Spontan saya teringat percakapan saya dengan Pak Jumadi dari Yayasan Kalla usai timnya melakukan penyemprotan di masjid dekat rumah kami hari Selasa kemarin. Rasa haru masih saja menyeruak ketika mengingat kembali percakapan tersebut, bahkan sampai menuliskan ini saya masih merasa terharu.
"Saya tadi tidak pamit Bu, so lobet hpku." 🙏
"Iye tidak apa, terima kasih banyak🙏. Baarakallahu fiikum. Semoga sehat selalu timnya."
"Aamiin Ya Allah. Mohon doanya selalu, Bu."
Melalui seorang kawan, saya mendapatkan nomor kontak orang dari Yayasan Kalla untuk meminta masjid di dekat rumah kami disemprot desinfektan.
Gambar dari Kompas.com. |
Sebelumnya saya sudah mencoba menghubungi nomor kontak yayasan lain dalam rangka usaha semprot desinfektan masjid yang masih dipakai shalat berjamaah di lingkungan kami tapi sayang nomonya tak aktif saat saya hubungi lalu kawan pun menyarankan mengontak nomor Pak Jumadi.
Selasa sore, usai waktu shalat ashar, saya bersiap menunggu kedatangan tim penyemprot masjid. Tak ada lagi pesan masuk di HP maka saya langsung menuju masjid. Rupanya di sana sedang berlangsung penyemprotan.
Entah yang mana yang namanya Pak Jumadi, saya mencoba menelisiki orang-orang baru di antara warga sekitar.
Saya menghampiri salah seorang perempuan ramah yang berjilbab dan sibuk memvideokan kegiatan penyemprotan masjid. Sepertinya dia bukan warga sini.
"Kita' dari Yayasan Kalla?"
Perempuan itu mengangguk.
"Pak Jumadi datangkah?"
Perempuan itu menunjuk seorang lelaki yang berpakaian sangat tertutup, ala ala astronot - baju kerja terlindung bagi para pekerja lapangan yang berurusan dengan bahan kimia.
Lelaki itu mengangkat wajahnya ketika dipanggil oleh kawannya - si perempuan berjilbab. Pak Jumadi sedang melakukan sesuatu di depan masjid. Sepertinya sedang mempersiapkan peralatannya.
"Maaf, saya ndak hubungi ki' lagi. Lobet HP-ku. Saya bantu teman dulu, Bu," ujarnya sembari tangannya menunjuk ke arah masjid. Seorang kawanya sedang menyemprot di dalam masjid.
Satu tim saya lihat ada 4 orang berpakaian ala astronot, plus perempuan berjilbab itu.
Perhatian saya sesekali teralih kepada rasa seperti terkena percikan cairan kimia. Ada rasa gatal yang menusuk pada beberapa bagian di kaki dan tangan padahal saya mengenakan satu lapis celana panjang di bawah kulot. Juga mengenakan dua lapis baju plus jilbab panjang.
"Iya, tidak apa. Terima kasih banyak ya, Pak."
Saya merasa senang mereka menemukan masjid tanpa tersesat. Itu sudah cukup bagi saya.
"Terima kasih di'," saya mengucapkannya kepada perempuan berjilbab yang senantiasa tersenyum ramah itu.
Lalu saya bergerak menjauh dari masjid, mendekati mobil yang terparkir tepat di dekat pagar rumah kami untuk memotret mobil milik Yayasan Kalla itu. Saya berdiri sejenak memperhatikan dari kejauhan.
Warga terlihat berkerumun. Mereka menyaksikan penyemprotan masjid dari pekarangan masjid.
Salah seorang tetangga yang berdiri dekat mobil bertanya, "Berapa dibayar?"
"Gratis," ucap saya.
"Kalau rumah-rumah iya, bisa disemprot juga?"
"Tidak. Usahakan sendiri kalau di rumah," saya tersenyum padanya.
Saya balik ke rumah. Tidak ada lagi yang bisa saya lakukan di luar rumah.
Di teras rumah saya buka Instagram dan membuat story Instagram sebagai ucapan terima kasih kepada Yayasan Kalla.
Saya masih memikirkan betapa berisikonya pekerjaan mereka, menyemprot masjid dengan cairan kimia. Dengan cairan kimianya saja berisiko, belum lagi potensi bertemu virus Corona.
... Barangsiapa memelihara kehidupan seorang manusia, maka seakan-akan dia telah memelihara kehidupan semua manusia ... (Q.S. Al-Maidah ayat 32)
Masya Allah, mereka inilah sekarang pejuang-pejuang kita. Mereka pahlawan dalam situasi seperti saat ini.
"Mohon doanya selalu Bu," kata-kata itu .... setiap terlintas di benak saya, menerbitkan rasa haru yang dalam.
Mari kita doakan para pejuang kita di lapangan seperti Pak Jumadi, almarhum Pak Multasan, para tenaga medis, dan para relawan dijaga oleh Yang Maha Kuasa. Semoga mereka senantiasa sehat dan selalu bersemangat dalam menjalankan tugas.
Makassar, 25 Maret 2020
Baca juga:
Share :
Ikut mendoakan agar para pejuang melawan epidemi covid-19 selalu diberi kesehatan dan dijauhkan dari penularan penyebaran virus.
ReplyDeleteJuga semoga musibah virus corona ini cepat berakhir.
Ya Allah.... merinding banget bacanya, kak Niar.
ReplyDeleteSemoga ALLAH berikan pahala dan kebaikan berlipat ganda untuk para pahlawan garda terdepan yg menangani pandemik ini ya.
Innalillah...selalu panas mata dan pengen nangis kalau dengar ada yang gugur lagi saat wabah covid-19 ini melanda negeri kita. Salut dan bangga banget dengan semua orang yang bertugas, semoga wabah ini segera berlalu seperti badai yang pasti berlalu :(
ReplyDeleteSebagai mahasiswa rantau beda pulau, saya sering kali merasa takut dan berkali kali merasa inginipulang saja ke kampung halaman. Tapi kemudian saya suka terharu kalau baca tentang pejuang-pejuang yang berhadapan langsung. Jadi malu dengan diri sendiri. Saya merengek ketakutan ingin pulang di kamar saya yang nyaman sementara mereka berhadapan langsung diluar. Dari situ saya jadi kuat kembali.. berada di rantau dan tidak pulang sampai social distancing ini berakhir adalah satu satunya yang bisa saya lakukan untuk mendukung orang orang yang berhadapan langsung dengan virus di lapangan :)
ReplyDeleteIya ya mbak dengan cairan kinianya juga pasti beresiko kena paru-paru apalagi ketemu virusnya nih. Semoga selalu dilindungi untuk semua tim dan diberi kesehatan
ReplyDeleteInsyaallah pak Multasan meninggal dalam keadaan syahid ya
ReplyDeleteEniwei di daerah saya setiap rumah disemprot, bisa milih apakah mau seluruhnya atau hanya di luar
Hati saya malu jika membaca atau melihat mereka2 yang bergerak dengan langkah nyata untuk membantu sesama. Semoga Allah mudahkan selalu semua urusan mereka.. dan berikan syurga bagi yang wafat saat bertugas di lapangan..
ReplyDeleteTugas kita sederhana banget sebenarnya, cukup di rumah saja jika tidak ada keperluan mendesak keluar rumah. Sementara para tenaga kesehatan dan orang-orang yang bertugas dilapangan seperti penyemprot disinfektan ini, besarr resiko kerjanya, tapi jasa mereka begitu luar biasaaa
ReplyDeleteMaa syaa Allaab salut dengan mereka yang punya kepedulian tinggi untuk terjun langsung dalam memberantas corona dengan melakukan penyemprotan disinfektan ini. Apalagi setelah tahu risikonya ternyata besar ya Kak, sampai ada yang meninggal gitu. Masih untung masyarakat yang cuma disuruh tinggal #dirumahaja tapi itu pun masih ada yang ngeyel berkeliaran gak jelas di luar sana
ReplyDeletePas di bagian ini:
ReplyDelete"... mohon doanya selalu Bu," kata-kata itu .... setiap terlintas di benak saya, menerbitkan rasa haru yang dalam"
... aku tak kuat lagi, mataku perih dan loloslah air itu
Semoga mereka, para pejuang corona diberi kekuatan berlipat ganda.
Aamiin ya Robbalalaamiin
Aam8in semoga mereka yg berada di garda yerdepan bisa sehat2 dan melaksanakan kebaikan aamiin
ReplyDeleteAmiiin ya RabbalAalamin. Aku sedih kalo dengar atau baca petugas kesehatan yang wafat. Termasuk petugas yang melakukan penyemprotan. Semoga pak Multasan husnul khatimah
ReplyDeleteSemoga Covid-19 ini segera berlalu dari Indonesia dan dunia ya Mbak, agar tak ada lagi korban jiwa berjatuhan, turut berduka cita yang sedalam-dalamnya bagi ALmarhum Bapak Multasan yang gugur dalam melaksanakan tugasnya saat desinfektasi.
ReplyDeleteSemoga covid 19 cepat berlalu yah, sedih kl kayak gini terus
ReplyDeleteDi tempatku, kita satu RW patungan buat semprot disenfektan.
ReplyDeleteKalau sendirian, kemahalan :)
Salut dengan keikhlasan para pejuang pemberantas Corona, mereka garda terdepan dalam proses penyembuhan akibat virus itu.
banyak sekali di luar sana yang berjuang buat orang lain. tukang sayur masih berjualan, tukang sapu jalanan masih bekerja, pak polisi, tukang ojek, dan masih banyak lagi. kita yang bisa dirumah harusnya bisa membantu dengan #dirumahsaja
ReplyDeleteMasya Allah disaat keadaan seperti ini hadir volunteer yang dapat membantu dan memberi ketenangan ya. Semoga situasi ini bisa kita lalui dan cepat berlalu aamiin
ReplyDeleteSemoga saja wabah ini bisa cepat berlalu dan bisa beraktivitas lagi seperti sedia kala
ReplyDeleteSalu dengan orang-orang yang berjuang melawan Corona ini. Mempertaruhkan kehidupannya sendiri demi kehidupan banyak orang. Semoga sehat selalu. dan semoga pengorbanan mereka terbayar dengan musnahnya corona di bumi ini.
ReplyDeleteInnalillahi wainnailaihi rojiun.
ReplyDeletesalut untuk almarhum sesama pejuang garda terdepan melawan corona.
Pejuang belum tentu membenci musuh yang di depannya, tetapi pasti mencintai yang di belakangnya
Semoga mereka selalu diberikan kesehatan, kekuatan dan dilindungi Allah dalam setiap tugas yg mereka laksanakan
ReplyDeleteYa, Allah. mari kiat doakan orang2 yang dengan berani sbg garda terdepan melawan corona
ReplyDeleteBeda tempat, beda orang, beda pula kisah. Bacaan menarik bu, salam knal.
ReplyDelete