Bagaimana Menjadi “Ice Breaker” yang Luar Biasa - “Bu, nanti kasih ice breaking ya supaya tidak ada yang mengantuk,” ujar Ifah – fasilitatornya fasilitator pelatihan Womenwill ketika saya hendak bertugas. Womenwill adalah pelatihan internet marketing untuk perempuan yang diselenggarakan di beberapa kota besar di Indonesia, termasuk Makassar.
Saya beruntung diterima menjadi salah satu fasilitatornya setelah melalui serangkaian pelatihan dan tes. Sebuah lompatan yang sangat berani sebenarnya ketika saya memberanikan diri mendaftar menjadi fasilitator pada tahun 2018.
Mengapa saya bilang begitu?
Sumber gambar Pixabay.com. |
Karena saya bukan orang yang terbiasa berdiri di depan banyak orang untuk membawakan sebuah materi. Saya juga masih belajar public speaking dengan mengikuti beberapa kelas, beberapa di antaranya saya tulis dalam Belajar Seru di Public Speaking Mastery Workshop dan Walk the Talk, Lebih dari Sekadar Praktik Public Speaking.
Kalau bagi orang lain mudah saja berdiri di depan banyak orang yang tidak dikenal dan membawakan materi dengan sangat mengalir, tidak demikian dengan saya karena saya harus belajar keras untuk itu.
Namun saya pantang menyerah karena saya merasa bisa menjalani tugas sebagai fasilitator kelas Womenwill meskipun harus berjuang lebih keras dibandingkan para fasilitator lain yang memang sudah terbiasa mengisi kelas.
Modal saya adalah pengalaman mengerjakan konten marketing di blog dan media-media sosial. Dan dari pengalaman tersebut saya memahami apa keinginan brand, juga keinginan konsumen terhadap konten media sosial.
Para fasilitator Womenwill dan Gapura Digital. |
Sebagai fasilitator kelas Womenwill, saya sudah berusaha dengan sangat keras. Mempelajari materi dengan baik, belajar public speaking, dan mempraktikkannya. Namun permintaan Ifah tentang ice breaking tetap membuat saya terkejut.
Ice breaking?
Aduh, saya tidak siap.
Saya belum pernah terpikir untuk membawakan ice breaking. Selama ini
saya sibuk dengan penguasaan materi dan penguasaan diri sendiri. Saya belum
benar-benar terpikirkan tentang ice breaking walaupun sempat terpikir
sih tapi belum mencari tahu lebih banyak tentang bagaimana mencairkan suasana.
Ketika
Tiba-tiba Diminta Memberi Ice Breaking
Hanya dalam hitungan menit saja saya harus mengisi kelas, bergantian dengan pemateri sebelumnya. Dengan cepat saya membuka YouTube dan mencari bagaimana cara termudah mencairkan suasana yang bisa saya praktikkan.
Dalam hati saya membenarkan apa yang Ifah sampaikan. Saya memang harus mengetahui metode mencairkan suasana supaya bisa mengalihkan perhatian audiens.
Rasanya tidak enak juga melihat ada yang terkantuk-kantuk atau tidak fokus padahal materi yang mau saya sampaikan sangat berharga buat para pelaku UMKM. Saya pun menyadari diri saya yang ibaratnya masih tertatih-tatih dalam dunia public speaking. Masih banyak kekurangannya!
Oleh karena itu, ketika Hendra Lesmana alias He-Man, teman
SMA saya menginformasikan mengenai webinar yang akan diselenggarakan
oleh Parabus mengenai ice breaking melalui
aplikasi Zoom
Cloud Meeting, saya langsung daftar.
Webinar
Becoming Amazing Ice Breaker
Webinar bertajuk Becoming Amazing Ice Breaker yang diselenggarakan tanggal 16 Agustus lalu menampilkan nara sumber Bang Rahul Rahman. Bang Rahul dari Ice Breaker Academy ini dijuluki Master Ice Breaker Indonesia.
Waah, pas sekali dengan yang saya butuhkan ini!
Singkat cerita (setelah opening yang kepanjangan) ....
Kelas online Becoming
Amazing Ice Breaker-nya seru, Gaes. Bang Rahulnya bersemangat,
interaktif, dan komunikatif. Kami – para peserta sampai diajak berdiri dan
bergerak dinamis. Eh sejak awal sih sudah diajak interaktif sama Bang He-Man
yang memoderatori acara.
Untuk
Apa Ice Breaking
Kata Bang Rahul, “Ice breaking adalah sebuah sesi untuk memberikan suasana yang cair dan akrab di antara peserta dengan fasilitator. Sesi ini menjadi momen untuk kontrak belajar dan komitmen bersama.”
Secara garis besarnya, ice
breaking ada 2 cara, yaitu soft ice breaking (the power of words)
dan hard ice breaking (the power of motion). Ternyata ada dasarnya nih, mengapa butuh ice breaking.
Bang Rahul mengemukakan hasil sebuah penelitian yang menyatakan:
Rata-rata setiap orang dewasa dapat berkonsentrasi pada satu fokus tertentu hanya 15 menit. Setelah itu konsentrasinya tidak bisa lagi fokus[1].
Tujuan ice breaking itu ya sehubungan dengan “pencairan suasana”. Bagaimana caranya supaya para peserta merasa lebih santai, saling kenal satu sama lain, membuat para peserta sepakat dengan kontrak belajar, menghilangkan blocking dan kesombongan, dan menghibur.
Mengapa para peserta perlu dihibur? Karena kebanyakan manusia lebih senang “dihibur ketimbang diedukasi”.
Bang Rahul ketika menjalani profesi ice breaker. |
Untuk menyepakati kontrak belajar saja misalnya, disampaikan dengan cara menyenangkan. Diakhiri dengan pertanyaan, “Sepakat/Setuju?” Lalu kita minta audiens menjawab, “Bungkus!”
Ice breaker with
public speaking memiliki
3 fungsi utama, yaitu untuk memberikan informasi atau pesan, mengajak atau
memengaruhi peserta untuk melakukan sesuatu, dan untuk menghibur.
Sampai sini saya paham. Nah masuk bagian penjelasan mengenai macam-macam soft ice breaking saya mengernyitkan kening. Bagaimana tidak: pantun, stand up, jokes, dongeng, sulap, story telling ... semuanya bukan keahlian saya. Eh kalau cuma suruh berdiri sih bisa, tapi kan berdirinya harus sembari ngapa-ngapain kan.
Apalagi bagian hard-nya: moving activity, dancing, dan clap. Lha sayanya bukan orang yang nyaman dengan moving activity di tempat terbuka sebenarnya. Tapi yang namanya belajar, ya harus mengusahakan ya, yang mana yang paling bisa dilakukan.
Harus diingat, sebagai penampil 3V sangat berpengaruh. VISUAL (55%): bagaimana kita tampil, VERBAL (7%): apa yang kita katakan, dan VOKAL (38%): bagaimana kita bersuara. Rahasia “key of speaking” ini bersumber dari hasil penelitian ekstensif tentang komunikasi yang dikemukakan oleh Albert Mehrablan, seorang profesor dari UCLA pada tahun 1972.
Contoh-contoh
Praktik Ice Breaking
Oya, rupanya ice breaker juga bisa jadi profesi lho. Bang Rahul menceritakan bagaimana dirinya mendapatkan job menjadi ice breaker bagi pelatihan yang diselenggarakan oleh perusahaan besar yang pesertanya sampai ribuan orang.
Menyaksikan videonya, Bang Rahul memberikan banyak tips ice breaking yang bisa dipergunakan, contoh:
- Gaya sapaan – halo|hai, are you ok? | all right, siap?|lebih siap!, mau apa
kita? |bersenang-senang, aloha|hola, pamparampam|pampam, are you ready? |ready
(tegas/medok).
- Gaya tepukan –
tepuk semangat (semangat 1,2,3| gaya supporter badminton), tepuk 1
(1,2,3,4 ½|tepuk sesuai jumlah, bila ½ bilang “eee”), dirigent (tangan bergerak|tepuk
ke atas semakin kencang), tepuk Mexico (tepuk tangan, siku, pinggul kaki),
tepuk salut (tepuk salut ... salut ... salut!!), tepuk kombinasi (dang .. dang
.. dung .. dung .. hap .. aha .. aha).
- Gaya berpasangan/kelas –
game Apel Anggur (tangan seperti mau bersalaman dan cepat menangkap), game
Cermin Ajaib (orang 1 bergerak, orang 2 menjadi bayangan), game Simon
Says (Simon berkata ... peserta mengikuti atau Si Bejo), game Magic
Hand (1: tangan ke depan, 2: ke bawah dan tempel, 3: disilangkan), game Shake
Energy (saling bersalaman lalau bilang sehat sukses bahagia).
- Gaya tari/bernyanyi –
game Chicken Dance (bergaya dengan seperti ayam dengan diiringi musik), game
Sibam Dance (bergaya tari Spanyol dengan diiringi musik), game Baby
Shark (bergaya “baby shark”), game Hari Mingu (tangan ke depan,
bahu ka/ki, perut, tepuk tangan), game Saya Siap (saya ingat, sadar,
siap, dan bergerak .. prok .. prok!), game Brain Gym (senam otak dengan
jari beberapa posisi).
Pada webinar kali ini tidak hanya menyimak Bang Rahul membawakan materi namun juga Bang Rahul memberi kesempatan beberapa peserta lain sharing pengalaman mereka ketika memberikan ice breaking.
Yang ini Bang He-Man dari Parabus Outbound yang share info webinar ini kepada saya. |
Saya berkesempatan bertanya tentang apa yang dilakukan ketika tiba-tiba menghadapi situasi yang tidak diinginkan. Misalnya nih jika tiba-tiba mati lampu bagaimana? Bang Rahul menjawab, “Tetap tenang!”
Ternyata tak ada pilihan lain, selain tetap tenang. Lalu public speaking atau ice breaker harus kreatif mengalihkan suasana agar perhatian audiens kembali kepada dirinya. Ambil kendali!
Nah, terakhir, saya ingin mengutip quote dari Bang Rahul,
“Rasakan seperti Anda baru pertama kali (ANTUSIAS). Lakukanlah seperti Anda sudah ribuan kali (PROFESIONAL).”
Mudah? Mudah kali ya kalau sudah
sering kali melakukannya makanya tertap perlu praktik, praktik, dan praktik.
Makassar, 5 September
2020
[1]
Pernyataan ini ada dalam buku Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, Bumi
Aksara, Jakarta (Wena M, 2009).
Share :
icebreaking memangperlu untuk mencairkan suasana dan apakagi kalau pertenmuan itu butuh diskusi kelompok ice breaking ada yang bisa bikin kelompok valid. karena guru aku guru maka suka pakai ice breaking
ReplyDeleteKeren banget dah Mak Niar
ReplyDeleteAKu kalo baca artikel di blog ini tuh berasa dapat bangeett value dan faedahnya
Keep sharing ya Mak Niar
Ternyata ada 4 garis besar ice breakinh ya Mba. aku baru tau. Ini basic yang penting kuketahui meski bukan public speaker tapi kadang2 butuh ngerti ice breaker klo ngisi acara dadakan. Kereen Mba belajar public speaking, smg makin jago Mba menyusun, menyampaikan materi dan juga kasih hiburan ice breakingnya :D
ReplyDeleteKalau yang kurasa saat ikut sesuatu, ice breaking paling sering ya tepukan sama nyanyi. Aku gak bakat buat ice breaking. Kalau diminta, mungkin kuceritain Drakor, hahaha
ReplyDeleteMenjadi icebreaker perlu keahlian juga. Memang perlu banget ada icebreaking buat menyegarkan suasana. Tetapi, kalau seseorang yang ditunjuk sebagai ice breaker juga garing, yang ada tetap aja membosankan hehehe
ReplyDeleteMemang perlu sekali ya ice breaking ini, apalagi di tengah acara. Mungkin ada yg mengantuk, bosan dsb, jadi bisa lebih fresh lagi pikiran dan bisa Fokus kembali ke materi selanjutnya.
ReplyDeleteBiasanya yg sering kutemui sih dg cara bernyanyi sambil menggerakkan badan :)
Ice breaking ini emang wajib ada untuk refresh suasana ya kak. Biar yang ngantuk mendadak melek, yang tegang jadi lemes 😁
ReplyDeleteIce breaking emang penting sih biar lebih santai ya ngikutin acara selanjutnya..kadang keasikan ice breaking jadi ketagihan maunya ice breakingan terus..haha
ReplyDeleteTernyata rentang konsentrasi orang dewasa pendek juga ya cuma 15 menit... Memang penting ya ice breaking itu...
ReplyDeleteKalau lagi acara gitu memang ice breaking itu penting menurutku, biasanya mencari orang yang pandai untuk ice breaking itu juga susah gampang sih.
ReplyDeleteaku dulu diajarin ice breaking waktu ada training dari kantor yang lama dengan pakai kertas koran trus kita suruh lewat sampai dia sobek..seru ya kalo udah jago ice breaking
ReplyDeleteAku tuh paling suka ice breaking yang tepuk tangan dan nyanyi2 plus yang pakai kata2 :) Misal "Yes, saya bisa, pasti bisa!" gitu hahaha :) Bisa bikin kita makin percaya diri dam yakin akan kemampuan diri kita.
ReplyDeleteCeritanya, segala skill itu bisa dilatih ya Niar. Semoga besok-besok tambah lancar praktek ice breaking-nya. Saya kalau ikut pelatihan emang suka bagian yang ini. Maklum kalau terima materi bawaannya ngantuk mulu :)
ReplyDeletenah ini butuh ilmu banget buat menjadi ice breaker yang keren, skill seperti ini selain belajar juga jam terbang ya
ReplyDeleteAku pengen deh kapan2 berlatih jg bicara depan umum, lebih2 jd ice breaker, tp kadang ku merasa gk pede haha :D
ReplyDeleteEmang butuh berlatih supaya bisa menarik perhatian banyak audience ya mbak :D
Pentinb banget ice breaking dalam segala kegiatan biar gak bosan & ngantuk ini juga harusnya dilakukan di sekolah.
ReplyDeleteTapi sebagai pemateri harus pintar2 cari cara memberikan ice breaking yang tepat ya, mungkin dilihat audiencenya seperti apa. Aku pernah malah boring banget ice breakingnya
I am often do ice breaking in my forum. Ia important and make rileks ,make laigh, smile and more know each other.
ReplyDeleteIce breaking ini emang perlu banget ya mbak untuk mencairkan suasaana. Biaasanya bosan kalau ikut seminar . Nah dengan ice breaking jadi segar kembali dan fresh kalau aku. Eh ternyata ada pelatihannya juga ya?
ReplyDeleteBiasnaya kalau lagi seminar, pelatihan atau kegiatan rapat dengan instansi itu monoton banget. Ketika ada ice breaking baru deh berasa segar dan nggak ngantuk lagi.
ReplyDeleteKak Niaaarr...
ReplyDeleteSenantiasa menantang diri.
Aku suka banget niih...kak Niar keren.
Tampil di depan orang gini, bikin nagih gak kak Niar?
aku paling seneeeng kalau ada kegiatan dan saat ice breaking session seruuu. Bravo mba for doing a great work on this
ReplyDeleteJustru sesi ice breaking ini yg ga bikin seminar atau WS spaneng. setelah icebreaking lebih konsen lagi biasanya.
ReplyDeleteAh bener bgt mbak, ice breaking emang penting ya..
ReplyDeleteBiar nggk bosan
Thanks lho mba untuk insightnya. Saya sudah beberapa kali mengisi materi dan harus berdiri di depan banyak orang sembari bicara, tapi khusus teknik ice breaking ini saya sama sekali belum menguasai. Harus banyak belajar agar bisa menguasai audiens ya.
ReplyDeleteAlhamdulillah... mrebes mili bacanya.. ka Mugniar dengan lugas namun ciamik mengolah pengalamannya dengan indah. Thanks ka semangat belajar dan berbaginya.. saya saja baru lihat postingan ini setelah 2 tahun. Salam Icebreaker..Petjah.!. RR @master_icebreaker_indonesia
ReplyDeleteMasya Allah ... salam sehat selalu Bang Rahul. Terima kasih sudah berkomentar di postingan ini. Pak Hendra Lesmana tidak menyampaikan tulisan ini ke Bang Rahul ya ... padahal beliau tahu lho :D
Delete