Pukul 5 sore lebih sedikit. Ponsel saya set kembali. Saya matikan plane
mode-nya. Kebiasaan saya memang seperti ini. Saya tidak selalu membiarkan
ponsel saya on atau online selama 24 jam sebab bagi saya, keberadaan ponsel bukan berarti
siapapun boleh menghubungi saya selama 24 jam.
Saya ingin melindungi privasi saya dengan tidak selalu mengaktifkannya. Lagi
pula, bisa boros kuota dan batere kalau selalu on. Begitu pun sore itu,
ketika siap, baru saya nyalakan HP, ingin melihat apakah ada pesan yang masuk
atau tidak.
Begitu setting HP aktif, masuklah panggilan suara. Segera saya
terima. Terdengar suara seorang lelaki. Kedengaran tidak enak, “Bu, saya sudah
di dekat masjid. Saya dari ojek online mau antar kiriman ta’. Di
mana rumah ta’, kah? Ada mi satu jam ini saya keliling-keliling.
Tidak ada juga yang tahu rumah ta’. Saya disuruh telepon ke nomor ini
tapi dari tadi ndak aktif nomor ta’.”
“Kiriman? Kiriman apa, Pak? Maaf, saya tidak tahu kalau ada yang mau
mengirim untuk saya,” setengah mati saya mengingat-ingat tapi saya sama sekali blank.
Saya sedang tidak janjian dengan siapapun hari ini. Tak ada juga paket dari
mana pun yang sedang saya tunggu.
“Nama ta’ Ibu Mugniar? Dari komplek XYZ ini.”
“Iya itu nama saya tapi saya tidak tahu ada yang mau kirim barang. Dari
siapakah, Pak?”
“Oh begitu? Jadi saya kasih kembali mi ini barang ta’?” walaupn
terdengar sopan, suara pak driver terdengar bete.
“Tunggu dulu, Pak. Dekat mi dari masjid. Cari ki’ rumah yang banyak tanaman di pekarangannya.”
Saya batul-betul blank. Saya tak terbayang punya kenalan yang
tinggal di kompleks yang disebut bapak itu. Adik saya sering juga mengirim
paket tapi biasanya dia memberi tahu terlebih dulu. Teman-teman saya pun jika
mengirim sesuatu atau saya yang mengirim sesuatu, pastinya kami janjian dulu
dan saling menunggu.
Dengan janjian maka semuanya akan jauh lebih mudah. Pak driver pun
bisa menghubungi jika kesulitan menemukan alamat rumah. Kalau saya tahu ada
yang mau antar barang, biasanya saya berikan clue seperti nama yang
dikenali oleh tetangga sekitar. Misalnya saya, dikenal sebagai NIAR MARAKARMA.
Kalau nama MUGNIAR saja, dijamin banyak yang tidak kenal. Biasanya dengan
menyebutkan nama kecil dan nama bapak saya, tetangga langsung menunjukkan rumah
kami. Tapi kali ini sama sekali tak ada petunjuk apapun. Tak ada juga pesan WA
yang menyampaikan akan ada barang untuk saya.
Barang apakah itu?
Saya bergegas memakain jilbab dan keluar rumah. Tak sempat lagi mengambil
masker. Jilbab yang saya pakai pun terbalik, baru saya sadari ketika melangkah
di teras. Tak ada waktu untuk memperbaikinya lagi.
Saya bergegas membuka pintu pagar. Hubungan telepon terputus. Duh, apakah
bapak itu marah kepada saya? Untungnya nomor ponselnya ada pada operator yang
sama dengan saya dan untungnya saya punya pulsa jadi bisa meneleponnya. Saya bisa
memberikan arahan hingga akhirnya pak driver tiba di hadapan saya.
Kelihatan orangnya sabar tetapi dia tak bisa menutupi kekesalannya. Dia
masih mengucapkan tanya yang tak perlu dijawab apakan barang itu perlu dia
kembalikan saja. Terbayangkan lelahnya dia. Sejam terputar-putar saja di
sekitar rumah kami sementara rumah orang yang mengirimkan barang berjarak 7
kilometer dari rumah kami.
Kalau saya jadi dia, saya juga akan sama lelah dan kesalnya!
“Maaf, Pak. Andai saya tahu, saya tunggui ki’. Ini sama sekali
tidak ada yang kabari saya,” saya menyampaikan permohonan maaf. Meski tak
merasa bersalah, saya merasa tidak enak dengan kondisi ini. Saya beneran tidak
tahu akan mendapatkan kiriman barang yang rupanya makanan dan minuman.
Anak sulung yang berdiri di samping saya menanyakan nomor HP orang yang
mengirimkan barang. Beberapa kali saya tanya namanya, pak driver hanya
menyebutkan alamatnya. Sungguh saya tak punya bayangan siapa yang tinggal di
kompleks itu.
Pak driver menyebutkan nomor ponsel sang pengirim barang. Daaan,
nomor itu ada di dalam ponsel saya. Tapi memang si pemilik nomor tak pernah mengabari
hendak mengirimkan barang. Sekira 3 – 4 hari sebelumnya sang pemilik nomor mengirim
pesan WA untuk menanyakan alamat.
Ketika saya bertanya apakah dia hendak ke rumah. Dia hanya mengatakan
mungkin tetapi kalaupun tidak, akan ada yang mewakilinya. Ya Allah, ya Rabb,
rupanya kejutan ini yang dia berikan. Sayang sekali saya tidak tahu sehingga
tak menunggui pak driver. Padahal hanya sejam saya matikan ponsel dan
dalam jangka waktu sejam itulah pak driver menghubungi saya.
Dua kali saya tawarkan memberi tip kepada driver, dia
menolak. Saya tak membawa dompet ke luar rumah tadi jadi tak bisa mendesaknya
juga. “Sudah risiko saya, Bu. Ibu kan tidak tahu akan dikirimi ini. Tidak apa,
Bu.”
Berkali-kali saya ucapkan terima kasih. Ujian kesabaran yang dilalui pak driver
saat itu bukan hal mudah. Semoga saja Allah melimpahkannya rezeki berkah yang berlipat ganda bagi driver yang kecewa itu.
Tolong aminkan ya karib dan kerabat.
Makassar, 29 Juni 2020
Sekali lagi, bukan hendak menyalahkan.
Mohon dijadikan bahan pelajaran bagi kita semua.
Baik bagi pengguna jasa ojek online maupun
bagi driver-nya sendiri supaya memastikan
segala sesuatunya akan baik-baik saja.
- Drama Ojek Online Terjebak dalam Situasi Tak Terduga
- Drama Ojek Online: Ketika Titah Alamat Membingungkan untuk Ditelusuri
- Drama Ojek Online: Kejar-kejaran dengan Pak Driver
Share :
Semoga rezeki pak driver semakin lancar dan berkah ya mbaa.. Amiinnn.. Ku salut sama driver ojol yang selalu bekerja tanpa lelah
ReplyDeleteAamiin.
DeleteSemoga rezeki si Bapak itu semakin baik atas kesabarannya menghadapi hal demikian. Yg bisa saya tangkap dr kejadian ini, alangkah baiknya memberi kabar dulu sebelum mengirim sesuatu, takut tidak di rumah / hal2 lain yg merepotkan semuanya ya. Trmksh sdh berbagi kisah ini Kak
ReplyDeleteSemoga driver ojol rezekinya semakin dimudahkan dan tidak mengalami kejadian seperti itu lagi.
ReplyDeleteMemang sebaiknya berkabar dulu sebelum mengirimkan sesuatu, apalagi makanan ya, mba.
Saya juga pernah mengalami drama ojpl tapi yang ini ngakak mbak. Dulu mungkin aplikasi nya masih maintance sampai-sampai malah nyangkut 3 driver sekaligus membeli makanan yang sama. Pada akhirnya di ambil semua dan foto bersama sama ketiga ojol itu.
ReplyDeleteSemoga mas ojol di beri kesabaran yang lapang
Kasian abang Ojolnya sih mba dia hanya perantara buat kirimin barang ke mba tapi mba juga ga tau kalau akan dapat kiriman barang..yah semoga rezeki bapaknya lancar aamiin
ReplyDeleteMashaAllah~
ReplyDeleteBarakallahu fiik...untuk Bapak driver.
Semoga Allah meluaskan rejeki Bapak.
Aku juga pernah gini, kak...
Di sekolahnya anak-anak kan dua pintu yaa...jadi ojolnya setia aja gitu nunggu di pintu depan, padahal aku uda bilang kalau aku nunggu di pintu belakang.
Inisih..murni miss komunikasi yaa..
Are usually give the tip to the driver especially because they have spent so much time outside. Semoga ngga terjadi lagi ya mba biar semua happy
ReplyDeleteSemoga rejeki driver tersebut lancar terus. Selang sejam saja bisa banyak kejadian, ya. Untungnya beliau sabar.
ReplyDeletesaya pernah juga ada drama ojol.. ojolnya yang salah sih, jadi saya ngajukan laporan. cuma ga nyangka aja dia bakal di suspend. ya kasian juga, tapi gimana2 dia yg salah karena sudah jalan padahal aku belum naik. mobilnya bau rokok juga..
ReplyDeletetapi kalo baca ceritanya, driver ini baik banget ya, mbak. mudah2an Allah melipatgandakan rezekinya melalui pintu2 yang lain aamiin
DeleteYaa Allah sabarnya kak niar itu ojek online kodong, mungkin kalau saya balikma heheh tapi jauh juga semoga mendapat pahala atas semua pihak yah kak niar.. aminnn..
ReplyDelete