“Setiap tulisan adalah cermin kualitas penulisnya,
karena itu komunitas Kompasianer Makassar mengajak siapa saja yang merasa
penulis atau ingin belajar menulis untuk bergabung bersama kami,” tulis Muhammad
Taufik – admin grup Whatsapp (WA) Kompasianer
Makassar.
Pernyataan tersebut dilontarkan Taufik sehubungan
dengan sharing Mengenal PUEBI Sebagai Fondasi Tulisan di grup WA pada 26 April lalu. Saya setuju dengan pernyataannya. Karena baik disengaja
maupun tidak, siapapun bisa “belajar” kepada seseorang yang sering dilihatnya
menulis dan mengira itulah cara penulisan yang pas padahal dia tidak menulis
sesuai PUEBI.
Jika menyadari diri bisa menjadi orang yang mengambil
peran dalam “mendidik masyarakat dalam berbahasa” maka seorang bloger sebaiknya
belajar PUEBI sekemampuannya. Kak Farid Makkulau yang bernama pena Etta Adil – nara sumber dalam sharing kali
ini menyarankan kami untuk mengunduh Permendikbud 50 Tahun 2015 yang mengatur tentang PUEBI.
Pada saat Peraturan
Menteri ini mulai berlaku, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 46
Tahun 2009 tentang Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan (PUEYD) dicabut dan dinyatakan tidak
berlaku. Jadi, harap diingat ya ... istilah ejaan kita sekarang itu EBI, bukan EYD lagi.
Kalau belum punya,
silakan klik: https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/3/33/Peraturan_Menteri_Pendidikan_dan_Kebudayaan_Nomor_50_Tahun_2015_tentang_Pedoman_Umum_Ejaan_Bahasa_Indonesia.pdf untuk mendapatkan bentuk PDF-nya.
Mengapa perlu dilakukan
perubahan dari EYD ke PUEBI? Dalam tulisan di blognya yang berjudul Apa dan Bagaimana itu PUEBI?, Kak Farid mengutip perkataan Kepala Pusat Pembinaan Badan Pengembangan
dan Pembinaan Bahasa Indonesia – Profesor Dr. Gufran Ali, M.S,
“Bahasa berperan sebagai perangkat dan piranti penting untuk mempersatukan kita, jadi perlu dilakukan penyegaran. Selain mengubah sistem ejaan juga akan kembali dicetak Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) edisi terbaru,” ungkap Profesor Dr. Gufran Ali, M.S.
Mempelajari PUEBI
sekarang sebenarnya mudah karena ada PUEBI Daring yang bisa diakses
sewaktu-waktu di link https://puebi.readthedocs.io/en/latest/. Kak Farid yang telah menghasilkan sejumlah buku, salah
satunya Berkebudayaan Malu-Sehimpun Catatan Budaya Bugis Makassar (Guepedia,
2020) ini mengatakan bahwa inti dari PUEBI sebenarnya adalah:
- Pemakaian huruf (meliputi huruf abjad, huruf vokal, huruf konsonan, huruf diftong, gabungan huruf konsonan, huruf kapital, huruf miring, huruf tebal).
- Penulisan kata (meiputi kata
dasar, kata berimbuhan, bentuk ulang, gabungan kata, pemenggalan kata, kata
depan, partikel, singkatan dan akronim, angka dan bilangan, kata ganti, kata
sandang).
- Pemakaian tanda baca
(meliputi tanda titik (.), tanda koma (,), tanda titik koma (;), tanda titik
dua (:), tanda hubung (-), tanda pisah (—), tanda tanya (?), tanda seru (!), tanda
elipsis (…), tanda petik ("…"), tanda petik tunggal ('…'), tanda
kurung ((…)), tanda kurung siku ([…]), tanda garis miring (/), tanda penyingkat
('')).
- Penulisan unsur serapan.
PUEBI Daring mudah diakses. |
Memang butuh proses
belajar terus-menerus untuk menerapkan menulis sesuai PUEBI ini, Kak Farid pun
mengakuinya. Saya apalagi. Saya baru menyadari kalau penulisan tanda hubung
dan tanda pisah itu ternyata berbeda. Tanda hubung (-) sedangkan tanda
pisah (—), selama ini saya menuliskannya dengan bentuk yang sama saja,
suka-suka.😅
Selain itu, terkait penggunaan
PUEBI, Kak Farid menyarankan untuk menggunakan KBBI (Kamus Besar Bahasa
Indonesia) Daring yang bisa dilihat di: https://kbbi.kemdikbud.go.id/. KBBI Daring ini juga menjadi salah
satu rujukan saya dalam menulis sesuai PUEBI. Ketika menemukan kata yang saya
ragu cara penulisannya maka saya membuka KBBI Daring.
Di rumah kami sebenarnya ada
KBBI berbentuk buku cetakan namun tentunya buku cetakan tahun 2000 sudah ketinggalan zaman sementara bahasa seperti halnya
teknologi, juga mengalami perkembangan. Di sinilah keunggulan KBBI Daring yang selalu diperbarui.
Berbagai buku PUEBI di toko buku. |
Satu lagi bahan untuk
memperkaya kemampuan berbahasa yang disarankan oleh Kak Farid adalah http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/. Selain itu, ada beberapa tulisan di
blog palontaraq.id bisa menjadi bahan bacaan menarik untuk mengakrabkan diri
dengan PUEBI.
Dan yang paling penting
tentunya bukanlah sekadar belajar EBI, menulis sesuai PUEBI itu berarti langsung
mempraktikkannya dalam penulisan, terserah kita menggeluti yang mana, apakah
esai, cerpen, novel, jurnalistik, ataupun blog.
Khusus dalam peran sebagai bloger, jangan sampai kita lupa bahwa core-nya seorang narablog adalah tulisan maka memang sudah tugas kita untuk meningkatkan kualitas tulisan. Di samping itu, jangan sampai kita mengajarkan cara
menulis yang salah kepada pembaca setia.🙈
Makassar, 3 Mei 2020
Baca juga:
- Bagaimana Menjadi Blogger Produktif
- 3 Alasan Mengapa Blog Masih Layak Dipertahankan Keberadaannya
- Blogging on 2020: What’s Next?
- Berkah Ngeblog: Bertestimoni pada TITIK BA, Buku Favorit yang Diterbitkan Kembali
Share :
wah PUEBI ada versi daringnya juga, jadi makin cepat kalau mau mencari bagian yang diinginkan ya, daripada bolak-balik halaman versi cetaknya.
ReplyDeleteKalau KBBI online saya sudah sering akses, kalau yang PUEBI belum
Iya, Mbak ... simple ya, sekaligus memfasilitasi pengguna muda usia.
DeleteSaya blm punya nih buku PUEBI. Kalo KBBI seri terakhir saya punya. Memang utk seorang penulis tak hanya kemampuan menulis yg harus ditonjolkan tetapi kemampuan untuk menulis dgn benar sesuai kaidah baku Bahasa Indonesia juga harus diperhatikan ya, Mba.
ReplyDeleteKalau KBBI akan update terus, Mbak Rita ... seri terakhir akan tergantikan dengan update-nya di seri berikutnya. Hehe.
DeleteAlhamdulilah update pengetahuan lagi untuk pake PUEBI (Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia) udah nggak pake EYD lagi,, Dan bersyukur jga ada PUEBI yg daring
ReplyDeleteIya, alhamdulillah ada PUEBI daring ya jadi memungkinkan untuk selalu belajar.
DeleteSaya masih dalam proses mempelajari EYD. Semakin bagus cara penulisan, menunjukan kualitas penulisnya juga.
ReplyDeleteKarena saya ngeblog sebagai sarana belajar, ya saya terus belajar. Walau saya akui, masih banyak kesalahan dalam penulisan.
Sama, saya pun demikian, Mas Djangkaru ... saya belajar terus, masih saja suka ada kesalahan.
DeleteNah, kalimat terakhir itu yang seharusnya menjadi salah satu tanggung jawab kita sebagai narablog ya, Mbak. Jangan sampai kita secara tak sengaja mendidik pembaca dengan bahasa Indonesia yang salah.
ReplyDeleteSaya juga suka belajar bahasa Indonesia. Mengulik PUEBI, buka-buka KBBI online, dan belajar sekemampuan saya :)
Alhamdulillah ... mari sama-sama belajar, Mba. ^__^
Deletesetuju, makasih banyak info yang bermanfaat
ReplyDeleteTerima kasih sudah mampir, Mbak.
DeleteSetuju mbak Mugniar, siapa lagi yang menghargai bahasa Indonesia jika bukan kita pemiliknya
ReplyDeleteGuru anak anakku bilang, setiap tahun hasil ujian matematika banyak banget yang nilainya 10
Tapi ujian bahasa Indonesia, yang berhasil meraih angka 10 ngga selalu ada
Sedih ya?
Wah, iya .. sedih, Ambu. PAdahal dulu-dulu kita ada saja yang bisa dapat sepuluh ya untuk bahasa Indonesia.
DeletePUEBI KBBI harus ada pokoknya di hp saya. Bermanfaat banget untuk panduan menulis artikel dan novel. Cuma kalau untuk nulis di medsos saya nggak terlalu perhatiin banget sih, biar nggak terkesan kaku. Hehe ....
ReplyDeleteAhsiap, Mbak. Mari kita belajar terus PUEBI dan KBBI. ^__^
DeleteNah masih jadi PR ku nih, entahlah aku malah berpikir saat jadi blogger ya karena aku bisa nulis suka2 aja hehe
ReplyDeleteBisa disambi belajar terus, Kak Uli ... mereka yang piawai menulis pun masih mengakui terus belajar ^__^
DeleteKalau boleh jujur, aku sering merasa miris ketika blogwalking. Sangat banyak blogger yang abai dengan PUEBI. Mungkin karena beranggapan "Blog juga blog gue. Suka-suka gue dong."
ReplyDeleteBtw, ejaan bakunya menurut KBBI 5 itu FONDASI, Mbak. Pakai F, bukan P :)
Wkwkwk sudah saya koreksi, Teh Enno, terima kasih ... panitianya perlu dikasih tahu juga nih hihi.
DeleteWah saya tersenggol nih mba..😁😁 biasanya nulis gaya suka-suka.. perlu belajar lagi tentang Puebi. Terima kasih link-linknha ya mbak..sangat mempermudah saya belajar
ReplyDeletePUEBI itu untuk aturan dasar, Mbak bisa disesuaikan dengan cara menulis suka-suka hehe.
DeletePUEBI memang dasar banget ya, tapi banyak yang sering abai.. (saya juga kadang2 begitu..hehehehe). Padahal kalau diikuti dengan benar pembaca jadi nyaman dan bahasa Indoensia makin berkembang penggunaannya di masyarakat
ReplyDeleteYa ampun mba Mugniar, tulisannya jleb banget sih. Aku kira sebagai blogger malah lebih bebas cara nulisnya, ternyata kita ini penulis, jadi nulisnya ya kudu sesuai kaidah bahasa Indonesia yang benar. Ah makasih banyak pengingatnya ini mbak.
ReplyDelete