Jujur saja, saya agak khawatir
menghadapi berita kematian keluarga dekat dalam masa pandemi Covid-19 akibat virus
Corona ini karena situasi tak sama seperti dulu lagi sementara penyelenggaraan
jenazah tetap harus dilaksanakan. Meskipun meninggal bukan karena wabah Corona seperti kakak sepupu ini, banyak hal yang menjadi tak mudah.
Suasananya pasti tak
seperti dulu yang bisa berkumpul banyak orang. Dalam bayangan saya, akan terasa
kesedihan yang mendalam bagi keluarga yang ditinggalkan – kakak ipar dan 4
anaknya.
Terlebih karena kakak
sepupu yang bernama lengkap Putra Jaya bin Andi Mappesangka dulu seorang
jurnalis. Almarhum pernah cukup lama menjabat sebagai Ketua Serikat Penerbit
Pers (SPS) Sulsel dan juga pendiri Tabloid Demo’s. Banyak karib dan kerabat
yang menaruh hormat padanya.
Media online Pedoman
Karya mengutip ungkapan mantan Ketua PWI Sulsel – H. Syamsu Nur:
“Almarhum telah berbuat yang terbaik di dunia pers, khususnya di Sulawesi Selatan. Almarhum memiliki teman dan kawan tanpa menyimpan rasa permusuhan. Almarhum lebih banyak menyapa dengan akrab dan menyimpan kesan persahabatan yang kekal. Sewajarnya kita memanjatkan doa kehadirat Allah SWT, agar diampuni dosanya dan diterima amalannya, dibukakan pintu selebar-lebarnya menghadap Ilahi Rabbi, amin.”
Dalam pandangan saya, almarhum
Kak Jaya – begitu saya menyapanya merupakan sosok yang menjunjung tinggi harga
diri. Pantang meletakkan “tangan di bawah” dan seseorang yang senang hidup
dengan jujur dan meyakini rezeki sudah diatur Allah. Beliau suka membantu
keluarga. Saya dan adik-adik dulu juga pernah merasakan dibantu oleh beliau
dalam menjalani pendidikan tinggi.
Dulu saya dan adik
perempuan sering nebeng mengetik dan nge-print tugas kuliah di
kantor beliau (tabloid Demo’s) di jalan Pelanduk. Waktu itu kami tidak punya
komputer. Sewaktu adik laki-laki lulus di Teknik Informatika ITS tahun 1997, beliau merelakan
satu komputer PC-nya untuk dibawa oleh adik saya.
Kak Jaya punya banyak
teman yang loyal dan keluarga yang menyayanginya. Andaikan keadaan normal
seperti dulu, pasti banyak yang datang melayat. Yang tinggal di luar kota
bahkan rela datang untuk memberikan penghargaan terakhir kepadanya dan
keluarga.
Alhamdulillah yang datang melayat masih cukup
banyak, mereka datang menggunakan masker. Kebanyakan hanya datang sebentar lalu
pulang setelah berdoa dekat jenazah.
Ketika Babinsa[1] (Bintara Pembina Desa) mengumumkan dari pengeras suara dari masjid dekat rumahnya tak ada shalat Jumat berjamaah, kami bersiap shalat jenazah di rumah. Tak dinyana, warga tetap menyelenggarakan shalat Jumat berjamaah dilanjutkan dengan shalat jenazah berjamaah. Banyak juga yang mengawal iring-iringan jenazah.
Jujur saja, perasaan saya
campur aduk. Tak tahu hendak berkata apa karena imbauan untuk tak berkumpul
termasuk dalam beribadah sudah berulang kali diserukan. Rasanya semua di luar
kendali. Walau dalam bayangan saya, ada idealisme dalam Cara
Menyikapi Musibah Kematian di Masa Pandemi Covid-19, hal yang seperti ini
tentu tak bisa saya atur.
Saya yang tak ikut ke masjid
karena mematuhi seruan pemerintah dan ulama benar-benar speechless tapi sudah
jatuh takdir seperti itu. Sepertinya sudah menjadi “rezeki” kakak sepupu juga
disalati banyak orang. Ketika kakak ipar terlihat bahagia jenazah suaminya disalati
dan diantar banyak orang, saya ikut bahagia melihatnya.
Kesedihannya yang
mendalam terlihat dari seringnya dia menangis ketika mengingat almarhum
suaminya, terganti dengan keceriaan ketika bercerita mengenai perhatian para pelayat
dan keluarga serta teman yang menelepon dari berbagai kota di Indonesia. Masya
Allah, saya ikut bahagia untuknya.
Hanya bisa berserah diri
dan melakukan perlindungan diri maksimal. Semoga Allah melapangkan makam kakak
sepupu dan menjaga kami dari wabah Covid-19 ini.
Makassar, 13 April 2020
Baca juga:
- Kisah 17-an: dari Assessment, Keranjang Bolong, Hingga Kuburan
- Corona dan Orang Tua Kita
- Corona: Penyakit Kritis Hingga Mutasi
- Menyikapi Virus Corona: Mereka Masih Bersikap Sama
- Secarik Kisah Pertemuan dengan Pejuang Berantas Corona di Lapangan
- Pentingnya Empati dalam Mengungkapkan Amarah
- Kunyit Putih dalam Pindang Ikan
[1]
Babinsa merupakan anggota TNI yang memiliki tugas menjaga pertahanan dan
keamanan nasional. Babinsa bertanggung jawab atas pelaporan dan pengawasan
kondisi demografi, kondisi sosial masyarakat yang berdampak pada pertahanan
keamanan nasional. Sumber: https://nasional.tempo.co/read/583477/babinsa-tugas-dan-tanggung-jawabnya/full&view=ok,
diakses pada 13 April 2020 pukul 13:14 WITA.
Share :
Wabah ini sudah menggoncang penduduk dunia. Kita seolah tak berdaya oleh makhluk kecil yang tak keliatan. Semoga segera berakhir dan kita semua sehat dan aman
ReplyDeleteAamiin. Semoga kita semua sehat ya.
Deleteaku juag suak bingung ketika warga gak mau nurut dg hombauan pemimpin. masih saja ada yang berkerumun , masih saja yang solat jumat . jadi kapan terhenti mata rantai ini kalau begini
ReplyDeleteIya, imbauan pemimpin juga ulama. Mengapa ya masih ada yang tidak peduli dengan seruan MUI. Tidak sembarang orang yang duduk di MUI. Mereka punya kapasitas yang tidak biasa.
DeleteKalau kakak sepupu ini bukan karena Corona, Mas.
ReplyDeleteBerita kematian apapun penyebabnya yang terjadi di zaman sekarang ini, semuanya menjadi lebih menyedihkan, ya.
Turut berduka cita ya, mba. Memang tak mudah kalau ada berita duka cita di masa pandemi seperti sekarang, meskipun meninggal bukan karena Covid_19
ReplyDeleteBaik banget ya almarhum Kak Jaya ini. Ku ikut seneng masih banyak yang melayat. Semoga keluarga yang ditinggalkan diberikan kesabaran dan kekuatan. Aamiin
ReplyDeleteSedih banget aku bacanya..
ReplyDeleteSusah ya kalau misalnya ada kabar duka disaat pandemic begini, gak boleh melayat.
Semoga saja pandemic ini segera berlalu ya mba.
Innalillahi wa Inna ilaihi Raji'un, turut berduka Kak Niar, almarhum kakak orang baik yang mengantar ke pemakaman banyak walaupun masa seperti ini..stay healthy ya kak sekeluarga
ReplyDeleteSubhanallah. Saya juga khawatir mendengar kabar kematian di kala wabah bgini walau bukan karena wabah. Karena nanti bgmn beekumpul untuk sholat dan memandikannya? Ya Allah mudahkan kami.
ReplyDeleteIni aja saya sudah beberapa kali mendengar kabar kematian, satu diantaranya orangtua teman
Inna lillahi wa inna ilaihi rajiuun
ReplyDeleteInsyaAllah almarhum husnul khatimah ya mba.
Beliau tampaknya orang baik...
Semoga mendapat tempat terbaik di sisi Allah amiin
Semoga almarhun khusnul khotimah. Diantara kesedihan yang sedang menimpa, terbersit juga kebahagiaan karena perhatian dari sanak saudara dan kawan pada almarhum
ReplyDeleteInnalillahi wainnailahi radjiun mba. Ikut sedih mba membaca kisah ini. Bener mba aku mendapat kabar meninggal kondisi gini tuh ya ikutan sedih. Smoga Allah lindungi kita semua ya. Sehat sehat
ReplyDeleteInnalillahi wa inna ilaihi rojiun.
ReplyDeleteTurut berbelasungkawa yg sedalam-dalamnya.
Memang benar Kak, meninggal di kala pandemi begini rasanya.... Bagi keluarga ya terutama. Pasti berbeda dengan hari-hari kemarin. Semoga keliarga beliau diberikan kekuatan.
Turut berduka cita ya mba. Semoga keluarga diberikan kesabaran begitupun dengan istri dari almarhum.
ReplyDeletesenang ya kalau kerabat dekat didoakan oleh banyak orang :)
Innalillahi wa inna ilaihi rojiuun, turut berduka buat kakak sepupu ya mba.
ReplyDeleteOrang terlihat kebaikannya ketika dia meninggal. Meski sedang pandemi, dan ada himbauan pun, orang tetap aja takziyah dan menyalatkan jenazahnya. Masya Allah, semoga almarhum husnul khotimah
Turut berduka cita mba :"(
ReplyDeleteKemaren di komplekku ada yg meninggal 2 orang kakak adik malah. Tapi yg nyelawat dikit :(
Tetanggaku padahal huhu
Memang miris, ketika mendengar kematian saat pandemi begini. Pertanyaan pertama memang, seberapa banyak org yg ikhlas mensholati dan mengantarkan almarhum je kubur? Itupun sempat jadi bahasan saya dan teman2 kerja, mbak
ReplyDeleteTurut berduka cita mbak...
ReplyDeleteAlhamdulillah ya disalatin dan diantar banyak orang, meski sedang dalam kondisi begini... Terharu bacanya...
Innalilahi bener banget mba meski bukan karena corona tp tetap menyedihkan yah karena memang masanya spt ini :( semoga keluarga yg ditinggalkan diberi ketbahan aamiin
ReplyDeleteInna lillahi wa inna ilaihi rajiuun, turut berduka cita ya Mbk, kondisi emang tidak seperti dulu ya, semoga keluarga yang ditinggalkan diberikan ketabahan dan kesabaran.
ReplyDeleteItu yg saya takutkan, Mba dalam kondisi begini. Dikala kita meninggal ga banyak yg mengantar kita. Ga banyak yg shatin kita. Sediiih. Apalagi klo emang meninggalnya krn covid.. duuh.. ga kebayang deh.
ReplyDeleteIkut berduka cita yang sedalam-dalamnya, kak Niar.
ReplyDeleteSemoga Allah melapangkan kuburnya dan mencatat kebaikannya sebagai mati syahid di jalan Allah.
Pertanda orang yang sangat baik ya Kak Jaya ini, sampai-sampai masih banyak orang yang takziyah dan mengantarkan beliau ke tempat peristirahatannya yang terakhir.
ReplyDeleteSaya juga khawatir akan berita kematian di tengah situasi pandemi Covid-19 seperti saat ini. Sedih membayangkan jika hanya sedikit pelayatnya, dishalatkan oleh beberapa orang saja, hiks.
ReplyDeleteTurut berduka cita ya, Mbak. Semoga istri dan anak-anaknya tetap kuat untuk melanjutkan hidup tanpa suami/ayahnya..
Memang bukan hal yang mudah mengalami kedukaan di tengah wabah corona. Ibaratnya kesedihannya jadi ganda. Alhamdulillah semua dilancarkan ya mbak prosesi pemakamannya. Semoga alm. Husnul khotimah dan keluarga diberikan keikhlasan...aamiin...
ReplyDeletebanyak yang bersedih karena pandemi ini, kita harus selalu berdoa agar pandemi ini segera berakhir aamiin
ReplyDelete