Tips Ngemil Bijak, Ngemil Puas Tanpa Rasa Bersalah – Saya sedang memperhatikan dua orang teman sedang bercakap-cakap dalam sebuah acara yang saya hadiri beberapa bulan waktu. Saat itu pasukan virus covid-19 belum meluluhlantakkan dunia. Mereka sedang membicarakan pola diet dan makanan sehat. Salah satunya adalah mengenai puasa yang dilaksanakan selama beberapa jam.
Yang menarik adalah karena salah
seorang yang berbicara tentang puasa adalah seorang nonmuslim. Spontan saya
bertanya, “Puasa apa itu namanya?”
“Puasa intermiten. Coba ki’
browsing-browsing. Jadi, dalam setiap hari itu kita makan dalam waktu
tertentu dan dalam waktu lainnya berpuasa. Bagus sekali itu ajaran
berpuasanya orang Islam,” ucapnya sembari menatap saya dan salah seorang kawan.
Hasil pencarian saya di Kompas.com mengantarkan pada pengertian puasa intermiten. Jadi, puasa intermiten itu merupakan pengaturan pola makan yang menerapkan siklus puasa, alias makan hanya di jangka waktu tertentu dalam sehari.
Program puasa ini tidak meminta yang
menjalaninya untuk menghindari atau mengonsumsi makanan khusus. Ada beberapa
jenis puasa intermiten, yang semuanya menerapkan prinsip untuk memperpanjang
'puasa' alami tubuh, yang terjadi saat kita tidur.
Puasa cara ini biasa disebut dengan
metode diet “16/8”. Yang mana selama periode puasa, pelakunya tidak boleh konsumsi
makanan apapun. Namun tetap bisa konsumsi minuman, seperti air, teh, kopi, dan
minuman lainnya yang tak berkalori.
Sebenarnya pola makan saya saat itu
sudah menghampiri pola makan puasa intermiten karena saya biasanya makan malam
jam 6 sore atau setengah 7 lalu tidak makan lagi sampai keesokan harinya. Nah,
susahnya saya bisa tiba-tiba lapar dan mencari camilan ketika melakukan
aktivitas menulis yang makan waktu cukup lama.
Biasanya kalau merasa lapar, saya mencari biskuit dan makan 1 – 2 keping sebagai pengganjal perut lalu melanjutkan menulis. Sebenanya “puasa intermiten” nyaris berhasil jika saja saya tidak tiba-tiba lapar lalu mencari cemilan. Soalnya aktivitas menulis itu kan menguras energi. Bikin lapar!
Ingatan tentang diet ala puasa
intermiten dan biskuit berkorelasi di benak ketika mengikuti Webinar Tips & Trick #NgemilBijak dalam Keluarga yang diselenggarakan oleh Mondelez Indonesia dan IIDN (Ibu-ibu Doyan Nulis) pada tanggal 22 Agustus 2020.
Webinar ini membahas mengenai
bagaimana ngemil menjadi salah satu kebiasaan yang banyak dilakukan
selama di rumah saja. Ya, namanya kurang aktivitas, sebagian orang menjadikan ngemil
menjadi aktivitas harian sekeluarga. Yang biasanya setiap hari banyak waktu
yang teralihkan dengan aktivitas di luar rumah, pada masa pandemi ini mentoknya
di rumah saja.
Ada yang terbiasa ngemil selama di rumah saja?
Alhamdulillah, sebenarnya kalau sudah malam saya
jarang ngemil karena memang jarang saya sediakan cemilan saat malam.
Saat sedang nonton televisi, sedang menulis, atau sedang membaca pun saya tidak
suka sambil ngemil.
Biasanya saya meninggalkan aktitivitas
dan mencari camilan. Jadi saat mencamil, saya memang fokus ke arah
camilan namun rupanya cara saya melahap camilan, masih belum berupa “ngemil
bijak” sebagaimana yang dibahas pada virtual sharing session bersama
Mondelez Indonesia ini.
Mengapa?
Karena saya belum benar-benar
menikmati apa yang saya makan dan belum memikirkan manfaatnya bagi tubuh dan
pikiran.
Memangnya penting?
Nah, dalam webinar yang saya ikuti
ini, ternyata penting lho kita bisa menikmati camilan yang diasup agar bermanfaat
bagi tubuh dan pikiran.
Mengapa Obrolan Ini Mengangkat Tema Ngemil
Bijak?
Mbak Khrisma Fitriasari – Head of Corporate
Communication Mondelez Indonesia memberi
penjelasan mengapa Mondelez Indonesia mengangkat tema Ngemil Bijak.
Alasannya adalah, pada masa pandemi
ini banyak yang bosan di rumah saja dan pelariannya ngemil. Banyak dari
kita memiliki pikiran negatif sehingga ngemil diidentikkan dengan hal
negatif. Padahal jika dilakukan dengan bijak bisa mendapatkan manfaat secara
lebih seimbang.
Menyadari pentingnya kebiasaan ngemil
bijak ini, Mondelez Indonesia menggandeng komunitas IIDN untuk menyelenggarakan
webinar ini.
Mbak Alfa Kurnia – Ketua Divisi Blog
IIDN menyambut ucapan Mbak Khrisma dengan
menyampaikan:
“Berawal dari kesamaan visi untuk mendukung peran ibu dalam keluarga, tema ini sangat dibutuhkan para ibu yang mempunyai peran penting dalam mengatur asupan yang baik untuk semua keluarga.”
Apa Itu Ngemil Bijak?
Ngemil Bijak adalah ajakan untuk masyarakat Indonesia agar memiliki kebiasaan ngemil
yang lebih baik.
“Kami ingin mengajak masyarakat untuk ngemil secara lebih sadar. Kadang kita sibuk dengan kegiatan sambil ngemil, sambil nonton, sambil main gadget. Itulah akar permasalahannya karena tidak menyadari apa yang kita konsumsi,” Mbak Khrisma memberi penjelasan tentang apa itu ngemil bijak.
Kampanye Ngemil Bijak ini
sudah dilancarkan sejak bulan Mei tahun ini melalui kerja sama dengan media.
Topik ngemil sangat relevan terkai data yang memperlihatkan bahwa orang
Indonesia doyan ngemil.
Mbak Khrisma memperlihatkan hasil survei
Mondelez di akhir 2O19 yang menunjukkan bahwa memang orang Indonesia doyan ngemil,
sekitar 2 – 3 kali dalam sehari. Angkanya lebih tinggi dari kebiasaan ngemil
rata-rata secara global.
Sebanyak 77% dari yang disurvei menyatakan memilih lebih sering mencamil setiap harinya ketimbang makan makanan berat. Di antara responden, sebanyak 53% menyatakan tidak punya waktu untuk mengonsumsi makanan berat. Kedua angka tersebut lebih tinggi dari angka global.
Menariknya, 80% dari respondennya merupakan generasi milenial yang nantinya akan
jadi orang tua dan berpotensi menghasilkan generasi yang sangat mencintai camilan.
Dari slide presentasi mbak
Khrisma terlihat banyak orang Indonesia menggunakan camilan untuk memuaskan kebutuhan
mental dan emosional. Di antaranya untuk meningkatkan mood, untuk me
time, untuk mendapatkan rasa nyaman, menenangkan diri, merasa terhubung dengan
orang lain, dan untuk menghilangkan kegelisahan.
Maka dari data yang diperlihatkan
oleh Mbak Khrisma, saya sepakat dengan pernyataan Mbak Khrisma bahwa menjadi semakin
penting untuk bisa ngemil secara lebih bijak.
Hubungan Antara Ngemil dan
Perilaku
Psikolog Klinis, Mbak Tara De Thouars menekankan adanya hubungan antara ngemil dan perilaku
yang nantinya bisa menjadi kebiasaan dan berpengaruh menurun dari orang tua kepada
anak. Kalau perilaku ngemil-nya baik tidak mengapa. Kalau buruk? Tentunya
bisa berakibat buruk dong ya.
Ketika bicara tentang ngemil, berarti
bicara perilaku karena ngemil itu perilaku. Nah, perilaku itu erat
sekali dengan psikologis.
Hubungannya apa?
“Sangat berhubungan karena ngemil
sudah jadi bagian dari keseharian,” ucap Mbak Tara.
Di Indonesia, makanan itu mempererat masyarakat.
Kebersamaan sangat penting di dalam masyarakat kita dan selalu ada makanan di
situ. Makanan menjadi hal yang penting ketika membuat acara seperti ulang
tahun, rapat perusahaan, hingga rekreasi, ataupun sekadar nongkrong bersama
sahabat.
Dalam kondisi pandemi saat ini, berkembang istilah emotional eating. Yaitu ketika menggunakan makanan sebagai pelarian dari stres. Survei yang diperlihatkan Mbak Khrisma contohnya yang mana mengonsumsi camilan bertujuan menaikkan mood.
“Betul, makanan bisa tingkatkan hormon happy dan shut down masalah dan emosi negatif kita. Sebabnya pada saat emosi nggak enak, bawaannya lapar melulu padahal kita mencari pelarian agar merasa lebih happy. Makanan kan sesuatu yang mudah didapat – di mana-mana ada. Ada yang mahal dan murah, jadi itu cara yang instan dan cepat,” tutur Mbak Tara.
Pengaruh psikologisnya, habit
itu sebuah perilaku yang dibiasakan. Secara psikologis kalau kita punya
kebiasaan melakukan sesuatu maka kita punya kecenderungan untuk mengulanginya
secara terus-menerus.
Hubungan Antara Kebiasaan Ngemil
dalam Keluarga dengan Kebiasaan Ngemil Individu
Ibu punya peranan sangat penting
dalam membentuk kebiasaan makan di rumah, karena ibu yang mengatur asupan
masakanan di rumah, membeli, dan mengontrolnya. Mbak Tara memaparkan 3 peran
penting ibu dalam hal ini.
Peran Penting Ibu dalam Kebiasaan Ngemil Anak
1. Sebagai role model.
Apapun sikap dan perilaku akan ditiru
anak. Anak belajar berperilaku dari yang dilihat, modeling dari orang
tuanya. Misalnya kebiasaan “tidak makan tidak apa karena banyak ngemil“
atau kebiasaan ngemil sambil nonton televisi, bisa menurun kepada anak.
2. Ibu punya beban dan tanggung jawab.
Beban dan tanggung jawab ibu juga
termasuk dalam mengatur kesehatan serta asupan makanan keluaraganya. Jika tidak
memberikan yang terbaik jadinya sang ibu jadi punya rasa khawatir atau
bersalah. Nah, beban karena rasa bersalah dan tanggung jawab ini jika
berlebihan bisa membuat ibu justru menyediakan makanan yang berlebihan di rumahnya.
Hal demikian juga tidak baik.
3. Peran ibu terkait tuntutan lingkungan.
“Kadang komentar lingkungan lebih
kita dengarkan, misalnya anak yang sehat adalah yang chubby, montok,
gemuk maka kalau anak sudah gemuk ibu sudah sukses. Jika anak kurus, mikirnya
anak tidak dikasih makan ortunya padahal genetikanya seperti itu,” Mbak Tara
mencontohkan peran seperti apa yang dituntut lingkungan.
Nah, hal-hal seperti ini memberikan beban dari
lingkungan bahwa orang tua harus memberikan yang terbaik dengan tuntutan
seperti demikian untuk keluarganya.
Mengapa Ngemil Bijak Dimulai dari
Keluarga?
Mbak Khrisma makin menekankan mengapa
ngemil bijak dimulai dari keluarga. Yaitu, karena keluarga adalah yang paling
penting peranannya dalam membentuk kebiasaan anak atau anggota keluarganya. Ibu
berperan penting membentuk kebiasaan baik, termasuk dalam mengasup camilan.
Kembali Mbak Khrisma memaparkan hasil
survei yang memperlihatkan bahwa kebiasaan ngemil orang tua diturunkan
kepada anak-anaknya. Sebanyak 92%
responden penelitian di Indonesia menyatakan camilan yang mereka berikan kepada
anak-anak mereka terinspirasi dari camilan yang orang tua mereka berikan.
Sebanyak 85% dari responden menyatakan bahwa orang tua mereka menurunkan kebiasaan kepada ngemil mereka. Dan sebanyak 89%-nya menyatakan orang tua mereka menurunkan camilan favorit menjadi camilan yang mereka sangat sukai.
Apa yang Harus Diperhatikan dalam
Kebiasaan Ngemil?
Seperti yang saya singgung di atas,
Mbak Alfa Kurnia juga mengatakan hal yang senada. Sejak anak-anak menghabiskan
waktu di rumah jadi merasa gampang lapar sehingga porsi ngemil-nya makin
banyak, sebatang coklat bisa habis dalam sekali duduk
Takutnya kalau berlebihan atau jenis
camilannya kurang sehat akan memberikan dampak yang kurang baik bagi tubuh.
Jadinya malas makan karena kebanyakan ngemil.
Mbak Khrisma menyatakan, perlu
mewaspadai emotional eating yang akhirnya menimbulkan rasa bersalah.
“Penerapan ngemil bijak inginnya dari kegiatan ngemil itu kita merasa positif. Kuncinya, kita ngemil secara sadar dan memahami isyarat tubuh kita,” ucap Mbak Khrisma.
Selanjutnya
Mbak Khrisma menyampaikan perlunya memahami isyarat tubuh kita dan menentukan
jenis dan jumlah camilan yang hendak dikonsumsi.
Setelah itu Mbak Khrisma menyatakan pentingnya
untuk ngemil secara sadar dan melibatkan smua indera kita.
Wah, apa pula itu ngemil yang melibatkan seluruh indera kita?
Dalam Ngemil Bijak Bedakan Cinta
dengan Kasihan
Cinta dan kasihan menjadi hal penting
yang diperbincangkan ketika membahas topik Ngemil Bijak. Erat nanti
kaitan bagaimana caranya ngemil bijak dengan menciptakan kehidupan yang
bijak supaya kesehatan terjaga, tetap bisa ngemil tapi tanpa rasa bersalah.
Melalui sebuah skenario, hubungan
antara ngemil bijak dengan rasa cinta dan kasihan diperlihatkan. Skenarionya
begini:
Jika seorang anak menyukai makanan manis namun dokter melarang memberikannya karena sebuah alasan lantas si anak ngambek. Sampai-sampai si anak berteriak-teriak pada orang tuanya minta makanan manis. Jika menjadi orang tua si anak, apa yang kita lakukan?
Bisa jadi jawaban kita berbeda-beda
ya. Ada yang memberikan penjelasan kepada anaknya dan mengganti camilannya dengan
buah segar. Namun ada yang memberikan camilan yang dipinta anak karena kasihan.
Nah yang memberikan penjalasan dan mengganti dengan buah segar, itu berarti CINTA sementara yang tetap memberikan camilan yang diminta itu berarti KASIHAN. Orang tua yang reaksi kasihannya besar merasa bersalah jika anaknya menangis.
Mengapa bisa demikian? Karena orang
tua demikian juga melakukannya terhadap diri sendiri. Misalnya nih, mau
mengatur pola makan tapi ditunda-tunda “besok saja”. Padahal kan mengatur pola
makan itu untuk kesehatan sementara camilan untuk kesenangan sesaat.
Apa beda mencintai dan mengasihani?
Kalau kita mencintai, kita akan
memberikan dampak positif kepada tubuh. Kita tahu jika memasukkan makanan
kepada kita atau anak akan berdampak baik. Kasihan itu, ketika kita memberikan
padahal tahu dampaknya tidak baik bagi kesehatan.
Saat tidak memiliki rasa bersalah dalam
memakan sesuatu maka itu berarti kita mencintai diri
sendiri. Ada yang excuse-nya begini – “Namanya lagi stres kan tidak apa.
Kan lagi stres, sedikit saja”?
Nah, itu namanya mencari
pembenaran.
Mencintai adalah ketika kita tidak melihat efek jangka pendek melainkan jangka panjang. Kalau sudah kenyang, tidak makan lagi karena tahu akan result jangka panjangnya, bukan hanya keadaan saat ini. Mencintai itu melakukan hal yang tidak menimbulkan penyesalan setelahnya.
Kita bisa menakarnya dengan cara
begini: kalau memakannya akan menyesal? Kalau jawabannya “iya” dan
kita tidak makan maka kita bisa menahan diri karena mencintai diri sendiri.
Kalau jawabannya “iya” tetapi tetap saja memakannya lalu merasa bersalah, itu
berarti kasihan.
Pentingkah Memahami Perbedaan Antara Mencintai dan
Mengasihani dalam Menerapkan Pola Ngemil?
Penting! Karena kita bisa menerapkannya
pada keluarga di rumah. Penting pula untuk membebaskan kondisi psikologis
seorang ibu dari perasaan yang menjebak.
Seorang ibu punya beban dan tanggung
jawab karena sebagai ibu dirinya merasa harus memberikan yang terbaik untuk
keluarga. Karena tuntutan ini maka seorang ibu mudah mengalami perasaan
bersalah, cemas, dan khawatir, seperti:
- Anakku menderita gara-gara diriku, kalau ada apa-apa nanti, semua salahku.
- Sedikit saja. Kasihan anakku menderita kalau tidak diberikan.
- Sedikit saja koq, takutnya nanti anaknya guling-guling di toko, dikasih saja biar diam.
- Dulu saya terbatas, tidak ingin anak merasakan hal yang sama dengan saya dulu.
Well, semua itu pikiran yang menjebak sehingga
akhirnya ibu-ibu memberikan asupan camilan yang tidak sesuai dengan kebutuhan
anak.
Menerapkan Ngemil Bijak Karena Cinta Bukan
Kasihan
Mbak Tara mengungkapkan 3 hal yang
bisa dilakukan dalam menerapkan ngemil bijak karena cinta bukan kasihan,
sebagai berikut:
1. Orang tua memperbaiki pola makan.
Orang tua – ayah dan ibu harus membenahi
perilaku makannya terlebih dulu. Karena orang tua sebagai role model maka
orang tua yang bisa memiliki perilaku ngemil bijak akan diikuti oleh anak
dengan perilaku ngemil bijak tersebut.
2. Atasi perasaan bersalah.
Pikirkan baik-baik memberi camilan
kepada anak itu karena tidak tega, kasihan, atau karena memang mencintai anak? Banyak
kasus ketika anak obesitas, orang tuanya juga obesitas karena menerapkan pola
makan yang sama pada anaknya. Maka orang tua harus dapat mengatasi rasa
bersalahnya.
3. Mengutamakan kebutuhan, bukan keinginan.
Mengutamakan apa yang lebih baik
untuk anak, bukan sebatas apa yang anak inginkan. Karena namanya anak-anak
tentu tidak berpikir panjang, apa yang enak dan nyaman saja yang dia mau.
Sebagai orang tua penting untuk bisa mengatur, mengajarkan, menjaga pola makannya
sehingga anak bisa memilih mana yang dia butuhkan dan mana yang tidak.
5 Langkah Ngemil Bijak Tanpa
Rasa Bersalah
Yang paling menarik dalam webinar
kali ini adalah praktik ngemil bijak tanpa rasa bersalah. Ada 5 langkah
supaya kita bisa makan dengan tepat dan ngemil dengan bijak:
1. Cek sinyal tubuh.
Ketahui isyarat jika tubuh butuh
makan atau lapar. Nah, isyarat lapar itu adanya hanya di perut. Sinyal
lapar hanya di perut bukan di bagian tubuh lain. Kalau lagi jalan-jalan di super
market, melihat makanan enak lantas diambil, itu tandanya sinyalnya ada di
mata bukan di perut.
Kalau jalan-jalan, mencium aroma roti dan tergoda, itu tandanya sinyal pindah ke hidung. Bukan lapar ya namanya. Tuhan itu sudah memberikan mekanisme yang canggih untuk menakar lapar-kenyang. Dan adanya di perut.
Harus latihan mengenali dan merasakan
sinyal lapar dan mengetahui seberapa besar rasa lapar itu, jangan sampai hanya emotional
hunger lantas kita perturutkan dengan makan banyak padahal tubuh sedang tak
butuh.
2. Relaksasi.
Kalau sudah tahu sinyal lapar bagi
tubuh maka step kedua adalah relaksasi. Relaksasi dibutuhkan untuk mengambil
jeda sejenak, sekadar bernapas supaya kita memberikan jarak kepada diri untuk
berpikir secara rasional supaya mampu memberikan keputusan terbaik bagi tubuh.
Cara yang dicontohkan Mbak Tara
adalah dengan menghitung hingga 4 setiap melakukan hal-hal ini: tarik napas, tahan napas sejenak, buang, tahan. Ulangi lagi
dengan tarik napas, tahan napas, buang napas, tahan napas lagi – masih dengan 4
hitungan.
Setelah menjeda, tentukan mau makan apa dan seberapa banyaknya. Dalam keseharian perlu mengambil jeda untuk mencamil. Misalnya mau buka kulkas, jeda dulu. Intinya emosi dan logika tidak mungkin berbarengan. Ketika satu naik, yang satunya turun. Kalau kita mau ngemil dengan keinginan menggebu-gebu, logika berpikir teredam dan setelahnya akan merasa bersalah.
Penting untuk bisa gunakan rasional untuk
jawab pertanyaan ini: “Tepat tidak untuk dimakan sekarang?
Apakah ini pilihan yang terbaik atau bukan? Sesuai dengan kebutuhan tubuh atau tidak?
Lalu action apa yang perlu dilakukan?”
Well, pertanyaan-pertanyaan itu bisa
dijawab kalau kita rileks. Dengan merasa rileks, kita bisa menentukan butuhnya
sedikit ketika tidak “lapar-lapar banget” sehingga tidak makan banyak.
3. Makan cara mindfullness.
Ketika harus belajar melakukan
sesuatu secara sadar. Makan cara mindfullness ini berarti makan dengan
penuh kesadaran. Saat kita ingin mlakukan mindfull eating, fungsikan 5
indera yang dipunyai. Mata, hidung, indera peraba, indera pengecap, dan telinga
difungsikan dengan baik.
Mbak Tara memandu kami praktik ngemil
cara mindfullness. Saya ringkas sebagai berikut:
a.
Amati camilan.
Simak tekstur, bentuk, besar, dan warnanya. Misalnya Biskuat punya
tekstur menarik, ada gambarnya, menggemaskan, dengan memandang saja sudah
menikmati.
b. Fungsikan indera penciuman.
Hirup pelan-pelan, rasakan sensai bebauannya. Dari aromanya saja sudah
bisa tahu rasanya seperti apa.
c.
Gunakan indera peraba.
Untuk merasakan dan meraba makanan, fungsikan indera peraba. Rasakan
teksturnya, apakah kasar, halus, kenyal, becek. Raba dan rasakan.
d. Masukan makanan perlahan-lahan ke
dalam mulut.
Potong camilan sedikit. Masukkan perlahan-lahan melalui ujung lidah. Jangan
langsung ditelan supaya indera pengecap bisa merasakan semuanya. Perlahan-lahan,
benar-benar dirasakan. Libatkan seluruh bagian lidah karena masing-masin bagian
mempunyai fungsi tertentu.
Rasakan menyentuh bagian mulut dan rasakan bunyi dari makanan yang
dikunyah. Rasakan tekstur yang kasar perlahan menjadi lembut. Telan secara perlahan-lahan
dengan penuh kesadaran. Rasakan makanan turun perlahan-lahan, rasakan ketika masuk
ke kerongkongan. Lalu rasakan makanan masuk ke lambung.
Tujuan Ngemil Secara Mindfullness
Sounds complicated?
Kalau tidak terbiasa sih iya. Namun mindfullness
ini berfungsi penting karena bertujuan baik. Tujuan menyentuh makanan adalah untuk
menikmati. Kalau tidak ngemil dengan sadar maka kita tak bisa menikmati
camilan. Jadinya camilan lewat begitu saja.
Tidak enaknya jika setelahnya kita merasa bersalah namun camilan hanya
lewat begitu saja.
Tujuan selanjutnya adalah dengan menikmati
makanan dan merasakannya kita tahu butuhnya berapa banyak jadi tahu kapan harus
berhenti mengunyah, tidak kebablasan dan kita bisa mengatur asupan kalori.
Dalam mindfull eating hanya
satu aktivitas yang dilakukan dalam satu waktu. Kalau lagi makan ya makan saja,
jangan sembari nonton atau membaca. Sebab makan sambil membaca atau nonton itu fokusnya
di buku atau apa yang ditonton maka kita bisa makan tanpa sadar, tahu-tahu saja
sudah habis camilannya terus nambah lagi. Tak bijak, kan?
4. Tunggu 15 – 20 menit.
Jika usai ngemil dan ingin tambah,
tunggu sekira 15 – 20 menit. Mengapa?
Karena sejak makanan masuk ke dalam
perut, butuh waktu sekitar 15 – 2O menit untuk makanan itu diproses dan
mengirimkan sinyal ke otak untuk memberi tahu apakah sudah kenyang atau belum.
Kalau ngemilnya tak berjeda, perut
dan otak belum memproses sudah diisi lagi. Jadinya kita tambah lagi terus
karena merasa belum kenyang. Pastikan 15 – 20 menit untuk memutuskan mau makan lagi
atau tidak.
5. Bersyukur.
Apapun makanan yang sudah masuk, syukuri. Jangan ada rasa bersalah setelahnya karena pada saat merasa bersalah kita jadi punya kemarahan pada diri sendiri. Kalau marah biasanya kita jadi bertindak destruktif.
Destruktifnya begini, karena sudah
masuk, sekalian saja makan lebih banyak. Atau mau diet tapi mulainya minggu
depan saja.
Menyelesaikan sesi obrolan virtual
ini, saya dibuat terpana karena sama sekali tidak pernah berpikir sampai sejauh
itu. Memang sesekali terpikir untuk membatasi ngemil tapi belum pernah tahu
ada yang namanya mindfull eating yang tentunya membutuhkan penerapan
secara terus-menerus ini.
Di akhir sesi, Mbak Tara mengajak
untuk mengajarkan mengajarkan ngemil bijak kepada anak dengan cara yang
sederhana. Yaitu dengan menikmati camilannya secara perlahan dan mengatakan itu
nikmat. Selanjutnya jika bisa diterapkan akan menghasilkan keluarga yang sehat
karena berperilku ngemil yang bijak tanpa rasa bersalah.
Makassar 1
September 2020
Keterangan:
Mondelēz International (NASDAQ: MDLZ) merupakan perusahaan makanan
dan minuman yang berkantor pusat di Northfield, Chicago, Illinois, Amerika
Serikat. Pada tanggal 1 Oktober 2012, Mondelez secara resmi menggantikan Kraft
Foods, untuk berbisnis di bidang makanan ringan, makanan, dan minuman (selain
keju dan produk olahan susu, yang kini ditangani oleh Kraft Foods Group). Kini,
Mondelēz merupakan salah satu produsen makanan terbesar di dunia. Produk
Mondelēz di Indonesia saat ini antara lain: Toblerone, Oreo, Ritz, Cadbury, Biskuat,
Kejucake, TUC Crackers, Belvita, dan Chips Ahoy! (Wikipedia)
“Tulisan ini diikutsertakan dalam lomba Ngemil Bijak yang diadakan oleh Ibu-Ibu Doyan Nulis”
Share :
Aduh itu biskuatnya ngeborong ya. Camilan pa mau jualan xixixi, banyak banget itu rentengannya.
ReplyDeleteKalau ngemilnya pakai ilmu, ga akan jadi penyakit ya Mba. Terimakasih semua informasinya
Sekarang kalau mau ngemil saya suka praktekkan juga cara ngemil bijaknya ini. Anak saya suka ketawa. Tapi tetap semangat saja ya
DeleteIni perjuangan
Bener ini seringnya ngembil itu disambi jadi nggak kerasa padahal kalori yang masuk bisa melebihi makanan. Saya juga selain belajar mindful eating, juga belajar buat ngemil bijak ini karena kalau udah kebiasaan tak sehat bahaya juga :D
ReplyDeletemungkin ngemil makanan yg sehat kali ya...klo di kntr smbil kerja biasanya sy ngemil biskuit hmmm kebykn jg bikin gemuk
ReplyDeleteakuuu ini mba, doyan banget ngemil huhu, bolehlahhh ini dicoba dietnya intermiten yaaa, mirip kaya puasa sih yaa sebenarnya
ReplyDeletePart "Orang tua memperbaiki pola makan" ini aku sangat setuju Mbak. Karena merekalah yang menjadi contoh bagi anak-anak. Bagaimana anak-anak makan pasti meniru apa yang dilakukan kedua orang tuanya.
ReplyDeleteMasyaAllah mb kumplit dah 😍👏 ngemil bijak membuat kita sadar dg apa yg kita makan ya mbak 👍
ReplyDeleteAku suka banget sama namanya ngemil. Aku harus lebih bijak nih dalam ngemil, aku harus memperhatikan pola makanku.
ReplyDeleteTernyata bertindak bijaksana itu beneran bisa diterapkan ya dalam setiap sendi kehidupan, termasuk ngemil. Auto ingat bahwa saya tuh suka susah berhenti kalau sudah mengunyah camilan. Apalagi kalau camilannya terdengar ngriuk di telinga. Seperti candu gitu untuk mengunyah lagi dan lagi.
ReplyDeleteNgemil boleh, tapi harus bijak ya, jangan kebablasan apalagi ternyata ngemilnya nggak sehat. Nggak banget dah
ReplyDeleteWah asyik nih ada lomba ngemil bijak kayaknya bagus ya buat edukasi ke masyarakat juga ..keren..jadi pengen ikut nih..
ReplyDeleteSalah satu pelajaran yang kubaca hari ini "Apapun sikap dan perilaku akan ditiru anak. Anak belajar berperilaku dari yang dilihat, modeling dari orang tuanya." Noted!
ReplyDeleteSaya termasuk yang suka ngemil dan ngemilnya berat. Wkwkwk. Makan nasi tetap 3x, makan kolak nya kalap. Hihihi.
ReplyDeleteJadi intinya jangan ngemil saat mata dan otak fokus ke yang lain seperti drakor dan game ya.
Mbk Niarr makasih tips tipsnya.. Aku sekarang mulai mengurangi makan dengan lihat gadget atau nonton. Biar fokus makan, atau makan dengan sadar hehe
ReplyDeleteWah ilmunya keren bahkan ngemil Aja Ada aturannya ya mba
ReplyDeletePR banget buat kami orangtua untuk nyiapin camilan yang bergizi, Mbak Niar. Selama pandemi kami berempat hobi ngemil tapi rasanya belum bisa jajdi role model. Makasih ya ilmunya, ternyata ada muatan psikologisnya ya. Camilan ngaruh banget soale ke kesehatan sih ya.
ReplyDeleteini ilmu banget buat emak2 sebagai penyedia cemilan bergizi dirumah ya mba. apalagi dimasa pandemi ini duuuh harus muter otak buat mikirin hari ini mau nyediain cemilan apa ya. belom lg nemenin anak2 yg full dirumah yakan mba
ReplyDeleteMemang kudu mulai membiasakan #NgemilBijak
ReplyDeleteKalo nggak, bisa2 berujung penyakit degeneratif ya Mba
Makasii sharing-nya
Aku mau praktekin tipsnya ah
DeleteSemangaaattt, dirikuuu!
Ada ya puasa intermiten. Berarti aku udah jalani dong karena memang gak keblabasan nyemil atau makan. Sering tuh nyemil asal ngemil. Eh tahu-tahu habis banyak. Kudu belajar buat nikmati secara perlahan
ReplyDeleteKalau lapar tapi belum waktunya jam makan, tahan dulu sebentar siapa tau khayalan ya mbak :-D eh bukan sih beneran lapar atau gak maksudnya.
ReplyDeleteNgemil itu gak dlarang tapi tahu batasnya & jenis camilannya
Aku ikutan webinar ini juga mbak, banyak pelajaran penting di sini untuk tahu mengenai tips ngemil bijak. Aku termasuk yang terbiasa memberikan anak cemilan yang bergizi dengan pola atur jam makan cemilannya.
ReplyDeletemasya Allah lengkap banget ulasannya. terima kasih mbak tipsnya. sesuatu yamg baru nih ngemil bijak
ReplyDeleteSetelah saya ikutin webinar ngemil bijak ini, saya jadi lumayan bisa ngontrol ngemil saya Mba, sayangnya cuman sekitar semingguan mungkin, memang ngaruh sih ya.
ReplyDeleteterlebih saya keseringan lama di depan laptop, kadang tiba-tiba perut terasa lapar, saya cek perut dulu, ternyata dia biasa aja, nggak kenapa-kenapa, cuman leher dan lidah aja kayaknya yang pengen ngecap gitu.
Saya ambil air putih, dan minum, kelar, hahaha.
Sekarang baca ini, jadi tersadar kembali, kayaknya kudu di print dan tempelin gede-gede di depan pintu ya, biar saya ingat untuk cek perut dulu kalau pengen ngemil :D
Makasih banyak remindernya kak huhu kadang kita gitu ya ga sadar dah banyak ngemil kalau di rumah mungkin bisa dikontrol cemilan anak-anak yang agak susah itu kalau mereka di luar sih kadang suka jajan ini itu. Tapi Alhamdulillah semenjak di rumah aja kalaupun jajan tetap terkontrol.
ReplyDeleteMbak Mugniar dalem banget bahas ngemilnya dari berbagai sisi. Well noted Mbak, terutama di bagian peranan ibu dalam membentuk pola makan anak. Thanks for sharing ya....
ReplyDeleteMemang masalah asupan ini soal gaya hidup, ya. Susah juga merombaknya sejak awal, tetapi tetap harus diusahakan.
ReplyDeleteTerima.kasih sharingnya mba..jadi tahu nih tentang ngemil yg baik hehe.. Mau praktekin juga ah...
ReplyDeleteSaya bekerja dari rumah. Even sebelum masa pendemi, waktu lebih banyak memang dihabiskan di rumah, mengurus bisnis kami. Nah kecenderungan saya emang begini, ngemil. Kalau sudah bosan bentar-bentar buka kulkas atau stoples. Tapi emang sih jarang ngemil sambil nonton. Ngemilnya penuh kesadaran, kadang duduk di meja atau sambil jalan-jalan di rumah meluruskan kaki..
ReplyDeleteTapi tetap saja meninggalkan jejak rasa bersalah. Apa lagi sekarang sudah kelebihan berat badan 4 kg. Duh..Saya harus kerja keras nih menghilangkan kebiasaan ini :)
MasyaAllah ternyata begitu ya. Jadi pengen praktik ngemil mindfullness. Selama ini suka ngemil sambil ngerjain yang lain, nggak sadar tahu-tahu sudah habis.
ReplyDeleteWow, mindful snacking... Menarik banget...
ReplyDeleteHarus dipraktikin nih, soalnya selama ini saya senang ngemil sambil baca buku atau nonton film...
Aku lagi berusaha belajar terus Mak, menikmati ngemil dengan mindfullness. Moga bisa menjadi role mode buat anak2 yaa..
ReplyDeleteAnak memang peniru ulung ya, Mbak. Mereka akan meniru kebiasaan orang-orang yang ada di sekitarnya termasuk orang tua. Jadi kalau orang tuanya seneng ngemil, anak-anak juga ikut senang ngemil.
ReplyDeleteSaya dan anak-anak makan malam sekitar jam 6-7 malam, kalau tidur larut biasanya suka lapar lagi jam 10an, akhirnya ngemil, deh...hihihi
Beberapa bulan belakangan ini aku lagi ngurangin ngemil tapi kadang kalau lagi kepengen suka makan biskuit sedikit dan aku batasin kepingannya. Aku jadi penasaran ini dengan ngemil mindfullness.
ReplyDeleteNgemil bijak tanpa merasa bersalah sama dengan ngemil sehat tanpa khawatir akan kesehatan tubuh ya mantap banget mbak.
ReplyDeleteWah. .Aku termasuk yg lebih banyak ngemil dibanding makan. Alasannya lebih ke perut yg gak bs diisi langsung banyak krn dulu punya riwayat magh. Menarik jg ttg mindfull snacking ini mba bs buat catatan aku kalo yg rajin ngemil ini. Hihi
ReplyDeleteMenarik banget kelas ngemil bijak nih Kak aku jadi terinspirasi untuk mindful eating dan snacking...semoga bisa konsisten yaa
ReplyDeleteAntara cinta dan kasihan itu kudu benar-benar diperhatikan. Kadang kita salah kaprah menjadikan alasan cinta, padahal nyatanya karena kasihan. Kalau ngemilnya ngasal juga gak sehat ya buat kesehatan tubuh. Jadi setuju banget nih, ngemil bijak, biar ngemil tapi juga tetep sehat, bukan cuma kenyang atau hanya menghabiskan waktu luang.
ReplyDeleteKasih jeda 10-15 menit itu perlu juga ya Mbak biar tubuh merespon perlu ngemil lagi atau distop 😁 Kudu aku lakukan nih mulai dari sekarang
ReplyDeleteaku pernah mbak ikutan workout midfullness mbak. dan benar, ada materi tentang makan cara midfullness. katanya bisa membuat kita gak perlu menahan makan untuk diet tapi makan dengan kesadaran untuk sehat
ReplyDeleteAku nggak ikutan webinar ini bun, tapi senang dapet ilmunya eheheh makasih ya bund bagaimana ngemil yang bijak ini. Biasanya ngemil terus nggak makan ini yang kadang aku paah begini
ReplyDeletemakasih banyak untuk semua tipsnya mbaaa..aku tuh doyan ngemil tapi pengen kuruuus hahahaha...gimanaaa cobaaa
ReplyDeleteSetuju banget mbak e, ibu memiliki peranan penting dalam menyediakan cemilan sehat untuk keluarga. Btw senang banget bisa ikut webinar ini dan bisa sharing ilmu bersama.
ReplyDeleteHiks...kelewatan webinarnya :(
ReplyDeleteKayaknya efek bertambahnya berat badan saya nih garagara ngemilnya kebablasan, gak bijak. wkwkw
Bahkan ngemil pun harus mindful ya...kak Niar.
ReplyDeleteAku baru sadar betapa kita selama ini melatih anak-anak untuk tidak mindful kalau makan saja masih disuapi.
Heuheuu~
Pakai alasan mencintai vs mangasihani.
Segala yang kita lakukan hendaknya memang dilakukan secara mindful.
DeleteJadi fokus menikmati dan bersyukur.
Bijak ngemil.
sungguh pembahasan yang sangat bagus mbak ... kenapa? aku baru tahu kalo pola makan pola ngemil juga butuh diatur agar menjadi bijak
ReplyDeleteDuuh saya malah bermasalah karena jarang dan ngemil eh anak saya juga ikut-ikutan nggak suka ngemil. jadilah kami sekeluarga kutilang. Kurus tinggi langsing :D
ReplyDeletewah menarik banget sih tentang mindfull eating, jadi penasaran mau menerapkan juga pas lagi nyemil. Makasi sharingnya ya maaaaak
ReplyDeleteNah yang bahaya tuh kalau ngemil memang biasanya dilakukan sembari menjalani aktivitas yang lain, mba. Memang butuh effort ya agar bisa mindfulness tadi saat ngemil. :)
ReplyDeleteAku nih kalau stress ngemil mak. Gk terima camilan snack tp mie instan kdng makan besar lg hehe. Tp emang berasa sih di usia skrng gk bisa bohong :(
ReplyDeleteKalau dilos gtu gk baik buat kesehatan ya. Tengkyu rangkumannya mak, bisa jd panduan nih buat nyemil lbh bijak lg demi kesehatan
Aku pernah diajari makan dg mindfullness untuk mengurangi cemas. Tapi belum berhasil sih. Yg ada tetep buru2 makannya. Mantap ini tips ngemil bijaknya lengkap
ReplyDeleteRlate banget ama aku nih. aku nyamil banyak kalo lagi stres. Udah tahu bakal bikin gendut dan nggak sehat tapi tetap aja dimakan.
ReplyDeleteAKu dulu kalo stress pasti ngemil. Dalam waktu cepat jd kayak ngerasa kuraaaang terus. Pdhl kan ga baik ya kayak gt. Bener2 harus tahan
ReplyDeleteBener banget ini yang ngemil mindfullness, agar kita bisa menikmati setiap gigitan dari setiap cemilan yang kita makan. Tidak asal lewat mulut saja..
ReplyDeleteSekarang kalau nau ngemil berlebihan langsung ingat step dari psikolog kapan hari. Jadinya ga ngemil sembarangan lagi
ReplyDeleteAku suka banget nyamil mba. Penganut mending nyamil daripada makan nasi. Hihi
ReplyDeleteGara-gara ikut sharing sessionnya mba Tara jadi sekarang nyamil jadi lebih pelan-pelan, dinikmati, ngga disambi sama kerjaan lain.