yang berlangsung tiap Jumat – Amazing Reading Friday (ARF) namanya. Anak-anak membaca buku yang mereka pilih selama 20 – 25 menit, setelah itu mereka diminta meresensi isi buku yang dibaca. Sebanyak 15 karya terbaik diberikan award. Hadiah-hadiah yang diberikan kepada siswa ini diperoleh atas kerja sama dengan pihak luar.
SMPN 1 setelah Sentuh Pustaka. Foto Ummi.
Tak bisa dianggap sepele program Sentuh Pustaka ini. Kalau mau jujur, dampaknya sangat signifikan terhadap perpustakaan sekolah yang mendapat amanah. Pak Tulus, pada bagian akhir presentasinya berharap program Sentuh Pustaka ini bisa menular ke daerah-daerah lain di Sulawesi Selatan.
Sudah
ada titik terang. Saat ini, kota Palopo sudah mengadopsi program Sentuh Pustaka.
Setiap tahun Dinas Perpustakaan kota Palopo mencanangkan 1 sekolah akan disentuh.
Bantaeng pun juga melaksanakan.
SMPN 1 setelah Sentuh Pustaka. Foto: Ummi. |
SMPN 1 setelah Sentuh Pustaka. Yang warna biru di belakang sana itu photo booth. |
Kepala sekolah yang bermohon untuk program ini juga meningkat jumlahnya. Jika Sentuh Pustaka berhasil, keberhasilan itu akan bermanfaat bagi peningkatan kualitas pendidikan di sekolah mereka juga. Namun bukan itu saja, kan. Anak-anak kita memang butuh didorong minat bacanya agar menjadi generasi berkualitas yang suka baca dan mencintai buku.
“Untuk mewujudkan Makassar kota dunia maka warganya harus gemar membaca,” pungkas Pak
Tulus, mengakhiri presentasinya.
Makassar, 1 Maret 2020
Baca
juga tulisan-tulisan lain terkait kegiatan Perpustakaan Kota Makassar:
- Dongeng Keliling Bersama Perpustakaan Keliling
- Pelajaran dari Audisi Lomba Bercerita Tingkat SD/MI 2018
- Pelajaran dari Grand Final Lomba Bercerita Tingkat SD/MI 2018
- 5 Hal Tentang Lomba Bercerita Tingkat SD/MI yang Perlu Anda Tahu
- Kemeriahan Hari Dongeng Sedunia di Perpustakaan Kota
Share :
Betul banget mbak. Perlu pembenahan perpustakaan di beberapa tempat, supaya generasi kedepan lebih suka sama membaca
ReplyDeleteMasya Allah, kereeeen bangeet. Perpustakaan memang wajib nyaman dan dan menyenangkan sih ya. Karena biar anak-anak pun semakin betah baca buku. Itu SMP 1 sampe dikasih photobooth. Keren ih program Sentuh Pustaka
ReplyDeleteAcara kayak gini super duper penting dan sarat faedah, karena Indonesia butuh generasi muda yang gemar membaca.
ReplyDeleteBudaya literasi kudu ditingkatkn BANGET ya
Di sekolah anakku juga suka datang perpus keliling. Dan lihat foto2 yang dikirim ke bu guru ternyata anak2 sangat antusias memilih buku lalu membacanya. Aku teringat jaman sekolah jaraang ke perpus. Ke perpus itu cuma buat pinjem buku pelajaran yang disuruh guru doang. Emang harus perpus dibuat lebih menarik perhatian anak ya.
ReplyDeleteIni programnya bagus ya, jadi memang anak-anak akan banyak tau tentang apa yang ingin dia baca. Yang penting kalau buat anak-anak selain buku-buku yang lengkap juga harus memiliki ruang baca yang nyaman dan bersih.
ReplyDeleteKayaknya hanya di daerahku apa ya sekolahan nggak ada perpustakaannya.Nggak ada juga perpustakaan keliling.
ReplyDeletePasti sangat bahagia ya Mbak menyaksikan anak-anak masih antusias ketika diajak membaca buku begitu.
aaaw, ngiri deh lihat perpustakaan seperti itu!
ReplyDeleteDulu impianku sepertiini mbak, mendirikan rumah baca untuk siapa aja, sayangnya malah bukubuku rusak dan hilang, memang perlu edukasi juga sih buat yang baca
Wah program keren kak, biasanya sekolah punya koleksi buku tapi tak ada tenaga untuk menata dan membuat perpus menarik, dengan program ini membantu sekali..semoga perpus sekolah makin ramai dan bertambah koleksinya ya
ReplyDeleteBagus ya penataan ruang perpuatakaan di sekolah-sekolah itu, pasti membuat siswa tertarik untuk lebih sering ke perpustakaan saat jam iatirahat.
ReplyDeleteWah, ide yang bagus. Sentuh pustaka membuat suasana perpustakaan menjadi nyaman dan meningkatkan minat baca anak. Keren deh, ikutan seneng ngeliatnya :)
ReplyDeleteAgar anak kenal dan cinta pustaka emang kudu dibantu banyak pihak. Gk bs kalau pihak sekolah saja kan ya.
DeletePAk Tulus ini sesuai dengan namanya yaa, program Dongkel dan sentuh pustaka ini bener2 menyentuh hati siswa yang membutuhkan . IKutan happy lihatnya, anak2 suka baca apalagi kalo bukunya ssuai dengan keingianan dan tempatnya bersih yaa.
ReplyDeleteKalau aku ketemu pak Tulus, pasti ngefans deh sama pak Dongkel.
ReplyDeleteBtw, ngomongin perpustakaan memang harus berubah dari konsep yang terasa jadul, lengang, sepi jadi ruang ramah anak, yang ceria dan menyenangkan agar anak2 betah aja dulu main ke perpust ya
Keren inovasinya ya mba, sekolahnya jadi terbantu bila ada pihak yang membuat juknis untuk pengelolaan perpustakaan sekolah. Siswa siswi jadi semangat kalo perpustakaan bersih dan nyaman buat baca buku
ReplyDeleteSalah satu yang membuat anak" betah di perpustakaan adalah perpustakaan yang nyaman dan asri. Perlu banget nih dilakukan program" ini di sekolah" agak anak" betah ke perpustakaan sehingga budaya literasi bisa dikembangkan
ReplyDeleteDi sekolah anakku, literasi ini sudah jadi program belajar, ada hari yang khusus buat membaca lalu anak-anak bikin kesimpulan dari bacaannya.
ReplyDeleteBener ya, kalau mau jadi kota yang terpilih di dunia, harus gemar membaca.
Di jaman sosial media begini jarang anak yang suka baca buku...lebih ke gadget..
ReplyDeleteSemoga dengan program sentuh pustaka mengembalikan minat baca anak..
idenya bagusnya nih, bisa meningkatkan minat baca anak
ReplyDeleteapalagi jaman sekarang anak lebih suka main gadget kan?
padahal gemar membaca adalah salah satu hal yang harus ditanamkan pada anak sejak usia dini :)
Kereeen!! Perpustakaan yang nyaman dan bagus, pastinya jadi daya tarik tersendiri ya, Mbak.
ReplyDeleteSemoga dengan program Sentuh Pustaka akan membuat semakin banyak masyarakat yang gemar membaca.
semoga adanya program ini, minat baca anak aanak semakin tumbuh..
ReplyDeleteMashaAllah~
ReplyDeleteKeren banget programnya, kak Niar. Semoga makin sukses dan banyak masyarakat segala usia yang berpartisipasi mensukseskan program ini.
Selama ini banyak orang mengabaikan kenyamanan ruang bacanya di perpustakaan. Seringnya terlihat kaku. Keren banget ini sentuh pustaka programnya. Membuat org jadi betah berlama2 utk membaca.
ReplyDeleteMinat baca anak harus ditingkatkan dan sekarang tantangannya makin besar bersaing dengan gadget . Ortu n pemerintah harus pintar membuat anak suka baca
ReplyDeletekayaknya postingan ta bu, ini mau saya sharing ke sd tempat anak ku sekolah, cara pengelolan perpusnya kalau saya pribadi kurang baik, memang ada beberapa terobosan yang mereka lakukan dengan membuat taman baca di halaman sekolah, tapi menurut aaya membaca itu tidak baik berada di luar ruangan apalagi untuk anak masih umur sd, kalau umur dewasa bisa jadi itu tidak ada masalah, soalnya anak2 itu mudah tergoda dengan apa yang berada di sekitar mereka, membaca di luar ruangan bisa menjadikan perhatian mereka teralihkan dengan hal yang lain, apalagi taman bacannya itu sangat dekat dengan akses jalan raya, kan makin terganggu dengan kebisingan suara kendaraan.
ReplyDeletedan saya akui minat baca anak2 secara umum kurang pada hal2 yang berbau pengetahuan, masih lebih suka membaca komik dari pada membaca buku pengetahuan, saya setuju langkah konkret sekolah dan perhatian ortu sangat penting.
saya jadi menyesalkan nasib ku yang terlahir di zaman old, yang mana perpustakaan di sd saya dulu tidak ada...hahahahah
Kalau sesekali di luar ruangan dalam keadaan seperti itu mungkin bagus ya tapi kalo setiap hari sepertinya jauh lebih bagus kalau perpustakaannya yang dibenahi mengikuti standard perpustakaan kota Makassar dalam Sentuh Pustaka. Lebih bagus lagi kalau inovasi ini mau diadopsi oleh Perpustakaan Kabupaten Bulukumba.
Delete