Saya kira atas alasan itulah dan agar anak memiliki motivasi belajar di rumah maka Asosiasi Psikolog Sekolah Indonesia (APSI) menyelenggarakan
Kulwapp (Kuliah Whatsapp) pada tanggal 21 April 2020 dengan Ibu Dr. Indun Lestari Setyono, M.Psi, Psikolog (Ketua APSI Indonesia) dan
Ibu Dr. Sitti Murdiana,
M.Psi.,
Psikolog (psikolog, dosen pembina IPK Sulsel) sebagai nara sumber.
Nah, mari kita kenalan dulu dengan APSI.
Apa
itu APSI?
APSI adalah salah satu Asosiasi yang berada dibawah Himpunan Psikolog Indonesia (HIMPSI) yang
ranahnya pada pemberian layanan psikologi untuk mencapai optimalisasi potensi
belajar peserta didik dengan mempertimbangkan/mengikutsertakan interaksi antara
sekolah, keluarga, masyarakat, dan pemerintah.
Apa
pula ruang lingkup psikolog sekolah?
Ruang lingkup psikolog sekolah adalah melakukan asesmen, diagnosis dan
intervensi terkait pengembangan potensi belajar ataupun terkait permasalahan
belajar baik secara internal dan eksternal pada siswa.
Nah, materi kulwapp ini menarik karena membuka wawasan mengenai makna
pembelajaran sesungguhnya bagi anak, dimulai dengan motivasi. Materi pertama
dibawakan oleh Ibu Indun. Judulnya adalah MEMOTIVASI BELAJAR DI RUMAH: Tips Membersamai Anak dalam Belajar
serta Cara Orang Tua Meningkatkan Motivasi Belajar Anak.
Apa
itu motivasi?
Motivasi terkait dorongan perilaku untuk
mencapai suatu tujuan. Dorongan belum tentu menjadi motivasi karena perilakunya
mungkin tidak mencapai suatu tujuan. Setiap orang punya kebutuhan jadi kalau
hendak memunculkan motivasi, kebutuhan inilah yang dicari.
Setiap manusia punya energi psikis dan
setiap energi psikis
menimbulkan kebutuhan. Contoh kebutuhan manusia adalah kebutuhan lapar, kebutuhan
haus kebutuhan untuk bertukar pikiran, dan kebutuhan bekerja berat.
Kebutuhan bekerja berat misalnya, muncul karena ada tujuan yang ingin dicapai, misalnya butuh untuk mendapatkan uang
untuk mendapatkan biaya hidup.
Nah, dengan adanya tujuan yang ingin dicapai ini, seseorang bisa mengubah perilakunya. Misalnya, ingin mendapatkan uang untuk mencukupi
biaya hidup maka seseorang sanggup bekerja berat. Jika kepanasan dan ingin
mencari udara segar maka seseorang akan ke luar ruangan. Jika lapar maka
gerakan seseorang adalah mengarah kepada mencari makanan.
“Ini basic-nya. Kalau kita berbicara mengenai motivasi, kita harus berpikir bahwa setiap orang punya kebutuhan jadi kalau ingin memotivasi orang maka kebutuhan itulah yang kita cari,” Ibu Indun menekankan melalui pesan suara di grup Whatsapp.
Ibu Indun mencontohkan, jika tidak memperhatikan kebutuhan maka yang
dilakukan tidak berhasil. Suatu waktu pernah terjadi, Dinas Sosial membawa
anak-anak jalanan dari Bandung ke Lembang. Di sana mereka diasramakan. Di sana
mereka disuruh kerja. Jika sudah bekerja diberi uang.
Yang terjadi adalah anak-anak itu kabur karena mereka tidak mau diasramakan.
Mengapa?
Karena yang mereka butuhkan sebenarnya bukanlah uang, melainkan kebebasan.
Akhirnya dicarikan jalan bagaimana supaya anak-anak jalanan itu tetap mendapatkan
kebebasan tetapi juga tetap produktif.
Nah,
dari penjelasan di atas, jelas kan mengapa penting untuk menumbuhkan kebutuhan agar anak memiliki motivasi belajar ?
Jika
dihubungkan dengan sekolah, bagaimana?
Sekolah itu HANYA merupakan sarana untuk mengembangkan potensi intelektual
agar terampil menyelesaikan tugas-tugas yang dihadapi di lingkungan. Nah, untuk
level pendidikan play group hingga perguruan tinggi, perbedaannya
ada pada tujuan pendidikan yang akan dicapai, tahap perkembangan berpikir, dan
pendampingan untuk belajar.
Adapun
kebutuhan-kebutuhan pada jenjang-jenjang pendidikan yang berbeda tersebut:
Play
group, fokus di aspek gerakan:
👉Menguatkan otot-otot tubuh untuk digerakan saat menghadapi tugas di level
sekolah dasar (SD).
Sekolah dasar,
fokus di aspek motorik halus, kognisi dan sosialisasi:
👉Menguatkan otot untuk motorik halus.
👉Meningkatkan keterampilan memahami yang dilakukan.
👉Meningkatkan keterampilan memahami yang dilakukan.
👉Mengatur emosi untuk menerima aturan dan nilai sosial.
👉Mampu berkomunikasi dengan kalimat yang terstruktur dan sistematis.
👉Mampu berkomunikasi dengan kalimat yang terstruktur dan sistematis.
Anak TK belajar dari permainan lompat tali. |
Terampil
menyelesaikan tugas terkait dengan gerakan CALISTUNG di sekolah dasar:
👉Menghafal materi pelajaran yang diterima.
👉Paham konsep dari isi bahan bacaan (kelas 3-4 SD), baik untuk bahasa atau
matematika.
Sekolah
Menengah Pertama (SMP):
Selain PELAJARAN juga BELAJAR menyesuaikan diri dengan
PERUBAHAN FISIK ORANG DEWASA.
👉Penerimaan teman sebaya menjadi HAL yang PENTING.
Sekolah Menengah
Atas (SMA):
PENERIMAAN SEBAYA lebih penting dan SUDAH ADA TUJUAN
👉Diterima sebagai siswa populer.
👉Siswa pandai bergaul, berorganisasi.
👉Isi pembicaraan terkait pada masa depan yang ingin dicapai atau karier.
Bagaimana
belajar dikembangkan di rumah?
Belajar tidak terkait dengan paper and pencil. Untuk mengembangkan
motivasi, anak itu belajar. Untuk bisa termotivasi, anak harus mencapai kepuasan dari apa yang dia kerjakan. Selama tidak mendapatkan
kepuasan maka dia tidak akan bisa menentukan apa yang dia ingin capai.
Ketika anak mendapatkan tugas, apakah dia dibantu oleh guru lesnya
ataukah dia mengerjakan sendiri?
Jika dia dibantu guru les, berarti anak sekadar mengerjakan tugas, bukanyan
belajar. Berbeda, lho. Berbeda tingkat kepuasannya ketika anak berhasil
menemukan pelajaran tersendiri dari suatu hal.
Kalau dibantu menemukan jawaban oleh guru lesnya, anak tak menemukan
sendiri. Bagaimana menemukan kepuasan dalam mendapatkan pembelajaran, hal itu
yang harus orang tua temukan untuk meningkatkan motivasi anak.
Ibu Indun menyampaikan beberapa ketentuan melalui materi presentasinya:
Ketentuan
untuk MEMOTIVASI SISWA dalam PENDAMPINGAN BELAJAR di RUMAH:
- Siswa mengerjakan sendiri tugas-tugasnya tidak dibantu, walaupun hanya sekedar membacakan.
- Di PG dan TK, pendampingan masih BELUM pada keterampilan CALISTUNG.
- Di SD, siswa harus terampil dalam melakukan aktivitas CALISTUNG.
- Di SMP dia diakui akan keberadaan dirinya dengan adanya perubahan fisik, sehingga ia tetap nyaman menerima tugas-tugas yang harus diselesaikan.
- Di SMA, latih siswa untuk mengorganisasikan kegiatannya, baik aktivitas sekolah, berteman dan berorganisasi.
Bagaimana
batasan “belajar di rumah” dan “belajar di sekolah”?
"Sesungguhnya, batasan belajar di rumah dan sekolah itu tidak ada bedanya karena belajar itu bukan suasananya. Belajar itu letaknya ada dalam pikiran anak, bukan pada suasananya," ucap Bu Indun.
Jadi kalau dalam pikiran anak selalu ingin belajar, selalu ada yang ingin
dia capai, selalu ingin berhasil dengan hasil capaian dia sendiri maka itu semua
adanya di pikiran anak, bukan di suasana. Jadi mau di sekolah atau di rumah
sama saja.
Anak belajar dari kegiatan memasak. |
"Jika anak sudah terbiasa untuk belajar dalam pikirannya, sudah terbiasa mengarah kepada apa yang ingin dia capai, mau itu di sekolah atau di mana pun maka pikiran untuk pencapaian cita-citanya akan selalu muncul," kata Bu Indun lagi.
Kalau sudah terbiasa dengan pikiran untuk mencapai sesuatu maka dengan
cepat dia bisa menemukan ide-ide kreatif. Jadi yang harus ditekankan orang tua
adalah jalan pikiran anak itu sudah mengarah kepada apa yang akan dia capai.
Kalau untuk belajar saja dia menunggu disuruh itu berarti dia belum tahu apa
yang akan dia capai.
Bagaimana
jika belajar itu terkait pencapaian, seperti nilai?
Kalau sejak balita anak belajar bertanggung jawab, misalnya secara
sederhana jika menumpahkan sesuatu di usia balita maika dia harus mengambil
lap dia bersihkan. Itu hal kecil tetapi
akan bermakna mengubah perilaku anak. Jika anak terbiasa menanggung risiko maka
dia akan terbiasa memikirkan jika ingin melakukan sesuatu. Dia akan
memperhitungkan akibat yang akan dia hadapi.
Tumbuhkan anak kita sejak kecil menjadi sosok yang bertanggung jawab,
memperhitungkan akibat, mampu menanggung risiko, dan tahu konsekuensi. Kalau
sudah paham akan semua itu maka bisa muncul motivasi.
Orang tua harus percaya bahwa anaknya mampu. Kalau nilainya rendah ya
dicari tahu, yang membuat anak terhambat belajar itu apa bukannya diberikan bantuan
dalam mengerjakan tugas.
Untuk mendapatkan motivasi, kita perlu mendapatkan pemahaman bahwa anak mendapatkan
insight dan kita harus tanggap apakah anak puas dengan
hasil kerjanya atau tidak. Kalau dia sekadar menyelesaikan tugasnya saja, itu
bukan pencerminan puas, melainkan memenuhi keinginan orang tua untuk
mendapatkan nilai yang baik.
Kalau anak bisa memecahkan sendiri permasalahannya, kita puji dan tanya,
“Senangkah Nak?” Jangan sampai membuat dia belajar di situasi yang dia tidak
suka atau menyiksa. Sebab belajar dalam situasi yang tidak disukai anak tidak
akan memunculkan kebutuhan. Jika kebutuhan tidak muncul maka itu berarti
motivasi tidak muncul.
“Tolong dicermati supaya bisa mendapatkan motivasi anak untuk mengembangkan kepribadiannya,” pesan Bu Indun.
Nah lho. Ibu-ibu dan bapak-bapak, perlu dicermati, yang belajar/sekolah
kita atau anak? Yang puas akan nilai atau pencapaian dalam belajar kita atau
anak? Yang penting sebenarnya perasaan kita atau perasaan anak? Apakah perasaan
kita yang penting ataukah masa depan anak?
Membantu
anak adalah tugas orang tua, maka nikmatilah.
Adalah tugas orang tua untuk membantu menumbuhkan motivasi pada anak. Caranya
bisa dengan kegiatan sendiri, kegiatan bersama, lalu berikan anak problem dan dia
harus memecahkan sendiri. Jangan sampai orang tua stres karena mengharapkan
anaknya mendapatkan hasil (nilai) yang bagus.
Orang tua sebaiknya memperhatikan anaknya, dalam memecahkan masalah apakah
logis atau tidak, cara anaknya berbicara sistematis atau tidak, dan tata bahasa
yang digunakan baik atau tidak? Dalam menyimak bacaan saja, kalau anak membacanya
dengan cara yang tepat, bisa memunculkan insight, lho Pak, Bu.
Nah, anak punya kebutuhan untuk mengembangkan diri di sekolah dan dengan
teman-temannya. Untuk itu anak butuh bantuan orang tuanya. “Nikmati kebersamaan
dengan anak, jangan jenuh, jangan anggap beban,” pungkas Bu Indun.
Makassar, 27 April 2020
Keterangan:
Yang dalam tulisan ini adalah paparan Bu Indun dan jawaban atas pertanyaan audiens (disclaimer). Untuk materi dari Bu Sitti Murdiana akan saya tuliskan nanti.
Baca juga:
Yang dalam tulisan ini adalah paparan Bu Indun dan jawaban atas pertanyaan audiens (disclaimer). Untuk materi dari Bu Sitti Murdiana akan saya tuliskan nanti.
Baca juga:
Share :
perlu. banyak ortu cara komunikasi yang gak baik shg anak2 malah malas, banyak guru yg mengeluh banyak anak yg gak setor tugas
ReplyDeleteLah iya, baru nyadar kalau menumbuhkan kebutuhan dalam belajar itu penting, karena saya sendiri dulunya terkadang malas belajar kalau ada beberapa kebutuhan yang tidak terpenuhi. Jangankan buat anak, saat ini pun kalau misalnya saya mau belajar tapi kebutuhan fasilitasnya terbatas bikin jadi ogah-ogahan buat serius belajar kak. Hehe!
ReplyDeletePeran orang tua sangat dibutuhkan dalam mendampingi dan memotivasi anak belajar dari rumah sehingga anak menjadi lebih bersemangat menyelesaiman tugas2x yang tidak sedikit
ReplyDeleteSetuju banget kalo kerja tugas itu belum tentu belajar. Karena bisa saja hanya sekedar mengguhurkan kewajiban tanpa menyerap ilmu lebih dalam.
ReplyDeleteInimi yang sulit sebenarnya, karena banyak guru yang belum terbuka pikirannya. Belajar sama dengan kerja tugas, tidak perduli kerja tugasnya sendiri atau dibantu. Semoga dengan keadaan seperti saat ini, para guru bisa lebih kreatif lagi
ReplyDeleteInimi yang sulit sebenarnya, karena banyak guru yang belum terbuka pikirannya. Belajar sama dengan kerja tugas, tidak perduli kerja tugasnya sendiri atau dibantu. Semoga dengan keadaan seperti saat ini, para guru bisa lebih kreatif lagi
ReplyDeleteHahaa sy jg klo kerja tugas tinggal copas dr google, apa lg anak milenials skrg yg serba canggih2 mi searching sana sinii
ReplyDelete