Saya mendengar istilah podcast
pertama kali dari Mas Budhi Hermanto –
Ketua Masyarakat Peduli Media (MPM). Saat itu Mas Budhi yang juga dosen ini
menjadi salah satu nara sumber pada acara Penguatan Jejaring Pemenuhan Hak Anak
bagi Forum Media Komunitas dalam Rangka Memperingati Hari Anak Nasional Tahun
(HAN) 2019 pada tanggal 22 Juli tahun lalu.
Telat banget ya saya haha
Mas Budhi menyarankan
untuk mencoba podcast. Saya pun bertanya-tanya pada Raya yang duduk di
sebelah saya. Saya masih blank, anak muda ini pasti update soal
ini. Benar saja. Raya tahu tentang program suara (musik atau perbincangan)
dalam format digital ini dan untuk memanfaatkannya, kita memerlukan internet.
Gambar dari Pixabay. |
Dari Raya yang masih mahasiswa ini pulalah saya tahu
bahwa salah satu blogger yang saya kenal – Firman sudah merambah ke podcast
dan bahwa agar dapat mendengarkan podcast bisa dari aplikasi Spotify.
Waktu terus berbilang, saya keduluan Abby Onety – kawan blogger Makassar sebaya bikin podcast. Abby sudah buat 4 atau 5 episode sementara saya baru upload episode perkenalan beberapa hari yang lalu. Lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali ya, hehe.
Waktu terus berbilang, saya keduluan Abby Onety – kawan blogger Makassar sebaya bikin podcast. Abby sudah buat 4 atau 5 episode sementara saya baru upload episode perkenalan beberapa hari yang lalu. Lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali ya, hehe.
Dorongan untuk memulai
episode podcast makin menguat akhir-akhir ini. Saya menemukan 5 alasan
sehingga menjadi semakin mantap mencoba menjadi podcaster.
5
alasan blogger punya podcast menurut saya adalah
1. Podcast sebagai tempat menyimpan dokumentasi kehidupan.
Bagi saya, mirip mirroring.
Saya punya 2400-an tulisan di blog ini. Sebagian bisa saya olah kembali dan
sebagiannya lagi bisa saya ceritakan kembali di podcast. Masih banyak
orang yang belum membaca semua tulisan saya, ini sebuah peluang menjadikan podcast
sebagai tempat
menyimpan dokumentasi kehidupan.
Siapa tahu tulisan yang
dipindahkan ke dalam bentuk suara “menemukan jodohnya” alias pendengarnya. Tentunya
tidak sama persis apa yang saya tulis, mentah-mentah saya bacakan. Saya akan
melakukan penyesuaian di sana sini supaya layak didengarkan oleh audiens. Semoga usaha saya berhasil hehe.
2. Jangkauan podcast berbeda dengan jangkauan blog.
Sebagian orang lebih suka
membaca, sebagian lebih suka nonton video, dan sebagian lainnya bisa jadi lebih
menikmati mendengar informasi. Spotify sudah lazim menjadi alat pemutar musik
dan mendengar monolog para podcaster. Mengapa tidak saya mencobanya?
Yang banyak mengakses
blog adalah orang-orang yang lebih senang membaca. Dugaan saya, orang-orang
yang tipikalnya pembelajar auditori lebih senang mendengar informasi
ketimbang membacanya. Who knows, ya? Maka, jangkauan penerima pesan yang kita sampaikan
menjadi lebih luas sekaligus lingkup branding menjadi lebih luas.
Podcast saya, episode Perkenalan.
3. Mengasah keterampilan public speaking.
Dengan membuat konten podcast,
kita bisa mengasah
keterampilan public speaking. Menjadi tantangan tersendiri mencoba dunia ini karena orang
yang mendengarkan tak melihat wajah saya, hanya fokus kepada suara. Kalau
intonasi membosankan atau durasi terlalu lama, bisa-bisa yang mendengarkan bosan
dan tak mau lagi mendengarkan episode-episode lainnya.
Episode perkenalan yang
saya buat langsung mendapatkan masukan dari Firman, “Suaranya terlalu kecil,
Kak!” Firman merespon status WA berupa link podcast yang saya buat. Melalui
perbicangan singkat saya jadi tahu apa yang harus saya lakukan kemudian dan
mengambil patokan berapa lama waktu tayang satu episode podcast.
4. Mengasah kreativitas.
Seperti halnya blogger,
seorang podcaster harus kreatif dalam membuat konten. Dunia content
creating memang sangat menantang kreativitas. Membuat hal-hal baru dari
segi konten perlu senantiasa dijajal. Mengasah kreativitas bukan semata untuk
kepentingan konten, melainkan juga untuk kepentingan pembelajaran.
Kreativitas yang terasah
akan memudahkan blogger dan juga podcaster menemukan ide-ide baru
yang segar dan layak menjadi bahan konten. Semakin terasah, semakin mudah
membuat konten.
Pun ketika tiba-tiba
dihadapkan pada tantangan baru, misalnya ada job yang mengharuskan
sesegera mungkin menyetor draft tidak menjadi sulit lagi karena sudah
terlatih berpikir kreatif dalam membuat konten.
5. Peluang baru terbuka.
Hm, ini perkiraan saya,
sih. Bisa jadi dengan mencoba aktif di podcast, peluang baru terkait rezeki berjejaring
dan materi terbuka lebih lebar. Bisa saja, toh? Ah tapi sejujurnya saya masih harus banyak berguru dulu. 😀
Yang jelas, sih, semoga
dengan merambah podcast, jalan lain untuk menebar kebaikan terbentang.
Selama ini dunia menulis dan blogging saya anggap sebagai ladang untuk
menebar kebaikan meraih amal jariyah. Bisa jadi, podcast pun
demikian. Saya melihat peluang itu. Semoga saja setelah episode perdana saya
segera terpicu untuk membuat episode berikutnya. 🙈😅
Makassar, 22 Juni 2020
Share :
aku ud punya podcast dr 2 tahun lalu, cmn blm rutin upload sama blm punya konsep. Btw saya type org yg emang lebih senang dgr informasi..drpd baca
ReplyDeleteIya ya sekarang itu lagi booming tiktok dan podcast. Jujur aku belum kepengen kalau podcast. Lebih senengnya ke you tube. Pengen gitu ya menjajal semuanya tapi sayangnya fokus ke blog ama instagram aja aku udah keteteran apalagi semuanya wkwkwk 😂. Harus belajar dulu sepertinya
ReplyDeleteAku belum punya podcast nih ... Tertarik juga setelah membaca tulisan ini, mau coba juga akh bikin podcast
ReplyDeleteAku tipe yang kurang pede hehe ... Masih tipe yang suka nulis kalau saya, belum sampai merambah ke dunia podcast.
ReplyDeleteAh benar ya, harus punya podcast..
ReplyDeleteDuh aku malah belum mulai mbak
Aku udah lama punya tapi malas update haha..makasih diingatkan kembali
ReplyDeleteAku belum kepikiran sih untuk bikin podcast tapi kayaknya seru juga ya, jadi pengen punya podcast hihi
ReplyDeleteSaya sudah lama banget kepikiran bikin podcast namun selalu tertunda dengan kegiatan yang lain. Baca artikel ini jadi kepikiran lagi buat bikin podcast nih Kak. Jadi blogger harus serba bisa ya. Mengikuti perkembangan jaman.
ReplyDeleteAku sudh mulai tertarik tapi belum mood buat eksekusi nih..belum pede soalnya suaranya cempreng ehehehe
ReplyDeletesaya pengen...tapi gak.PD soal suara saya yg cempreng. kalo pun diedit, lama. dan itu jg rasanya bukan suara saya. wkwk
ReplyDeleteSaya salut sama blogger yang bisa merambah ke segala bidang, termasuk YouTube dan Podcast. Sekarang podcast memang lagi booming ya, Mbak. Bisa jadi sumber traffic ke blog kita juga.
ReplyDeleteSaya blm punya podcast. Tapi ertarik dgn orang2 yg punya podcast nih
ReplyDeleteIya, memang konten audio dan video itu lebih luas jamgkauannya Mbak. Budaya baca masih sangat rendah.
ReplyDeleteMedsos sedikit menaikkannya jumlah orang membaca tiap hari tapi tidak signifikan.
Belum ada kepikiran buat podcast nih mbaak,ndak pd sama suara sendiri nih mbak kendalanya wkwkw tp menarikk banget rasanya kalau denger banyaak blogger yg uda punya podcast masing" hehehe
ReplyDeleteHihi seru juga podcasting, aku juga sedang iseng belajar, nama podcastnya bebasdefinisi :D
ReplyDeleteSekarang podcast memang lagi naik daun, menarik sebenarnya. Cuma kalau saya masih terkendala sama teknis sih. Belum ada lokasi sama alat rekam yang memadai hahaha.
ReplyDeleteLima alasan yang menarik sekali
ReplyDeleteSaya sebenarnya juga sudah lama ingin memounya podcast.
Tapi untuk saat ini sudah terlalu sibuk mengurus dua blog dan cahennel YouTube
Mungkin lain waktu akan mencoba keseruannya bermain podcast