“Kalau Kak Niar lewat blog, mungkin
saya lebih banyak
ke model seperti ini sekarang, Kak.
Bosan juga anak-anak
kalau direcoki dengan tugas.
Psikologinya juga perlu
diperhatikan. Mereka dalam fase ini
saya yakin
tidak nyaman tinggal dan terkurung
di rumah,”
ucap guru sejarah yang lebih banyak
membawa dirinya
dengan nama PERMATA HATI ini.
Saat membaca pesan usai
bincang-bicang kami sore itu, saya merasa terkesan. Tak banyak guru yang mau
bersusah-payah menggunakan metode berbeda dalam menjalankan tugasnya di masa
pandemi ini. Banyak masalah dalam dunia pendidikan sebab keadaan ini
mengejutkan semua pihak. Tak banyak yang dengan cepat berpikir kreatif dan
inovatif seperti Permata Hati.
Ketika sudah tayang di channel-nya,
siapapun bisa mengaksesnya. Beberapa tema sudah diselenggarakan, seperti
Belajar Bahagia di Tengah Pandemi Covid-19,
Bimbingan Konseling Masa Pandemi Covid-19,
Kartini Masa Kini, Kreativitas Remaja Milenial, dan Nulis Puisi, Siapa Bilang
Sulit?
Para siswa diminta hadir
saat streaming berlangsung dan berinteraksi dengan nara sumber dengan
memberikan pertanyaan atau tanggapan. Kalaupun tak bisa menyimak langsung,
siswa bisa menyimaknya ketika dia sempat.
Mengapa
Memilih YouTube Sebagai Media Belajar Siswa SMK?
Ketika pertanyaan mengapa
memilih youtube sebagai media belajar ini saya ajukan via Whatsapp, Permata
Hati memberikan penjelasan sebagai berikut:
1. Sebagai
alternatif/variasi model belajar pembelajaran
jarak jauh.
Harapannya adalah agar
anak-anak tidak jenuh dengan cara belajar yang sama. Mengingat kondisi belajar saat
ini yang berubah drastis, di mana siswa terkurung di rumah dan tidak bisa ke mana-mana.
“Pasti bukanlah hal yang mudah bagi anak-anak maka saya tidak ingin menambah beban,” ucap Permata Hati melalui pesan suara.
Anak-anak membutuhkan
variasi cara belajar mengingat keadaan mereka yang juga dalam tekanan terkurung
di rumah, tidak bisa ke mana-mana. Ditambah beban ekonomi keluarga dengan kondisi pekerjaan otang tua yang
berubah drastis, hal ini juga sebagai usaha Permata Hati untuk mengurangi beban siswa.
2. Menanggapi curhat dari beberapa siswa mengenai
tekanan keluhan.
Sejumlah siswa
mengeluhkan adanya guru-guru yang mengajar hanya sekedar memindahkan tempat
mengajar dari sekolah ke rumah. Memberikan tugas begitu banyak tanpa melihat
kondisi psikologis anak-anak.
Otomatis hal ini membuat beban
belajar anak bertambah dari beban belajar sebelumnya, ditambah lagi cara guru
yang kadang-kadang memberikan tugas
dengan menggunakan dead line padahal banyak tugas mata pelajaran
lain yang harus diselesaikan oleh para siswa.
3. Penasaran
memanfaatkan YouTube setelah belajar menjadi host, live bersama Nagita
Slavina di channel YouTube Sekolahmu.
Ibu Mauren sosok guru
pembelajar yang tak segan mempraktikkan hal yang baru dipelajarinya. Apalagi
setelah itu pihak Kampus Guru Cikal dan tim Sekolahmu memberikan panduan pembelajaran
jarak jauh (PJJ). Yaitu bahwa dalam melaksanakan pembelajaran daring perlu
melihat beberapa hal yang diistilahkan dengan PEMBELAJARAN 5 M, dengan melihat
hal-hal berikut:
💚Memanusiakan hubungan.
💚Memahami konsep.
💚Membangun keberlanjutan.
💚Memilih tantangan.
💚Memberdayakan konteks.
4. YouTube
bisa diakses siapapun.
YouTube bebas diakses dan
ditonton oleh siapapun, sekalipun tak memiliki akun YouTube. Siapapun bisa juga
belajar dari tayangan YouTube tanpa menyimak siaran langsung. Harapannya jika siswa
tidak sempat pada saat tayangan langsung karena kendala teknis maka mereka bisa
menontonnya pada waktu lain.
Episode ketika saya menjadi salah satu
nara sumber tentang R. A. Kartini.
5. Guru
harus kreatif agar siswa tidak bosan belajar.
Alasan lain dari Permata
Hati, penggunaan YouTube merupakan bentuk kreativitasnya dalam menggunakan
media belajar lain selain buku. Menurutnya materi yang diajarkan tidak hanya
sekedar materi dari buku tapi bisa menyesuaikan dengan kondisi saat ini.
6. Anak-anak
sekarang akrab dengan YouTube.
Anak-anak jaman now
sering mengakses YouTube. Hampir setiap hari mereka mengakses YouTube. “Daripada
mereka melihat hal kurang bermanfaat di YouTube mending dimanfaatkan pada hal positif,”
ujar perempuan berkacamata ini.
Selain itu, keistimewaan
YouTube adalah adanya penawaran menarik dari para provider yang
memberikan paket kuota gratis atau unlimited menggunakan YouTube. Jadi
tak memberatkan siswa jika dia membeli paket gratis YouTube.
Saya setuju, dengan
demikian anak-anak melihat contoh pemanfaatan YouTube untuk hal positif, bukan
sekadar tayangan hiburan seperti prank yang dibalut dengan istilah social
experiment.
Memaknai
Peran Guru
Dalam percakapan
panjang kami via Whatsapp, saya menangkap bagaimana Permata Hati memaknai peran
guru yang begitu filosofis. Sekali lagi, tak banyak guru yang melakukan hal
ini. Berikut saya resumekan bagaimana Permata Hati memaknai peran guru.
1. Memanusiakan
hubungan.
“Memanusiakan
hubungan”, salah satu point penting dalam sistem pembelajaran jarak jauh
beberapa kali disinggung oleh Permata Hati dalam percakapan kami via Whatsapp.
Baginya, hubungan antara guru dan murid bukan hanya sekadar hubungan kerja
karena profesinya sebagai guru, melainkan lebih daripada itu.
“Ketika mengajar, kita perlu memahami kondisi psikologis anak, memahami kondisi orang tuanya, fasilitas yang digunakannya dalam pendidikan jarak jauh. Harus tahu kondisi setiap anak berbeda maka perlu membangun hubungan baik dengan kondisi orang tua,” ujar Bu Mauren.
Menurutnya, para siswa
itu tak hanya mempelajari 1 mata pelajaran jadi perlu membina hubungan baik.
Hal ini disebut dengan “memanusiakan hubungan”.
“Mereka berada pada fase kritis dan tekanan keadaan. Stres (karena) terkurung dalam rumah. Mereka membutuhkan variasi belajar tanpa harus dibebani tugas.”
Disebutkan oleh Bu Mauren
bahwa berkomunikasi dengan orang tua secara intens perlu dilakukan, termasuk
mencari tahu apakah HP yang dipergunakan milik orang tua atau milik anak
sendiri. Kalau milik orang tua, kapan HP-nya bisa digunakan untuk kegiatan
belajar.
Memahami kondisi
psikologis siswa juga bisa sebagai pendengar curhat para siswa yang
bahkan tak ada hubungannya dengan bahan pelajaran yang dia berikan. Jenis
materi yang kekinian pun menjadi salah satu pertimbangan Bu Mauren.
2. Menggunakan
metode/media yang bervariasi.
Menurut Bu Mauren, belajar
dengan anak tidak harus dari sumber buku saja. Harus pula diperhatikan bahwa
menggunakan metode atau model yang
ingin diterapkan, perlu dipikirkan dulu sebelumnya apakah cocok buat siswa.
Bisa saja satu model cocok untuk siswa tertentu tapi tidak cocok untuk anak
lain.
Selain itu, jika satu
metode atau media cocok pada satu kelas namun belum tentu cocok diterapkan di
kelas lain.
“Pintar-pintarnya kita menyesuaikan. Kita harus pahami konsep yang digunakan, materi yang diajarkan. Harus pula dilihat kondisi psikologis, kondisi di rumah, dan kondisi orang tua,” kembali Permata Hati menekankan pentingnya memperhatikan kondisi psikologis anak.
“Tidak ada satu pun metode atau
media belajar
yang paling cocok dan paling pas.
Buat saya
semua media itu bisa digunakan yang
penting
pintar-pintarnya kita menggunakan
metode yang
disesuaikan dengan kondisi anak,” imbuh
Bu Mauren.
Selain YouTube, digunaka
juga platform lain yang bisa diakses gratis kuota oleh para siswa. Salah
satu yang dipergunakan adalah Quipper School. Penggunaan YouTube awalnya hanya
untuk upload video kegiatan sekolah.
Setelah belajar menjadi host
live bersama Nagita Slavina di Kampus Guru Cikal pada channel Sekolahmu, dirinya
melihat belajar via YouTube bisa menjadi alternatif menarik yang justru setiap
harinya ide bermunculan untuk mengangkat tema kekinian yang sesuai konteks hari
ini dan sesuai dengan masa pandemi Covid-19 ini.
3. Sepenuh
hati menerapkan 5 M.
Bukan hanya satu kali
mengucapkannya, 5 M dibahas lagi oleh Bu Mauren. Saya melihatnya sebagai
penekanan yang tak boleh diabaikan dalam pembelajaran daring sehingga bisa
menjadi solusi yang baik.
“Penting mengapa kita
perlu menggunakan 5 M dalam pembelajaran jarak jauh, salah satunya memanusiakan
hubungan, melihat kondisi psikologis, dan membangun komunikasi dengan orang
tua. (Juga memperhatikan) apakah media yang kita gunakan cocok buat mereka,”
ucap Bu Mauren lagi.
4. Refleksi
dan evaluasi.
Menurut Bu Mauren,
mengajar itu tidak selalu dengan memberikan materi melalui buku saja. Dirinya tidak
ingin sekadar “memindahkan sekolah ke rumah”. Metode-metode lain bisa dipilih,
seperti nonton baik streaming atau bukan, atau dengan mengirim link
bentuk/model lainnya. Setelah itu akan terjadi umpan balik, apa yang para siswa
pahami dan bagaimana menurut mereka.
Pada akhir pekan Bu
Mauren melakukan evaluasi terkait media atau metode yang dia gunakan, pun terkait materinya. Dia mencari tahu apakah ada kendala, apakah
cocok buat para siswa. Di samping itu, dirinya merefleksikan sendiri apa yang
sudah dilakukan untuk perbaikan metode mengajar ke depannya.
“Tiap kali para siswa selesaikan pelajaran atau mengerjakan apa yang saya tugaskan, saya akan merefleksi kembali apa yang mereka rasakan dengan hal tersebut terkait pembelajaran dan apa kendalanya. Dari situ saya akan mengevaluasi cara mengajar saya ataupun metode yang saya gunakan,” ungkap Bu Mauren melalui pesan suara.
5. Bukan
sekadar mengajarkan sejarah namun juga menanamkan karakter pada siswa.
“Mengajar sejarah bukan hal yang mudah Jangankan sejarah dunia, sejarah mereka sendiri mereka tidak tertarik jadi perlu cara atau metode agar anak tertarik belajar sejarah,” papar Bu Maurensyah.
Menurutnya perlu membuat siswa memahami
bahwa sejarah tidak hanya belajar tentang
masa lalu
tapi juga belajar dari masa lalu,
belajar masa kini,
dan belajar masa yang akan datang.
“Dengan belajar dari
sejarah mereka akan menjadi lebih bijak dengan tidak mengulangi kesalahan masa
lalu di masa yang akan datang. Selain itu belajar sejarah juga berarti
menanamkan karakter pada diri mereka,” imbuh Bu Mauren.
Ketika menggunakan platform
Quipper School, Bu Mauren tak sekadar gugurkan kewajiban mengajar. Baginya,
proses belajar-mengajar juga bermakna membentuk karakter siswa. Tiga karakter
yang bisa dibentuk dalam hal ini adalah tanggung jawab, disiplin, dan kejujuran.
Bimbingan dan Konseling di Masa Pandemi Covid-19,
salah satu tema kekinia di channel YouTube Permata Hati
Dalam evaluasi, bisa diketahui apakah para siswa sudah membaca materi secara tuntas atau belum, apakah sudah mengerjakan tugas dengan baik atau tidak. Dirinya mengamati dari ikhtisar platform, misalnya berapa jumlah soal yang dikerjakan oleh siswa, berapa soal yang benar, berapa lama siswa berada di dalam “ruang kelas”, dan siapa saja yang membaca materi dengan baik.
Jika ada yang tak
memenuhi standard, misalnya tidak membaca materi dengan baik maka diupayakanlah
interaksi langsung dengan siswa yang bersangkutan supaya membaca materinya
dengan baik.
Pembelajaran
Jarak Jauh Selama Ramadan
Pembelajaran sekarang ini
menyesuaikan dengan kondisi para siswa saat Ramadan.
Dibuat kesepakatan belajar di rumah, seperti jam berapa memulai karena bisa
saja ada siswa yang terlambat bangun. Bisa saja pembelajaran yang tadinya
berlangsung pagi atau siang dipindahkan ke sore hari, sembari ngabuburit.
Selain kesepakatan dengan
siswa, hal ini juga dikomunikasikan dengan orang tua, dengan menyisipkan konten
Ramadan bagi siswa seperti mengingatkan
puasa, shalat, dan menjaga lisan. Jika ada yang tidak ikut pembelajaran,
dicari tahu mengapa.
“Pembelajaran di masa pandemi ini
menyesuaikan dengan kondisi
sekarang,
bukannya mengejar target
menghabiskan materi,”
pungkas Permata Hati.
Bagi saya ini salah satu
bentuk kebaikan berbagi di bulan Ramadhan. Hakikat berbagi itu kan bukan
sekadar harta, iya toh? Bisa berupa tenaga, ide, informasi, atau senyum.
Bagaimana
Reaksi Para Siswa dengan Model Pembelajaran Jarak Jauh ala Permata Hati?
Saat saya menanyakan hal
ini, Bu Mauren menjawab,
“Setiap anak reaksinya berbeda. Ada yang senang, ada yang kendalanya di kuota, telat bangun, dan fasilitas yang digunakan punya orang tua jadi HP menyesuaikan kapan mereka bisa. Misalnya saat gunakan media Quipper School tidak hanya di jam yang ditentukan, diberikan ruang, waktunya 1 minggu. Selama 1 minggu kalau ada kendala, mereka diminta sampaikan kendala lewat DM di aplikasi atau di WA.”
Menyimak penuturan Bu
Mauren, saya teringat perkataan Pak Muhammad Irfan, S.Pd., M.Pd – Ketua Program
Studi PGSD FIP UNM (Universitas Negeri Makassar) pada diskusi virtual bertajuk Pembelajaran Daring: Solusi Atau Masalah yang berlangsung pada tanggal 28 April lalu.
Menurutnya Pak Irfan,
teknologi bukanlah segalanya dan guru tetap harus memberikan “sentuhan”
selayaknya di dalam kelas. Usaha untuk berinteraksi dengan para siswa itulah,
sampai rela dihubungi secara pribadi adalah “sentuhan” Bu Mauren kepada para
siswanya.
***
“Pendidikan jarak jauh bukan melihat
tren saja,
bukan pula melihat kecanggihan
media, tapi
memperhatikan apakah yang diajarkan
tersampaikan
kepada anak-anak dan mampu diserap
dengan baik,”
pungkas Permata Hati.
Bu Maurensyah, alias
Permata Hati menyatakan ke depannya akan tetap gunakan media YouTube sebagai
salah satu cara untuk berbagi kebaikan
dan inspirasi. Baarakallahu fiik.
Memang, sejatinya the
new normal life saat pademi Covid-19 ini sejatinya siapapun, termasuk guru
memperhatikan hal-hal yang berubah dan mencari solusi untuk menyesuai dengan
perubahan, bukan sekadar “memindahkan” konsep tanpa melihat adanya perubahan,
termasuk kondisi psikologis.
By the way, belajar dari rumah, menggunakan teknologi IT, dalam hal ini Instagram @ramadanvirfest juga dimungkinkan oleh Dompet Dhuafa Sulawesi Selatan. Seperti Permata Hati, DD Sulsel punya banyak ide agar siapapun bisa belajar. Sebut saja kelas Appilajara, Humanitalk, Sedekah Dongeng, dan Ngabubookread. Semuanya menghadirkan nara sumber yang kompeten di bidangnya.
By the way, belajar dari rumah, menggunakan teknologi IT, dalam hal ini Instagram @ramadanvirfest juga dimungkinkan oleh Dompet Dhuafa Sulawesi Selatan. Seperti Permata Hati, DD Sulsel punya banyak ide agar siapapun bisa belajar. Sebut saja kelas Appilajara, Humanitalk, Sedekah Dongeng, dan Ngabubookread. Semuanya menghadirkan nara sumber yang kompeten di bidangnya.
Masya Allah, saya yakin, nama Bu Mauren
akan kekal tersimpan di dalam hati anak-anak didiknya di SMK Darussalam
bagaikan permata hati – seperti nick name-nya, sekekal kesan yang ditinggalkan oleh mereka yang menyimak kelas-kelas yang diselenggarakan oleh DD Sulsel karena telah membuka wawasan.
Makassar, 16 Mei 2020
Tulisan
ini diikutsertakan dalam Blog Competition “Ceritaku dari Rumah” yang
diselenggarakan oleh Ramadan Virtual Festival dari Dompet Dhuafa
Sulawesi Selatan.
Share :
Bener sih mbak, harus gurunya yg kreatif..
ReplyDeleteSoalnya anakku ini SFH, kalo gurunya pas yg asik, mereka juga seneng, kalo pas gurunya yg boring ya mereka boring
Nah iya ya benar itu. Kreativitas itu mutlak dimiliki sama guru jaman now.
Deleteadiku juga dalam kondisi pandemic seperti ini belajar jarak jauh melalui video call atau gurunya meng upload video di Youtube, berharap banget kondisi pandemic ini bisa segera berlalu
ReplyDeleteWah keren ya gurunya.
DeleteMasyaallah, senang dengarnya kalau ada guru yang kreatif dan melek teknologi gini. Berharap banget pengajar yang lain juga punya kreativitas kayak gini agar selama di rumah anak mau dan nggak bosan buat belajar.
ReplyDeleteIya ya Mbak Ratna, senang kita kalau ada berita seperti ini. Makanya saya pengen nulis hehe.
Deleteguru harus pintar2 kasih belajar online yang menarik ya agar anak2 tetap bertahan
ReplyDeleteIya, Mbak. Betul.
DeleteMantab sekali ini Guru SMK ini,menginspirasi dan paham banget akan kebutuhan anak2 milenial jaman now dengan metode pembelajarannya lewat yutub.
ReplyDeleteIni juga, ku udah sebulan apgred
ikutan kelas digitall marketing, metodenya semua di yutub dan live dangdut sana. Seruu dan memang mudah dipahami.
Wuhuu, asyiknya emak satu ini, masih senang apgred wawasan. Bagi ilmunya doong.
DeleteSuka tidak suka kita harus sudah mulai membiasakan diri dengan platform digital, termasuk untuk isu pendidikan
ReplyDeleteBEnar banget, Mbak Indah.
DeleteMasya Allah!
ReplyDeleteSuka banget bagian ini:
“... ketika mengajar, kita perlu memahami kondisi psikologis anak, memahami kondisi orang tuanya, fasilitas yang digunakannya dalam pendidikan jarak jauh. Harus tahu kondisi setiap anak berbeda maka perlu membangun hubungan baik dengan kondisi orang tua,”
Semoga tenaga pengajar terinspirasi dengan inovasi ibu Maurensyah.
Laaf banget sharing mba Niar ini, as always!
Inspiratif ya, Mbak Anna .. saya juga terkesan ...
DeleteAlhamdulillah bisa menuliskannya di sini.
Sebagai orang yang pernah bercita cita jadi guru aku angkat topi buat "terobosannya" guru ini. Teknologi memang nggak bisa dihadang yang ada kita harus menyesuaikan. Good job deh...
ReplyDeleteYes, saya salutnya karena tidak banyak guru yang mau bersusah-payah bikin pembelajaran model begini, apalagi guru mata pelajaran Sejarah.
DeleteNah iya guru memang harus kreatif apalagi di masa pandemi kayak gini temanku ada kok yang akhirnya aktif di YouTube masalahnya nih buruan aku kadang itu ngebosenin
ReplyDeleteWah keren, temannya Mbak Milda.
DeleteEh,maksudnya, Mbak Milda bosan?
Pada akhirnya mayoritas masyarakat harus beradaptasi dengan dunia digital, ya. Bahkan untuk yang gaptek sekalipun
ReplyDeleteIya, harus belajar .... mau tidak mau.
DeleteKeren gurunya, mengikuti perekembangan jaman dengan melek teknologi. Guru jaya itu yg dibutuhkan sekarang, yg kreatif dan melek teknologi
ReplyDeleteIyes, setuju, Mbak.
Deletememang saat ini guru pun harus melek teknologi juga dan ibu gurunya keren bangeeeet sihhh
ReplyDeleteHarus melek ya supaya bisa mengimbangi siswanya.
DeleteMemang youtube sudah saatnya dilirik lembaga pendidikan, balita aja sudah gak bisa lepas dari youtube hehe..
ReplyDeleteNah iya benar ya ... balita saja sudah tahu YouTube hehe
DeleteBener banget saat ini guru tuh jadi kreatif ya mbak dengan adanya seperti ini jadi bisa mengikuti perkembangan yang ada gitu
ReplyDeleteKalau guru kreatif, siswanya pun akan terpicu kreatif ya, Mbak.
Deletebukan cuma buat siswa, tapi model pembelajaran dengan youtube juga disuka mahasiswa. mereka bisa menyimpan materi dan menontonnya kapan saja dibutuhkan
ReplyDeleteKalau buat mahasiswa, pasti lebih disukai, Mbak.
DeleteSAya buat tulisan ini karena saya salut dengan kerelaan Ibu Guru ini bersusah-payah bikin konten YouTube padahal dirinya bukan seorang content creator. Nah sekarang justru jadi content creator berkat pembelajaran jarak jauh.
Channel youtube memang membantu banget untuk pembelajaran daring. Bukan cuma untuk siswa tapi juga untuk mahasiswa
ReplyDeleteDari TK .. anak-anak suka YouTube ya, Mbak .... jadi memang pas buat media belajar.
DeleteZaman sekarang emang harus lekas beradaptasi & jago menggunakan teknologi ya mbaak. Kan happy kalo bisa berbagi kebaikan di rumah saja, bisa dilakukan dengan praktis pula. Keren nih guru SMKnya.
ReplyDeleteBetul sekali, Intan. Bisa jadi sumber kebaikan yang bermanfaat bagi orang banyak yaa.
DeleteKeren ya, guru memang harus kreatif dalam mengadakan kegiatan belajar untuk siswanya. Supaya anak-anak gak stres dan bosan saat belajar di rumah
ReplyDeleteNah iya, salah satu point saya dalam tulisan ini adalah "kreativitas", Mbak, hehe.
DeleteMaasyaa Allaah Baaraakallahu fiikuum kak niar, sebuah tulisan yang menggugah kreativitas.
ReplyDeleteBaru ka mau mencoba aktif lagi ngeblog, dan satu yang selalu menginspirasi adalah blog ta ^^ jazaakillahu khairan, dan ini adalah komen pertamaku lagi setelah sekian lama, haha. Mariki kak.
Masya Allah Mayaaa ... ibu dosen, lama ta' ndak ketemu ya, baik di dunia maya apalagi di dunia nyata. Ayoo ngeblog, ibu dosen dan seorang ibu pula, pasti punya banyak bahan buat di-share hehe.
DeleteBu Mauren kreatif banget ya, memahami generasi sekarang yang lebih gampang membuka YouTube dibanding belajar. Sampai bikin channel YouTube untuk berbagi dan menerima curhat siswa yang bermasalah di masa pandemmi dengan learn from home
ReplyDeleteMasya Allah ya, Mbak Wati, begitu pun pendapat saya.
DeleteKemarin2 anakku yang kelas 6 dan 9 super riweuh dh urusan tugas2 online juga tes2 akhir semester via daring. Guru2 membagikan tugas via WAG, seru juga sih jadi anak2 bikin video, fotoin hasil karyanya dlll. Lama jadi terbiasa. Apalagi anakku paper presentation menggunakan zoom. Canggih teknologi zaman now ya yang penting orangtua support aja :D
ReplyDeleteIn saya Allah akan bermanfaat banget buat hidup anak ya, Mbak, adanya guru yang care, orang tua yang support, juga perangkat yang memadai.
Deletewah iya mba bener lho, guru-guru di era teknologi canggih ini harus kreatif dan inovatif dalam memberikan metode pembelajaran. Salah satunya dengan memanfaatkan platform media sosial
ReplyDeleteSekarang ini masanya bagi yang kreatif untuk mewarnai kehidupan, ya Mbak.
DeleteSayangnya masih banyak guru yang gagap teknologi mbak, adikku anaknya selama pandemi malah dikirimin tugas sama guru 3kali doang karena gurunya nggak paham digital, mengumpulkan materi via WhatsApp saja sudah kewalahan.. kasian memang, disaat begini jadi penting banget guru-guru melek digital ya mbak
ReplyDeleteYah itulah, Mbak. Masih banyak yang tidak soap, tahu2 saja sudah mutlak pakai teknologi. Mau belajar pun kudu dipakai si teknolohginya. Kalau ada yang bisa ngajarin bagus ya, lha kalau tidak, bagaimana bisa maju?
DeleteMasya Allah, sosok guru seperti Bu Mauren alias Permata Hati ini yang dibutuhkan murid. Ga cuma gugur kewajiban memberi tugas ini-itu tetapi melakukan evaluasi berkala. Anak-anak merasa didengar pendapatnya. TOP LAH!
ReplyDeleteMasya Allah, keren ya, Mbak.
DeleteTerima kasih sudah membaca dan menanggapi dengan sangat baik.
Kagum dengan prinsip yang diyakini oleh Bu Mauren ini dalam mendekati siswa ya. Jadi enggak sekadar memberikan tugas trus selesai, tapi lebih kepada tersampaikannya pesan dari sang guru kepada murid.
ReplyDeleteIyes, benar, memperhatikan sisi si anak, tidak egois ya.
DeleteKeren banget idenya Bu Mauren, selalu kagum dengan para pendidik yang berdedikasi seperti beliau, semoga sehat selalu ya Bu aamiin
ReplyDeleteAamiin ya Rabb. Terima kasih Mbak Dew.
DeleteAku punya kenalan guru SMK yg memang rajin bgt share turorial2 selama masa lfh ini, salah satunya gimana supaya klo bikin soal di gdocs ga dicurangi, dan semua diposting di youtube juga
ReplyDeleteWah keren, bagi link-nya dong, Mbak.
DeleteAnak-anak juga belajar dengan menonton video yang dikirimkan oleh Ibu Guru. Di sana, guru menjelaskan selayaknya di kelas, mengucapkan salam, menanyakan kabar anak-anak, jadi berasa sedang berada di dalam kelas. Untuk bungsu, karena masih kelas 2 SD, matematika pun diajarkan dalam bentuk lagu yang dinyanyikan sendiri oleh gurunya.
ReplyDeleteBungsu jadi lebih mudah mengikutinya. Sayangnya, memang belum banyak guru yang melek teknologi, seperti Ibu Maureen ini, ya.
Semoga upaya yang dilakukan oleh Ibu beliau memberikan manfaat yang luar biasa bagi para penerima ilmunya. Aamiin.
Masya Allah keren guru anaknya, Mbak Mel.
DeleteAamiin, semoga berberkah.
Aku merasa sekarang memang guru semakin kreatif untuk bisa menularkan semangat melalui berbagai channel agar banyak ilmu yang diperoleh. Keren ini mba semangatnya :)
ReplyDeleteTuntutan zaman ya, Mbak harus demikian ya.
DeleteSubhanallah, Bu Mauren sangat inspiratif, Mbak Niar. Menurut pengalaman saya mengajar yg cuma sedikit, memang betul bahwa tantangan guru adalah mengembangkan metode yang sesuai siswa agar mereka ga bosan alih-alih baca buku terus. Apalagi bisa memanfaatkan teknologi seperti ini, pas dengan generasi Z yang memang digital native. Semoga sehat selalu dan bisa berkiprah terus untuk pendidikan. Salut juga buat Dompet Dhuafa Sulsel, acaranya kreatif banget dan beragam.
ReplyDeleteAamiin ya Rabb.
DeleteJika guru mampu berkreasi dengan metode dan inovatif maka dia akan jadi guru idaman yang bisa membuat siswanya belajar dalam makna yang sebenar-benarnya ya Mas Rudi. In syaa Allah akan menjadi ladang amal jariyah guru demikian.
Anakku yang masih tk aja suka bosan dengan metode belajar selama 2 bulan ini, makanya aku harus kreatif gimana dia bisa happy belajar. Nah ini kebayang sih kalau anak-anak SMK pasti sama juga dan memberikan metode belajar yang beda bisa jadi semangat untuk mereka. Kan anak sekarang mah gak jauh-jauh sama gadgetnya.
ReplyDeleteNah iya kan ya, pembelajaran jarak jauh mau tak mau harus kreatif gurunya supaya tujuan Pendidikan tercapai.
DeleteMasyaAlloh keren angkat topi nih mba Niar buat Bu Mauren beliau inspiratif banget..setuju loh bukan cuman habisin materinya saja akan tetapi mencapai pada level pemahaman anak..btw anakku ga ada tuh pembelajarabn digital ehehhe bener2 emaknya yang kudu tereak di rumah ngajarin
ReplyDeleteEsensi belajar terpenuhi jadinya ya, Mbak. Anak akan ermotivasi belajar.
Deletezaman sekarang guru dituntut untuk paham teknologi juga ya mbak.
ReplyDeletebelajar via yutub ini enak sih, apalagi misalnya live. jadi anak2 bisa ada sesi tanya jawab juga.
tapi memang butuh kuota yang kenceng
Nah itu dia, mau tak mau perangkat harus memadai ya Mbak.
DeleteAlhamdulillah hal tersebut juga dipikirkan Bu Mauren.
Jadi guru ini susah susah gampang ya mbk. Harus kreatif dan inovatif. Saat seperti ini pastinya semua guru terkendala banyak hal, tapi salut sama guru yang tetap berkreasi. Salah satunya dengan memanfaatkan YouTube
ReplyDeleteJadi guru di masa pandemi tidak gampang memang ya, Mbak.
DeleteMasya Allah Keren ya anak-anak sekarang memang lebih mudah belajar dengan YouTube dengan gerakan dan nyanyian itu bikin mudah menyerap informasi. Salut ada gerakan guru begini.
ReplyDeleteIya kalau anak TK sih ya, pasti senang dengan gerakan dan nyanyian.
DeleteGuru di sekolah anak saya juga mengajar via youtube dan anak-anak suka. Para orang tua juga senang karena mudah diakses dan dapat diulang-ulang jika tidak faham.
ReplyDeleteNah jadi mentuntungkan dan bermanfaat bagi semuanya ya, Mbak.
DeleteSaya rasa emang YT itu salah satu media pembelajaran yang bagus, apalagi kalau yang bikin konten pinter mengemas materi2 yang ingin disampaikan ya mbak. Keren sekali kalau para guru mulai pakai media ini juga buat sharing materi pembelajaran :D
ReplyDeleteNah kalau kreatif, bisa jadi media yang powerful ya YouTube ini.
Deletegutlak mak
ReplyDeletesekarang kalau dipikir-pikir susah kalau tanpa kuota karena memang dibuthkan yang cepat buat akses segala hal, tentunya dengan kebaikan ya mak
Nah iya, pada akhirnya memang butuh kuota.
DeleteSebetulnya, aku memikirkan orang yang tidak memiliki fasilitas untuk mengakses pelajaran-pelajaran tersebut secara online, kak Niar.
ReplyDeleteAdakah jalan keluarnya?
Tapi aku salut banget sama perjuangan guru pada zaman sekarang. Tantangan dan perjuangannya sungguh besar.
Hal itu masih jadi tanda tanya besar, Mbak Len.
DeleteTapi setidaknya guru yang kreatif dan inovatif sudah mencoba menciptakan solusi.
Iya, kak Niar.
DeleteKemarin ada sebuah pesantren yang sampai meminta sumbangan gadget untuk siswa di Kabupaten Bandung, untuk pembelajaran SFH ini.
Salut sama upaya guru sebagai pendidik yang memberikan ilmu serta arahan untuk siswanya kala pandemi.
Inovatif sekali. Enggak banyak lho, guru-guru yang mau bersusah payah kayak gini. Guru anakku termasuk yang mohon maaf memindahkan sekolah ke rumah. Jadi aku merasa wajar kalau Si Najwa ini kurang bersemangat saat mengerjakan tugas-tugasnya yang monoton dan banyak. Salut!
ReplyDeleteBenar, Mbak Damar. Itu salah satu poin saya. Tak banyak guru yang mau repot seperti ibu yang saya ceritakan di sini.
DeleteGuru zaman ssekarang mau gak mau memang harus melek banget internet dan teknologi ya biar bisa keren kayak gini nih, sharing kebaikan melalui yutub,
ReplyDeleteBisa dibayangkan ya! Peran guru kepada siswanya saat pandemi ini sungguh besar. Bagaimana kerjasama antara irg tua dan sekolah harus sinergi ya. Supaya anak2 tetap nyaman belajar dan tdk ketinggalan pelajaran.
ReplyDeleteLebih kreatif dunia pendidikan ditampilkan di youtube. Karena anak-anak jaman sekarang demen lihat gambar.
ReplyDelete