Ceritanya, saya memesan pisang ijo untuk buka puasa.
Satu paket berisi 3 pisang ijo dengan harga yang murah, sangatlah menggiurkan.
Saya hitung-hitung cukuplah buat buka puasa kami seisi rumah. Kebetulan masih
ada sisa kolak kemarinnya jadi dengan tambahan 6 pisang ijo, sangat-sangat
cukup untuk buka puasa seisi rumah.
Saya menganulir pilihan lain yang muncul di benak
karena tawaran harga yang menggiurkan. Soal rasa, belum diketahui, namanya juga
baru pertama kali mencoba membeli di merchant ini. Beberapa kali
coba-coba beli makanan, saya tak kapok. Saya pikir semuanya sama saja.
Setidaknya rasa dari makanan yang mereka jual standard.
Saya pun bukan orang yang rewel soal rasa. Rasa yang
standard sudah cukup enak. Kalau sudah cukup enak, tak ada alasan untuk tak
puas. Kecuali kalau layanannya mengecewakan. Di mana-mana ya begitu ya,
terkadang kita rela membeli sesuatu yang lebih mahal harganya asalkan
pelayanannya bagus daripada membeli yang lebih murah tapi pelayanannya buruk.
Bagaikan
Terjebak dalam Situasi Tak Terduga
Tak lama kemudian sang driver yang
dinanti-nanti kedatangannya muncul. Cepat saja karena memang letak merchant-nya
hanya sekira satu kilometer lebih dari rumah kami. Saya pun segera menyambut
bawaan pak driver dan membawanya ke ruang makan.
Namun kecewanya saya ketika melihat isi dari
masing-masing kemasan yang saya pesan hanya 2 pisang ijo. Harusnya tiga, kenapa
cuma dua? Koq bisa ya merchant-nya seceroboh ini? Duh, rasanya
seperti ditipu.
Katanya isinya 3. |
Andai si empunya merchant menelepon dulu
mengabari kalau isi kemasannya dikurangi, tak mengapa. Janganlah membiarkan
pembeli merasa bagaikan membeli kucing dalam karung.
Apakah tidak terpikir ya sama si pemilik merchant kalau
pembeli yang kecewa besar kemungkinan tidak akan kembali lagi membeli di
tempatnya? Ini bukan soal rasa atau harga lagi melainkan soal kepercayaan!
Alasan
Memberi Makanan yang Berbeda
Saya langsung mencari form pengaduan di
aplikasi ojek online. Pas, pada pilihan isian ada yang sama dengan kasus
yang saya alami. Saya tunggu hingga satu jam lamanya, tak ada respon dari pihak
aplikasi maka saya mencari nomor kontak merchant yang bersangkutan di
aplikasi. Ketemu dan alhamdulillah-nya, aktif!
Bicaralah saya dengan seorang ibu, “Satu jam yang lalu
saya pesan pisang ijo, Bu. Tapi kenapa yang tiba cuma dua ya isinya padahal di
aplikasi ditulis tiga? Apa memang cuma dua?”
“Oh, maaf, Bu, dikurangi jumlahnya karena mahal ki harga
pisang, naik harganya. Maaf ya, Bu,” ucap perempuan di ujung sana.
Ternyata isinya cuma 2. |
“Tidak apa-apa, Bu. Tapi tolong dikoreksi yang di
aplikasi, ya,” ucap saya. Saya senang si ibu itu langsung meminta maaf dan
menyampaikan alasannya.
Saya mah orangnya
gampang luluh. Standard
bahagia saya pun sederhana. Di samping itu, saya maklum saja sih.
Kemungkinannya modalnya tidak cukup makanya dia mengurangi harganya.
Drama Ojek Online yang Semoga Jadi Pelajaran
Sekira 4 jam kemudian barulah ada respon dari pihak
aplikasi. Ada email permintaan maaf masuk dan meminta saya menjelaskan lebih
rinci lagi mengenai kejadiannya dan meminta saya mengirimkan bukti-bukti berupa
foto struk dan foto makanannya.
Emailnya langsung saya balas dengan mengatakan bahwa
saya sudah berbicara dengan empunya merchant dan yang bersangkutan
menyatakan akan mengoreksi menu di aplikasi. Tak lupa di email saya lampirkan
bukti foto makanan dan screenshot menu di aplikasi.
Dengan cepat email saya berbalas. Isinya sama saja,
meminta penjelasan dan foto. Duh, lelah haha. Saya katakan kalau saya sudah
jelaskan pada email sebelumnya dan meminta customer service untuk
membacanya dan melihat lampiran yang saya kirimkan supaya saya tak perlu
menjelaskan berkali-kali.
Ini semacam drama juga mendapati customer service yang
menyuruh mengulangi hal yang sudah dijelaskan hehe.
Support dari penyedia aplikasinya keren. |
Sekira sejam kemudian, masuk lagi email dari aplikasi
yang menyatakan permintaan maaf dan bahwa mereka sudah memberi tahu pihak merchant
juga untuk mengoreksi aplikasinya. Syukurlah, pihak penyedia aplikasi
sangat memperhatikan hal-hal serupa ini jadi bisa push para merchant-nya
untuk lebih peduli terhadap bentuk pelayanan secara online.
Kan sama saja
ya, kalau secara dunia nyata, kalau ada perubahan di dalam penyajian menu,
pasti disampaikan kepada pembeli, begitu pula pembelian secara online. Merchant
harus menyadari ini supaya sama-sama nyaman. Semoga tidak terjadi lagi
kesalahan yang sama kepada customer berbeda. Semoga tak ada lagi drama
ojek online yang tak enak.
Makassar, 10 Mei 2020
Share :
Jualan online memang tak semudah yang dibayangkan.
ReplyDeleteHarus memikirkan dan harus sering update dengan apa yang tertera di daftar online.
Pokoknya ribet deh. Apalagi bagi yang awam atau yang baru terjun.
Mikirin offline saja sudah kelimpungan
Yang penting sama-sama memaklumi.
Hm iya sih. Kayaknya merchant-nya masih kagok ya, tidak ngeh. Semoga saja setelah ini dia lebih hati-hati.
DeleteWah kita sama nih mba. Sekesal2nya kita pada suatu hal, sekalinya yang bersangkutan minta maaf masalah langsung selesai.
ReplyDeleteDuh kangen pisang ijo. Di sini jarang ada.
He he iya Bang Day. Saya salut sama orang yang mengakui kesalahannya dan mau merendahkan diri untuk meminta maaf. Sikap yang harus dihargai.
DeleteAssalamu alaikum kak niar... lama tdk bersilaturahmi d blog kak niar. Alhamdulillah kalau d respon ji sama pemilik merchant dan cs aplikasinya. Yahhh walaupun kecewa krn tdk sesuai dgn yg kt pesan
ReplyDeletePernah aku gitu juga mba, antara gambar yang dipamerkan dengan realita produk ternyata beda 180 derajat. Lha aku pesan ayam bakar dapatnya ayam lecap. Rasanya? Aduhhh gak semempesona di gambar haha
ReplyDeleteHahaha seru kak tapi apresiasi lho.karena nggak semua orang bisa mengakui kesalahannya .
ReplyDeleteAlhamdulillah, masalah kalau dibicarakan baik-baik dan dengan kepala dingin, akan ketemu juga jalan keluarnya ya, Mbak. Begitu lebih baik daripada tiba-tiba membuat postingan di media sosial lengkap dengan screenshot percakapan. Padahal belum pernah berusaha untuk konfirmasi. Di luaran tuh banyak yang begitu. Sayang ya, nggak mau tabayyun dulu.
ReplyDeleteAku pernah ngalamin juga mba, tapi mau marah gimna ya , kasihan aku juga liatnya karena aku fikir positfnya mungkin si driver lelah sampe g fokus dan kadang bayangin kalau posisi it di saudara kita sndiri kasihan kan , tapi emng lebih enak jalan sendiri sih kk ya kalau mau jajan mah jadi lebih puas🤗
ReplyDeletesama, aku pernah ngalamin dan langsung protes aja, dripada ngedumel sendiri tak tentu arah. Klo portes ktia bisa jadi tahu apa yang terjadi
ReplyDeleteAku belum pernah ngalamin bund
ReplyDeleteMasih aman ini soal urusan pengantaran makanan. Nah kalau soal pengemudi sok tau arah dan akhirnya nyasar pernah sekali wkakaka. Padahal uda aku kasih tau jalannya lho. Hmmm si driver ngeyel.
pernah neh gue kaya gini.. telepon deh ke restonya.. ya walaupun supirnya harus balik lagi nganterin makanannya..
ReplyDeleteAduuh, parah banget kalo sampe makanan yg diterima nggak sesuai dengan yang di aplikasi. Saya pernah juga kecewa tapi saya malas komplain. Tapi saya kasih bintang 3 doang buat merchant nya
ReplyDelete