Kalian mungkin masih ingat pekan lalu ada berita heboh dari Pakatto, Kabupaten Gowa – Sulawesi Selatan terkait adanya pertemuan Ijtima Ulama Sedunia yang dihadiri oleh ribuan orang seasia dari sebuah organisasi Islam.
Ilustrasi dari Kompas.com |
Sebelum
kehebohan itu, sekelompok dari organisasi tersebut berkumpul dan menghabiskan
waktu di masjid dekat rumah yang jaraknya dekat sekali dari rumah kami. Dua
orang dari mereka mengunjungi ayah saya di rumah dua kali.
Pertama
kali untuk bersilaturahmi karena yang satu orang itu datang dari Kalimantan.
Kedua kalinya, untuk berpamitan dalam rangka mengunjungi pertemuan Ijtima Ulama
Sedunia. Entah basa-basi atau memang bermaksud mau mengajak, orang itu mengajak
ayah saya untuk pergi bersama mereka ke Pakatto. “Akan dihadiri oleh 48 negara,”
kata dia.
Ijtima Ulama 2020 di Pakatto, Gowa. Tak ada social distancing. Foto: Kompas.com. |
“Mengapa
tidak dibatalkan atau ditunda?” Ayah menanyakan hal ini. Kata lelaki itu tidak
ditunda karena mereka sudah mendapatkan izin. Suami saya yang bertemu orang
dari kelompok mereka di masjid juga menanyakan hal yang sama dan jawabannya
sama: “karena sudah dapat izin”.
Sungguh
jawaban yang piti kana-kanai (asal) karena sebenarnya pemerintah daerah setempat
meminta panitia untuk menunda bahkan menolak acara yang berisiko itu dilaksanakan
dalam wilayahnya. Sebab seruan social distancing sudah digencarkan di
mana-mana baik melalui televisi, media online, maupun media sosial.
Rangkaian berita di CNBC terkait Corona dan Tabligh Akbar. |
Gubernur
Sulawesi Selatan dalam sebuah konperensi pers menyayangkan kegiatan tersebut
tetap berlangsung. Alhasil kegiatan tersebut diberhentikan dan ribuan orang itu
diminta pulang. Yang di Makassar langsung pulang ke rumah masing-masing. Yang
dari provinsi Sulawesi Selatan langsung pulang ke daerahnya.
Sementara
yang dari luar Sulawesi Selatan dan dari luar negeri ditampung dulu di beberapa
tempat sembari pemerintah mengaturkan kepulangan mereka.
Saya
berharap di antara ribuan orang itu tidak ada yang baru dari Malaysia karena
belum lama ini, organisasi yang sama melakukan tabligh akbar di
Malaysia. Dari Republika, disebutkan bahwa 12.500 orang menghadiri kegiatan
Jord Qudama dan Ulama Malaysia 2020 (28 Februari – 1 Maret). Jumlah itu
termasuk warga asing dan 200 pengungsi Rohingya[1].
Sumber: CNBC |
Masih
dalam artikel yang sama, disebutkan bahwa otoritas Malaysia masih melacak
jamaah yang hadir dalam acara tersebut. Sebab dari 1.183 kasus Covid-19 yang
saat ini tercatat di Malaysia, 840 di antaranya terkait dengan kegiatan Jord
Qudama dan Ulama Malaysia 2020.
Memang
setelah itu diberlakukan lockdown di Malaysia tapi bisa saja ada masih
ada yang lolos pulang ke tempat masing-masing sebelum masuk ke Gowa. Berbagai
kemungkinan lain terkait penyebaran virus Corona bisa saja ada.
You
know-lah, ada banyak
cara pergi ke Malaysia dari negara kepulauan ini. Orang-orang Indonesia sudah
biasa menyeberang beberapa kali antar pulau demi bisa ke sana. Melalui
Kalimantan saja entah ada berapa cara.
Flyer dari Departemen Manajemen Rumah Sakit, FKM Universitas Hasanuddin. |
Baca
di Bisnis.com[2], ada 4
orang dari 66 peserta Ijtima Dunia 2020 di Gowa, Makassar, Sulawesi Selatan,
berstatus ODP (Orang Dalam Pengawasan) Corona. Hal itu berdasarkan hasil tes
kesehatan yang dilakukan DKK Karanganyar di Puskesmas Karanganyar, Sabtu
(21/3/2020).
Sebelum-sebelumnya
ada berita peserta Ijtima dari Jamaah Tabligh yang masuk rumah sakit karena
demam tinggi tapi sampai sekarang belum dikabarkan hasilnya. Ayah saya sampai
hari ini masih aktif jadi imam shalat fardhu di masjid sebelah dan di masjid itulah sekelompok orang itu biasa berdiam.
Hanya
bisa berdoa semoga mereka yang berpotensi berinteraksi dengan para carrier tak
menjadi carrier berikut yang lantas membawa si virus mendekat ke
Makassar dan beredar di sekitar rumah kami melalui sekelompok orang itu yang
berdiam di sini. Saya tak berprasangka ya, saya waspada dan khawatir.
Update hari ini terkait Corona di Makassar. Sumber: Kompas.com. |
Apalagi
sekelompok orang itu giat menyampaikan ajakan untuk tetap melakukan aktivitas
seperti biasa. Beberapa orang dari mereka mendatangi rumah tetangga dan
berkata, “Jangan takut sama Corona, Bu. Masa mau berdiam di rumah saja?”
Selain
itu, warga sekitar sini masih seperti biasa. Tadi malam saya masih mendengar
suara anak-anak tetangga bermain dengan riang sampai jam 10 malam. Menjelang
tengah malam sampai lewat tengah malam sekelompok anak muda yang memang
biasanya keluar malam masih bercengkrama di dekat rumah kami.
Mereka
masih bersikap seperti biasa. Malah ada anak yang bersekolah di Pare pare,
sekarang ada di rumah neneknya di dekat sini. Ada juga anak lain yang sekolah
dan tinggal di Gowa, sekarang berlibur di sini. Mereka menganggap sekarang
sedang liburan dan saatnya bersenang-senang.
Update terkait Corona hari ini di Sulsel. Sumber: Tribun Timur. |
Maafkan
kalau kalian membaca curhatan ini dan ikut merasa khawatir. Saya menuliskan
di sini sebagai catatan sejarah saya. Kelak semoga dibaca, terutama oleh anak-cucu
saya dan tidak mengulanginya.
Imbauan
tinggal di rumah untuk mencegah penyebaran pandemi yang saat ini menjadi
masalah sedunia. Sebab banyak kasus menunjukkan orang yang positif terinfeksi virus bisa saja
kelihatan tidak sakit. Bukan hanya mereka yang terlihat sakit yang menjadi
pembawa (carrier) virus, lho.
Kita
tak tahu kita berpapasan dengan siapa saja. Tak tahu sudah memegang apa saja
dan sudah bersinggungan dengan apa saja selama berperjalanan. Ada baiknya mengikuti
seruan untuk di rumah saja karena seruan ini bukan main-main dan bukan untuk
diabaikan.
Menyikapi virus Corona: mereka masih bersikap sama. Seolah-olah tak mengapa, seolah sedang liburan. Padahal masalah
Covid 19 sungguh masalah serius maka mari bersama-sama beritikad baik untuk
diam di rumah dan tak keluar jika tak benar-benar penting. Semoga Allah menjaga
kita semua dari wabah ini.
Makassar, 24 Maret 2020
Tanggal
23 Januari 2020 saya menulis tentang virus Corona pertama kali. Saat itu masih
satu-dua media di Indonesia yang membahas. Tidak disangka, saat ini bahkan
hampir semua WA group membahas soal ini.
Update Kasus virus Corona di Indonesia per
Senin sore, 23 Maret 2020: total kasus positif sebanyak 579. Sebanyak 49 di
antaranya meninggal dunia.
Silakan
dibaca:
[1] Selengkapnya:
https://republika.co.id/berita/q7l3vw368/jamaah-tabligh-akbar-di-malaysia-periksakan-diri.
Diakses 24 Maret 2020 pukul 11.26.
[2]
Selengkapnya: https://semarang.bisnis.com/read/20200323/536/1216715/empat-peserta-ijtima-di-gowa-asal-karanganyar-odp-corona.
Diakses 24 Maret 14:31.
Share :
Kadang suka sebel sih mbak ama yg ginian, udah ada larangan utk acara kumpul2 dalam hal apapun tapi ya masih ngeyel. Nah itu kalau satu orang postif Korona, rang orang yang lain juga bakal ketularan kan?
ReplyDeleteSebenarnya kalau situasinya normal sih its okay. Semoga aja wabah ini cepat berakhir dan bisa segera normal kembali :)
Himbauan dan keputusan adanya social distancing tentunya adalah untuk kebaikan kita bersama juga, agar rantai penyebaran virus tidak berlanjut lagi. Kuy diikuti untuk tetap sementara waktu di rumah hingga suasana kembali kondusif
ReplyDeletepaham itu memang dalam. Banyak orang abai dalam sikon kayak gini. Semoga makin kesini makin nurut dan nggak tambah jumlah korban, Semangat semuanya,
ReplyDeletePanik boleh tapi ga boleh parno. Kita malah harus cari info sebanyak banyaknya biar tambah ilmu, bukan nambah keparnoan diri. Makasih info corona yg detail kak
ReplyDelete