Begitu banyak masalah
bermunculan. Baik yang memang sudah ada sebelum pandemi dan yang muncul
bersamaan dengan meluasnya pandemi. Kalau mau dipikir semua bisa bikin stres
berkepanjangan.
Kalau sekira 2 – 3 bulan
lalu saya gampang stres terhadap sikap sekeliling menghadapi pandemi. Sekarang
saya tak mau lagi. Bisa-bisa imunitas saya turun padahal kan lagi butuh-butuhnya
imunitas sekarang ini.
“Bukan cuma doktrin, kita
juga butuh stress
release,” kata
kawan saya lagi.
“Iya, saya punya stress
release. Saya cukup dibiarkan menulis saja. Menulis jadi stress release bagi
saya. Kalau ndak menulis saya bisa uring-uringan hahaha,” ucap saya.
Paling asyik memang jika
bisa mengarahkan potensi stres menjadi produktivitas. Saya pernah mengalami,
lagi marah sama anak menjelang tengah malam. Sebenarnya sudah siap-siap mau
tidur tapi saya malah duduk di depan laptop dan mengerjakan satu tulisan.
Bukan tulisan curhat melainkan
artikel untuk dikirim ke koran. Saya pun tidur dengan damai malam itu. Keesokan
harinya, naskah saya kirimkan ke redaksi rubrik Opini Harian Fajar dan tulisan saya dimuat pada hari berikutnya.
Sejak dulu, bagaimana mengelola
psikis,
termasuk manajemen stres, self
healing,
kesehatan mental, dan semacamnya
menjadi topik yang menarik bagi
saya.
Ketertarikan itulah yang membawa
saya
mengikuti sesi coaching di event
Stress Management for Your
Wellbeing
yang berlangsung pada 12 Juni lalu.
Event yang diselenggarakan oleh Insight Indonesia secara
daring melalui aplikasi
Zoom ini difasilitasi oleh Coach Fauziah Zulfitri (Coach Ochy) yang juga sebagai founder Insight Indonesia. Selain Coach
Ochy, ada Coach Yenny Ramli, Coach Fransiska Amir, dan Coach Jihan Afandi.
Dancing with The
New Normal
Dancing with The New Normal
: Coping with Stress - Psychological Perspective adalah
judul materi yang dibawakan oleh Coach Ochy sebelum para peserta
memasuki sesi group coaching. Dalam pengertian saya, “berdansa dengan
kelaziman baru” ini menjadi bagian dari diri kita ketika memasuki masa new normal alias kelaziman baru.
Materi Coach Ochy ini
memaparkan
mengenai stres dalam masa pandemi
dan bagaimana
seharusnya melepaskan stres yang
mengganggu
untuk menjalani masa kelaziman baru.
Apa
Itu Stres?
Definisi stres menurut Lazarus
& Folkman adalah hubungan antara seseorang dengan segala peristiwa atau
kejadian baik berupa tuntutan lingkungan maupun tuntutan internal (fisiologis
atau psikologis) yang membebani atau melebihi kapasitas sumber daya seseorang
dan dapat membahayakan kesejahteraan orang tersebut.
Coach Ochy. |
Stres
dalam Masa Pandemi.
Sebuah penelitian CHDC PPM Management, 2020 menunjukkan,
sebanyak 80% responden mengalami gejala stres selama masa pandemi covid-19,
seperti otot tegang, sakit kepala, insomnia, cemas, khawatir, mudah marah, dan
nafsu makan meningkat atau justru menurun.
Siapa
Saja yang Mengalami Stres dalam Masa Pandemi
Yang mengalami stres ini
bukan hanya pasangan yang sudah menikah (78%), orang yang berstatus duda/janda
(82%), bahkan yang belum menikah (83%) pun mengalaminya.
Berdasarkan kelompok
usia, sebanyak 78% kelompok usia di bawah 25 tahun mengalami stres. Juga
kelompok-kelompok usia lain: 26 – 35 tahun (83%), 36 – 45 tahun (79%), 46 – 55 tahun
(76%), dan 55 tahun ke atas (60%).
Mengenal
Stressor, Moderator, dan Strain
Selain adanya sressor yang
menyebabkan timbulnya ketegangan (strain), dikenal pula faktor moderator
yang bisa membantu atau malah tidak membantu seseorang menghadapi stres yang
dirasakannya.
Zoom meeting, gambar dari Insight Indonesia. |
Faktor
Moderator
Faktor moderator ada 3:
1. Disposisional
Contohnya karakter, kecerdasan, emosional,
dan coping stress.
2. Situasional
Yaitu tuntutan dan dukungan lingkungan,
hubungan dengan orang lain.
3. Sosial
Misalnya kondisi dan budaya
masyarakat, kondisi makro.
Dukungan orang terdekat menjadi salah satu faktor moderator dalam mengelola stres. |
Coping
Stress dalam Manajemen Stres
Coping adalah semua bentuk perilaku dan
pikiran (negatif atau positif) yang dapat mengurangi kondisi yang membebani seseorang
agar tidak menimbulkan stres (Haber dan Runyon (1984).
Coping stress biasanya dilakukan orang ketika
menghadapi stres. Ada yang makan berlebihan, ada yang tak mau makan. Ada yang jadi
produktif dengan menyikat kamar mandi atau masak, dan ada yang menulis. Ada
juga tuh yang coping stress-nya dengan membuat status omelan di
Facebook.
Nah dari contoh di atas, coping
stress ada yang adaptif dan ada yang maladaptif. Coping stress yang adaptif dapat mengatasi sumber stres serta
dapat membantu seseorang dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Sedangkan coping stress yang maladaptif justru dapat menimbulkan masalah
baru.
Coach Yenny dan Coach Chika. |
Coping stress maladaptif yang paling banyak
dilakukan adalah menyalahkan pihak lain yang dituduh bertanggung jawab
memperburuk situasi. Kata Coach Ochy, 1 dari 3 responden dalam sebuah
penelitian CHDC PPM Management, 2020 cenderung melakukan coping stress yang maladaptif, lho!
Nah, menghadapi kelaziman baru atau new
normal,
kita memilih cara yang mana dalam
menghadapi stres
untuk mengeset mindset ,
komunikasi,
atau memimpin orang lain?
Pilihan ada di tangan
kita sendiri.
Kalau mau seperti kami,
yang ikut sesi coaching untuk lebih memperbaiki diri, boleh juga. Untuk
hal ini silakan hubungi Insight Indonesia.
Sesi
Group Coaching untuk Manajemen Stres
New normal adalah hal baru yang harus menjadi
kenormalan baru dan kita terbiasa dengan itu. Menjalaninya, bagi sebagian orang
bisa menimbulkan stres. Kalau ditanya apakah saya stres atau tidak, untuk saat
ini saya tidak stres lagi menghadapi perubahan ini. Saya menyadari pentingnya
beradaptasi secepat dan sebaik mungkin.
Sekira 2 – 3 bulan lalu
... ya, saya sempat stres karena ada hal-hal di luar dan di dalam lingkaran
keluarga besar yang menimbulkan masalah. Namun saya cepat menyadari dan mencoba
menyesuaikan diri. Pengalaman selama puluhan tahun juga mengajarkan saya cara
mengenali gejala stres pada diri sendiri.
Dalam sesi ini, kami
dibagi ke dalam 3 grup. Masing-masing grup didampingi oleh 1 coach. Sebenarnya
saya sedang tidak mengalam stres apapun pagi itu padahal sedang mendapatkan
beberapa stressor sekaligus. Namun rupanya saya punya ganjalan yang baru
saya sadari (lagi) saat sesi coaching berlangsung.
Dan ganjalan itu berpotensi
menjadi besar jika tak saya tangani secepatnya.
Pengalaman pertama menjadi coachee, eksplorasi diri ala Points of You Coaching Game, dilanjutkan dengan pelatihan
Leader
as Coach mengajarkan kepada saya pentingnya keterampilan “membongkar
diri” melalui kata-kata.
Melalui penggalian yang terarah dan pendefinisian yang tepat, di bawah arahan Coach Yenny, level kesadaran diri saya
mengenai ganjalan dalam diri meningkat.
Sebenarnya ganjalan
bernama panic attack yang menguat itu sudah saya rasakan setahun
belakangan dan sudah pernah saya komunikasikan kepada suami. Saya merasakan seiring
pertambahan umur, panic attack itu menguat. Namun saya
sering melupakannya dan baru sadar ketika tiba-tiba berada di dalam kepungan panic
attack.
Gambar dari Insight Indonesia. |
Sempat terbayang
bagaimana ya kalau hal ini tak berhenti dan saya mencapai usia kepala 5, bahkan
kepala 6 atau kepala 7 jika panjang umur? Rasanya ndak elegan deh semakin uzur semakin panikan. Pengennya kan semakin tenang dalam menghadapi apapun.
Nah, hal ini yang makin saya sadari
pada sesi coaching kali ini harus saya atasi secepat mungkin supaya
secepatnya bisa mengantisipasi serangan panik sebelum muncul.
Ah, senang sekali. Masya
Allah, terima kasih ya Coach Yenny, Coach Ochy, dan Insight Indonesia. Dengan arahan yang tepat dan
definisi yang pas, ganjalan yang hampir tertimbun itu mengemuka lagi dalam radar
awareness saya. Itulah berkah sesi coaching kali ini.
Beberapa kawan merasakan
hikmah yang tentunya berbeda dengan yang saya rasakan karena setiap individu
tentunya berbeda latar belakang dan karakternya. Alhamdulillah.
Kalian punya pengalaman
mengelola stres dalam masa pandemi? Cerita yuk.
Makassar, 14 Juni 2020
Jika kalian berminat
mendapatkan pencerahan mengenai mengelola stres diri, metode yang dilakukan
untuk manajemen stress, ataupun langkah manajemen stres di tempat kerja,
atau manajemen stres dalam organisasi, silakan tanya-tanya mengenai IOS - Insight One Solution di akun media sosial
Insight Indonesia.
Insight Indonesia
Alamat: Grand Losari, Jl. Losari
Permai No. 12,
Jl. Tanjung Bunga, Tj. Merdeka,
Makassar
Telepon: 0822-6007-0003
Website:
https://www.insightgroup.co.id/
IG: @insigthgroupID, @fauziahzulfitri_
Facebook: Insight Indonesia
Share :
Wah acaranya sangat bermanfaat ya mba, bisa praktek langsung dlm sesi pertemuan itu ya.. Mengelola stress memang bukan hal mudah tapi penting untuk dilakukan ya..
ReplyDeletesetuju ini, harus ada stress manajemen sama stress release... apalagi menjelang corona kemarin pasti kadar stressnya bs meningkat drastis
ReplyDeleteDimasa Pandemi kaya sekarang, berbagai tekanan kerap bermunculan. Oleh karenanya harus bisa bisa mengelola stress dengan baik ya..
ReplyDeleteKalau dibilang banyak masalah, banyak banget. Tapi kalau dibilang stress, kadang aku mengalaminya sih. Biasanya kalau sudah kepikiran banget tuh jantung berdetak cepat sekali dan tiba-tiba seperti merasakan sakit. Panik nih ya makanya jadi begini.
ReplyDeleteMemang ada aja rasa khawatir karena COVID-19 ini, termasuk khawatir nggak bisa balik ngantor lagi. Tapi yang lebih bikin khawatir bukan itu sih, melainkan kedua orangtua yang ngeyel pengen banget keluar rumah buat kumpul-kumpul bareng teman-temannya. Haiyaaah, hahaha ...
Kadang kita gak menyadari kalo lagi stress. Jadi tahapan mengenali gejala stress juga perlu banget ya. baru deh setelahnya mengelola stressnya. Di masa kayak gini emang rentan stress ya kak. tapi semoga kita gak mengalaminya... Aminnn
ReplyDeletestres bisa menyerang siapa saja. anak kecil dan dewasa lebih baik dikontrol sebelum membesar dan meledak ,
ReplyDeletepanik itu pasti ada pada setiap manusia, namun kita bisa kelolah dengan baik, dan menurut aku ada stress yang baik untuk diri kita supaya , kita berpikir dan kreatif juga
ReplyDeleteMbaa ikutan pelatihan Points of You juga yaa... Wah menarik nih, aku sempet mau ikuikutan tertunda c19. Menej stress menghadapi new normal ini penting bgt yaa... Krn banyak yg ga sadar lagi cemas dan stress di masa2 kyk gini, jd copingnya maladaptif
ReplyDeleteStress di masa pandemi seperti ini memang memiliki pemicu yang kompleks. Berbagai dampak baik itu di sektor pendidikan, ekonomi, dan kesehatan mesti diwaspadai jangan sampai mengganggu kesehatan mental kita. Tinggal di rumah saja, yang mana seperti dihimbau oleh kebanyakan orang bisa memicu stress apabila dilakukan dengan cara yang tidak produktif. Semoga kita bisa menjaga stabilitas mental dalam menghadapi pandemi global ini. Salam!
ReplyDeletehttps://sugeng.id/
ReplyDeleteDi masa pandemi sekarang pemicu stress benar bertambah. Di sektor pendidikan, kesehatan dan terlebih ekonomi menjadi faktor penyebab timbulnya stress. Jangankan karena faktor keuangan, tinggal di rumah saja untuk sebagian orang bisa memicu gangguan mental kalau dilakukan secara tidak produktif. Yah, semoga saja pandemi ini cepat berakhir. Salam!
ReplyDeleteSepertinya saya juga harus belajar manajemen stres ini..
ReplyDeletebeberapa waktu yg lalau saya juga ada ikuti manajemen stress dari instansi lewat zoom mbak,
ReplyDeletestress release yg diajarkan adalah menenagkan diri dengan metode 4-7-8, 4 detik tarik nafas, 7 detik tahan nafas, 8 detik buang nafas sambil mengeluarkan suara aaaaa, lakukan beberapa kali sampe stress hilang
Barokallah ya bun bisa mengikuti kelas zoom ini
ReplyDeleteaku aslinya mau ikutan, tapi karena internet masih ngadat jadi skip
semoga next bisa ikutan kelasnya. Masa pandemi banyak stress nih aku juga
Bukan cuma orang tua murid yang bisa stres, guru juga jika ada yang tidak kooperatif dan mengacaukan sistem belajar dengan perilakunya yang tidak bisa menempatkan diri.
ReplyDeleteLalu orang tua murid lain yang sudah lelah mengahadapi masa pandemi ini ikut terganggu sampai masalah jadi bertambah akibat segelintir kecil pihak orang'tua yang hobi nambah masalah seakan hidupnya kurang masalah jadi harus ditambahin sekalian pada orang lain.
Demikianlah ilustrasi stres dadakan yang terjadi dalam lingkungan belajar di rumah lewat WAG kelas anak saya. Anak yang belajar, ortu yang ikut campur memaksakan kehendak seakan hidupnya kurang belajar.
Lingkungan luar kebanyakan jadi penyebab stres kita karena selalu saja ada toxic people alias insan beracun di sekitar.
Kita tidak bisa menghindarinya. Harus bisa menghadapinya.
Cuma saya dan Bu Guru serta sebagian besar orang tua murid menghadapinya dengan pasif terhadap orang tua murid itu karena tidak suka cari keributan, hi hi.
Hanya berharap bisa hidup tenang tanpa stres berlebihan dari lingkungan luar.
Setiap orang pasti punya masalah ya kak, tapi kita jangan jadikan masalah itu sebagai pemicu stres. Harusnya kita bijak dalam mengelola stres.
ReplyDeleteSenang bisa ikut kelas online insight indonesia. Jadi tahu bagaimana cara mengelola stress secara baik dan benar
ReplyDeleteAlhamdulillah ya Kak, kita bisa ikut kelas bergizi ini jadi bisa mencari cara mengatasi stres yang dirasakan
ReplyDeleteNdak dimungkiri ya Kak di masa pandemi ini memang rawan banget stres jadi harus pinta-pintarnya kita mengatasi stres itu. Tapi untuk memanage juga pastinya bukan hal yang mudah apalagi kalau kita belum tahu caranya so beruntung sekali kak Niar bisa ikutan materi manajemen stress ala insight yang dibawakan Coach Ochy ini
ReplyDeletesprtinya akhir2 ini bnyk skalli seminar yg membahas tentang manajemen stress. hemm skayaknya stres sdh jadi pnyakit yg cukup populer saat ini hehee
ReplyDeleteMasa pandemi ini sangat memungkinkan terjadinya stres, jika tidak berjuang melawannya maka stres bisa "membunuh" jiwa raga
ReplyDeleteseru banget bisa join webinarnya, ada sesi coaching juga jadi bisa saling mndengarkan keluh kesah sesama buibuk...
ReplyDeletewah sudah lama tidak berkunjung.. ternyata blognya mba masih tetap berjaya....
ReplyDelete