Agar Bisnis Kerajinan Tangan (Merajut) Menguntungkan - Merajut ... oh no, saya bukan jenis orang yang suka mempelajarinya. Saya hanyalah pengagum hasil rajutan orang-orang. Makanya ketika Welang Pelang mengadakan festival pertamanya yang mengumpulkan banyak crafter, saya rela datang untuk memanjakan mata.
Dokumentasi pribadi, ketika Festival Welang Pelang 2019. Cantiknya sepatu-sepatu rajut itu. |
Aktivitas Berkarya
Welang Pelang
Welang Pelang adalah nama – bisa
disebut brand dari 4 orang crafter, Nanie, Unga, Ayi, dan Ina.
Keempatnya saya kenal dari komunitas blogger. Senang menikmati foto-foto
craft yang mereka buat. Banyak dari karya mereka berupa rajutan.
Tentunya menikmatinya di festival yang berlangsung Juli tahun 2019 silam, terasa lebih menyenangkan.
Tak habis kekaguman saya melihat
payung rajutan. Juga hiasan dinding dengan corak dasar mandala, tas, sepatu, dan
lain-lain. Saya pengagum kreativitas. Meskipun tak bisa membuatnya dan tak bisa
menikmati melakukannya, mata saya menikmati memandangi hasil kerajinan yang
dibuat oleh tim Welang Pelang (WePe).
Welang Pelang terbentuk pada bulan
Desember 2017 karena Nanie, Unga, Ayi,
dan Ina mau lebih mengenalkan craft kepada khalayak. Mulanya, di
Makassar hanya ada komunitas Quiqui yang aktif membuat kegiatan merajut.
Sementara WePe lebih luas cakupannya craft secara umum dan lebih fokus
dengan mengadakan workshop.
Tahun 2019 lalu, Festival Welang Pelang terlaksana. Sebagai pengagum
ke-4 orang di balik WePe, saya menyempatkan diri berkunjung untuk cuci mata.
Satu lompatan besar.
Welang Pelang dimuat di Harian Fajar. Sumber: akun IG @welang.pelang. |
Belum lama ini saya bertanya kepada
Nanie, apa harapan pelaksanaan festival tersebut. Nanie menjawab:
Harapannya menjadi wadah bagi crafter
Makassar agar jadi tuan rumah di kota sendiri. Crafter Makassar
sebenarnya banyak tapi masih kurang sarana untuk tampil. Saat itu ada sekitar
20-an crafter yang ikut. Kami adakan WePe Craft Festival secara mandiri
makanya berharapnya event berikutnya bisa lebih besar lagi dengan
menggandeng banyak pihak yang semoga bisa menjadi sponsor.
Nah, sebenarnya festival berikutnya
direncanakan penyelenggaraannya dalam pertengahan tahun 2020 dengan harapan
bisa lebih besar daripada festival tahun lalu namun apa daya, terkendala
pandemi yang meluluhlantakkan tatanan dunia.
Kendala dan
Prospek Bisnis Kerajinan Tangan
Belum lama ini saya menyimak video BERGURU dari channel milik Ninjaxpress.co yang menampilkan Amelia Putri (Puput), seorang knitter yang kondang dengan brand PAPIPUT. Saat nonton videonya, saya
teringat lagi dengan Welang Pelang.
Puput mengatakan bahwa perlu
digarisbawahi masih kurang apresiasi orang Indonesia terhadap karya buatan
tangan. Hal ini senada dengan yang diungkapkan Nanie, bahwa untuk produk craft,
masih banyak orang Makassar yang menganggap harganya mahal padahal ini handmade
bukan buatan pabrik.
Amelia Putri (puput), owner PAPIPUT. |
Saya setuju sih, karena memang layak untuk buatan tangan yang membutuhkan waktu, ketelatenan, dan sering kali mendapatkan sentuhan pribadi diberi harga lebih mahal ketimbang buatan pabrik yang seragam.
Selain itu, menurut Nanie, kendala
bahan kerajinan tangan adalah masih ada beberapa bahan yang sulit diperoleh di kota
Makassar.
Lalu bagaimana jika berbicara soal
peluang?
Menurut Nanie, peluangnya ada. Orang-orang
mulai melirik craft sebagai hobi. Meskipun masih pelan, tapi permintaan workshop
kerajinan tangan makin meningkat. Oleh karena melihat peluang tersebut, WePe
punya harapan memiliki galeri dan tempat workshop sendiri.
Menurut Puput, prospek bisnis rajutan
bagus, keuntungan bisa mencapai 100%
– 300%.
Pembeli rajutannya kebanyakan dari dalam negeri, pembeli desain ada dari luar
negeri, dan pembeli benang rajut buatannya berasal dari luar negeri.
PAPIPUT
Amelia Putri (Puput) belajar merajut
otodidak pada akhir tahun 2010.
Mulai tahun 2011, mulai merambah bisnis rajutan. Bisnisnya bukan hanya menjual
hasil rajutan, melainkan juga menjual desain rajutan dan mewarnai dan menjual
benang.
Brand PAPIPUT kini terkenal di kalangan para crafter.
Siapapun bisa menjangkaunya melalui website Papiputshop.com, market places, Etsy,
Facebook, dan akun Instagram @papiput. Bahkan untuk produk yang
diperlihatkannya dalam video BERGURU, bisa diunduh secara gratis di blog Puput
– Eatsandknits.com.
Puput dalam video BERGURU. |
Dalam video berjudul MULAI BISNIS BARU DENGAN
BELAJAR MERAJUT BERSAMA PAPIPUT | BERGURU (Belajar Ragam Usaha Baru) Ep. 08
yang tayang pada tanggal 3 Oktober lalu, Puput membagikan strateginya dalam
menjual karya dalam brand PAPIPUT-nya.
Strategi Agar Bisnis
Kerajinan Tangan Menguntungkan
Beberapa informasi saya peroleh usai
menonton video BERGURU dan satu video lain di channel Ninjaxpressid yang
mana Ivan Lanin menjadi nara sumbernya, juga dari obrolan dengan Nanie.
Strategi berikut
ini perlu dilakukan agar kerajinan tangan laku dijual:
1. Membuat
produk yang inovatif dan kreatif.
Cari tahu dulu yang mana produknya yang
disukai atau diminati banyak orang. Puput mengusulkan untuk membuat produk yang
inovatif dan kreatif. Kalau perlu, ciptakan tred. Buat produk yang orang
lain belum pernah buat.
Rajutan PAPIPUT. |
2. Diversifikasi
produk/jasa.
Welang Pelang,
selain menawarkan produk juga menawarkan workshop membuat kerajinan
tangan. Puput, selain menjual barang hasil merajut juga menjual desain rajutan
dan benang.
Workshop Welang Pelang. Foto dari akun IG @welang.pelang. |
3.
Menyelenggarakan festival atau pameran.
Welang Pelang
cukup sering mengikuti pameran guna memperkenalkan kerajinan tangan kepada
warga kota Makassar. Dalam Festival Welang Pelang tahun lalu, WePe
berkolaborasi dengan 20-an perajut dengan mendirikan
booth-booth pameran yang memajang berbagai karya kerajinan tangan. Hal
ini dapat menarik perhatian banyak orang sekaligus menjadi ajang promosi.
4. Menggunakan aneka
platform digital sebaik mungkin.
WePe memajang
karya para pendirinya di akun Instagram @welang.pelang dan Facebook. PAPIPUT,
seperti yang saya ceritakan di atas, menggunakan Instagram, market places,
Etsy, blog, dan webstore. Gunakan foto dan video yang eye catching.
Salah satu karya Papiput. Foto dari webstore Papiput. |
5. Perhatikan
penggunaan bahasa.
Ada penjelasannya di dalam video berjudul Obrolan Asik Seputar
Bisnis (OASIS) I Tingkatkan Sales dengan Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar!
Pada channel Ninjaxpressid.
Ivan Lanin – sang nara sumber
memberikan beberapa panduan, seperti membuat deskripsi produk yang tepat,
ejaannya rapi – misalnya jangan huruf kapital semua, perhatikan cara berkomunikasi
dengan pelanggan – misalnya perhatikan penggunaan sapaan Mas/Mbak/Kak, tak
semua orang nyaman dipanggil KAKAK.
Memilih kata yang tepat dan baik
dalam merangkai kalimat. Ingat sekali lagi bahwa berkomunikasi dengan pelanggan
– misalnya dengan menyapa pelanggan itu bertujuan untuk meningkatkan citra di
mata pelanggan dan mengakrabkan diri dengan pelanggan.
BERGURU –
Belajar Ragam Usaha Baru
Mungkin banyak bisnis tiarap pada
masa pandemi ini namun bisnis dari rumah masih memberikan harapan asalkan tahu rahasia bisnisnya apa. Aneka tips dan trik
seputar berwirausaha ala UMKM tayang di channel Ninjaxpressid.
Rajutan corak mandala di Festival WePe. Dokumentasi pribadi. |
Salah satu kategori kontennya adalah BERGURU (Belajar Ragam Usaha Baru). BERGURU adalah kategori konten yang memuat tips dan tutorial bagaimana memulai usaha dari rumah. BERGURU bertujuan mendorong masyarakat agar mau berupaya menciptakan usahanya sendiri dan mengubah persepsi bahwa yang terlihat sulit bisa jadi mudah jika bersungguh-sungguh.
Nah, jangan sampai ketinggalan
episode BERGURU deh, khusus episode PAPIPUT klik: https://bit.ly/Berguru_E4_MU. Like dan subscribe kanalnya. Jangan lupa untuk menuliskan di kolom komentar, apa episode BERGURU
selanjutnya yang perlu kita pelajari bersama-sama.
Makassar,
19 Oktober 2020
#Business #Bisnis #berguru #NinjaXpress
#usaha #jasaPengiriman #jasaPengirimanMurah #jasaPengirimanTerpercaya #pengirimanTerpercaya
#pengirimanAman #pengirimankeluarKota #PengirimanAntarKota #pengirimanmurah #JasaAntarPaket
#BisnisBaru2020 #BisnisBaru #UsahaBaru #UsahaSaatPandemi #UsahaDirumah #Wirausaha
#WirausahaMurah #Usaha2020 #WirausahaSeru #InformasiTerbaru #InformasiTerupdate
#CaraMenghasilkanUang #Rajut #PapiputYarn
Share :
Setiap usaha memang harus punya trik dan rahasia bisnis agar tetap bertahan dimasa sulit seperti ini ya kak, karena dimasa pandemi sepertinya banyak yang beralih propesi sebagai pengusaha juga.
ReplyDeleteYang paling dekat bagaimana berusaha dari rumah ya Mbak Sarah.
DeleteBeberapa tahun lalu saya pernah suka merajut, Mbak. Tapi merajut yang pakai hakpen, crochet. Cuma nggak sampai dijual sih. Keren ini Welang Pelang yang bisa membuat hobi merajut jadi bisnis.
ReplyDeleteWelang Pelang dan Papiput juga menjualnya. Kalau Papiput malah sudah ke luar negeri, Mbak Alfa.
Deleteduh keren ini mbak Alfa udah sampai bisa merajut, kalau ditekuni bisa jadi bisnis juga ya
DeleteWow... Pangsa pasar rajutan di luar negeri emang besar sih, Mbak. Dengan karya yang cantik gitu nggak heran kalau produk Papiput bisa go international.
DeleteKalau pandai networking memungkinkan untuk go international ya, Mbak.
DeleteIde bisnis yang cukup bagus ini, tapi saya cukup kesulitan untuk menjualnya. Biasanya saya merajut untuk dipakai sendiri, sebenarnya ingin dijual juga tapi belum tahu strategi penjualannya.Sepertinya saya harus lihat video berguru,supaya mengetahui lebih mendalam tentang bagaimana memasarkan hasil rajutan.
ReplyDeleteBenar, Mbak ... mungkin diklik dulu link yang menuju ke YouTube-nya di atas.
DeleteKeren ya klo punya skill kerajinan tangan. Bisa dibikin bisnis yg menghasilkan. Tp utk pemasaran lewat pameran kynya jd terhambat ya zaman pandemi gini
ReplyDeleteZaman sekarang mesti getol online sih ya.
DeleteBetul Mbak, eskarang zamannya mengunakan teknologi internet supaya usaha menengah dan kecil lebih maju lagi
DeleteDulu pernah ajak anak anak belajar berajut.. beberapa hasil sudah ada seperti mainan anak, peci, dan lain lain.. sekarangs edang off karena sedang belajar yang lain
ReplyDeletemasya Allah ... mantap, Mbak
DeleteKita samaan nih mbak... Gak bisa ngerajut tapi jadi penikmat rajutan. Klo ada pamerannya pingin juga lihat langsung, siapa tau bisa belajar langsung
ReplyDeleteToss, Mbak Munasya hehe.
DeleteSalut sama bisnis Welang Pelang ini tetap bertahan walau di masa pandemi ini, begitu juga dengan Papiput tapi ini mungkin namanya sudah besar ya boleh dicoba nih kisah suksesnya
ReplyDeleteKeduanya memberikan inspirasi ya ...
DeleteSoal pelanggan – sapaan Mas/Mbak/Kak, penggunaan Kak ini biasanya dipakai di Jakarta, untuk lebih aman karena Jakarta terdiri banyak warga dengan beraneka ras/suku. Jadi kalau manggil biasanya mereka takut keliru itu ternyata orang Batak, atau orang Tionghoa yang biasa dipanggil Cie-cie. Kalau saya malah lebih nyaman dipanggil Kak, dibanding Bunda--Mom--Momsay, atau sejenisnya. Mengingat saya belum menikah. Ahaha. Ada cerita lucu, teman saya laki-laki memesan barang online untuk anak perempuannya. Si penjual berasumsi teman saya ini perempuan, jadilah dia dipanggil Bunda, Mom, Sis, Sista. Sampai dia bilang: saya laki-laki. xD Kocak benar. Bdw, itu rajutannya bagus-bagus. Saya juga termasuk penggemar rajutan. Rajutan handmade susah membuatnya tapi sayang pembeli kerap menyamakan dengan barang buatan mesin. Belum lagi bombardir fast fashion. Padahal rajutan handmade itu biasanya lebih awet dan bagus kualitasnya.
ReplyDeleteWahaha ada teman juga begitu, Mbak Nieke. Bapak-bapak sayang anak yang membelikan pakaian buat putrinya, dia dipanggil BUNDA. Hihi.
DeleteMamaku ikut group belajar merajut juga, mereka ada komunitasnya, ada tantangan untuk nyelesain satu challenge-nya tepat waktu. Seru, hasilnya juga bisa dijual digabungkan bersama komunitas rajut.
ReplyDeleteWah menarik tantangannya ya Mbak Dessy.
Deletewah keren, saya pernah belajar merajut oto didak dari buku dan video mbak, tp ga mudeng hahaa gagal deh padahal udah beli jarum dan benangnya warna warni
ReplyDeleteMungkin sama kayak saya ya Mbak Winda .... jadi penikmat saja kita hihi.
DeleteBisnis apapun pasti adaaaa aja tantangannya ya.
ReplyDeleteYang penting tetap berusaha, dan saling menyemangati!
Apalagi di masa pandemi kayak gini
Nah betul Mbak Nurul. Tapi di masa pandemi begini, tantangannya harus pandai menggunakan cara online ya.
DeleteKeterampilan merajut cuman bisa dilakukan oleh orang yang penyabar dan mau berproses hehe soalnya sy juga bisa merajut mba tapi ga sampe level baju, palingan taplak meja cover galon, itupun kaya nunggu mood diajarin sama alm nenek
ReplyDeleteWaah sudah bagus, Mbak bisa bikin taplak meja. Kalau saya, ndak betah merajut hehe.
DeleteAku paling suka pake baju atau cardigan rajutan dan terkagum2 sama ketekunan dan ketelitian para perajut. Beneran harus sabar dalam mengerjakannya. Semoga sukses terus untuk bisnis rajutannya Welang Pelang yaaah
ReplyDeletesaya kagum sama yang bisa bikin cardigan, cantik pula ^^__^^
DeleteKeren banget nih Welang Pelang. Perjalanan bisnisnya luar biasa dan bisa banget ditiru. Cari ide usaha yang unik dan cari cara promosi yang baik. Yang pasti nggak boleh menyerah juga ya. Aku segala sesuatu yang berhubungan sama keterampilan, nol besar, haha
ReplyDeleteToss Mba Ana haha ... kita tim penikmat saja yaa.
DeleteMbak saya crafter, merajut sejak 5 atau 4 tahun lalu. Karyanya udah buanyak bgt. Saya juga kecipratan gratisannya. Hehe...
ReplyDeleteAda sepatu sama tas selempang. Pernah ngajar offline juga di kecamatan, sampai luar kota di Jateng.
Terus adik ipar sy juga ketularan merajut. Sekarang sibuk sg pesanan masker sama konektor.
Salutlah sama ibu-ibu yang kreatif, bisa berkarya sambil tetep di rumah.
Waah keren mbaknya bisa bikin sepatu, Mbak Diah ... saya mah nyerah, jadi pengamat saja eh penikmat.
DeleteSodaraku juga ada yang gape merajut gini, Mak.
ReplyDeleteTapi blum diseriusin jadi bisnis.
padahal mayan juga kan yaaa
karena pasarnya terbuka lebar
Wih asyiknya kalau bisa jadi sumber rezeki ya Mbak Nurul.
DeleteAku dulu niat banget pingin kursus merajut, udah nemuin tempatnya tapi terlalu jauh. Eh tapi kayanya takut gak konsisten makanya milih beli aja di temat produk rajutannya sekalian bagi-bagi rezeki ya hehehe alasan padahal mah males belajarnya. Padahal dari kerajinan tangan ini bisa menghasilkan pendapatan ya mbak.
ReplyDeleteKita menulis saja deh ya Mbak Lidya. Mari ramaikan tim penikmat hihi.
DeleteAku itu suka merajut tapi nggak bisa-bisa. Ya sih semua orang pasti punya keahlian masing-masing ya. Tapi ini BERGURU episode selanjutnya apa ya? Jadi penasaran
ReplyDeleteHayuk Mbak Rani, disimak vide-video BERGURU. Keren-keren.
DeleteSaya hobi crafting tapi untuk merajut belum ada kesempatan untuk belajar bikin. Pengen sih suatu hari ikutan kelas merajut, seru juga kalau bisa menghasilkan uang kan? 😁
ReplyDeleteNah iya, siapa tahu bisa ya Mbak.
Deletetak semua orang nyaman dipanggil KAKAK...itu benerrr banget. Semisal manggil Kak ke abang2 di Medan, pasti dia merasa "kan aku lakik, kok dipanggil kak" hahahaha.
ReplyDeleteBtw...dunia crafting itu memang menarik. Salut buat Welang Pelang dan Papiput yang sudah bisa mengembangkan hobi jadi usaha. Hari2 ini saya lagi belajar menjahit (non-pakaian). Berhasil membuat masker 3D dan mendapat respon yang cukup baik ketika saya tawarkan ke ibu2 kompleks. Aiiih, itu sudah seneng bangeeet. Mudah2an pandemi segera berakhir sehingga bisa berkomunitas dengan crafter makassar
Wuih andai dekat mau deh mampir lihat masker2 Mbak Lisdha ... atau adakah gerai online-nya?
DeleteSaya dulu pernah diajarin merajut, sayang saya kurang telaten, emang merajut itu melatih kesabaran juga ya.
ReplyDeleteBtw itu baju rajutannya cantik-cantik, saya setuju banget, handmade seharusnya dihargai lebih, karena butuh ketelatenan dan seni bersabar akan proses untuk menghasilkan karya :)
Pekerjaan tangan sebenarnya banayak nilai lebihnya ya Mbak Rey .. memang jadi tantangan tersendiri untuk bisa dihagai ya.
DeleteJadi pengen belajar merajut lewat Yutub Papiput siapa tau jadi peluang bisnis baru saat pandemi ini :)
ReplyDeleteNah iya, siapa tahu, Mbak
DeleteTernyata merajut bisa menghasilkan juga yah kak. Saya sebenarnya tertarik pengen belajar tp sayangnya di kampung nda ada komunitas atau tempat belajar merajut huhu
ReplyDeleteNah, berkomunitas online saja Ainhy hehe.
DeleteJujur salut banget dengan banyak pihak yang kreatif. Bisa menyulam menjahir luar biasa. Satu sisi, peran digital emang butuh buat pemasaran produk di era seperti sekarang
ReplyDeleteSetuju sama bak Alida.
DeleteMenurutku sih, merajut ini hobi orang super sabar. Jika ditekuni dan dipelajari dengan sangat baik termasuk marketingnya, in sya allah bakalan laku. Memang ga mudah penjualannya mengingat hasil rajutan itu dinikmati oleh orang yang memiliki jiwa seni dan tau cara menghargai 😊😊
ReplyDeleteHandmade gini seharusnya dihargai di negeri sendiri. Justru nilainya makin naik kalau di jual di luar negeri. Biasanya barang2 yg handmade krn effort bikinnya lumayn, hrs diapresiasi dgn harga yg gak mahal
ReplyDeletewaa beberapa tahun lalu aku sempet belajar rajut dan sempet seneng banget ngerajut tapi baru bisa yang simple simple, kaya bentuk kotak atau bulet aja hehehe
ReplyDeleteIt must be interesting to learn all these new things especially in addressing the new pandemic. Some of those principles in businesses are still the same though
ReplyDeleteWah Mba Puput belajar merapat otodidak tapi bisa menghasilkan Karya yang bagus-bagus banget, salut banget
ReplyDeleteWelang Pelang, ngikuti karya mereka di media sosial dan terkagum-kagum sama crafternya...bisa aja kreatif begitu mereka..Masya Allah
ReplyDeletekenal lagi mereka juga ngeblog, multitalenta deh ya
Dan untuk aneka tips dan trik seputar berwirausaha ala UMKM tayang di channel Ninjaxpressid saya jadi pengin kepoin, senang nonton konten inspiratif begini
Mbak itu baju-baju yang mirip sweater asli rajutan dari para crafter Makasar? Duuh keren banget ya. Pengen juga bisa seperti mereka karena pada dasarnya saya juga suka merajut.
ReplyDeleteSaya juga setuju kalau buatan tangan yang membutuhkan waktu, ketelatenan, dan sering kali mendapatkan sentuhan pribadi harus diberi harga lebih mahal dibandingkan dengan buatan pabrik yang seragam.
ReplyDeleteHaha bener, kadang orang baru bisa menghargai produk seperti itu kalau kita sendiri pernah membuatnya atau pernah tahu sendiri prosesnya ya :D
DeleteKalau aku lebih senang melihat orang merajut dan memakainya, karena aku gak bisa merajut hehehehee... waktu ke Yogyakarta aku pernah beliin anakku topi rajuta dan sampai sekarang masih ada.
ReplyDeleteAKu selalu ingin belajar merajut tp tak bisa2 huhu, keren deh kalau lihat org pandai merajut apalagi karyanya banyak. Kebetulan aku ada kenalan jg yang karya rajutannya udah dijualin jg, harganya bisa spesial kalau desainnya rumit dan dirajut apik ya :D
ReplyDeleteBener kak Niar..
ReplyDeleteAku punya temen yang seorang pengusaha dan pekerjaannya selain berinovasi di produknya, juga packanging sampai pemasarannya.
Jadi detil sekali memang yaa..
Menarik sekali..
DeleteZaman sekarang sudah sedikit perempuan yang bisa merajut, karena membutuhkan konsentrasi tingkat tinggi.
Kka Niaarrr...
DeleteAnakku kan suka banget sama aktivitas yang berhubungan dengan seni. Jadi kemarin cobain belajar merajut, knitting.
Ternyata, mashaAllah..
Susah.
Heuheu..pantas kalau harga kerajinan rajut ini mahal.
Keren ya bisa belajar merajut secara otodidak 😀. Menurutku itu karna punya bakat dan mau juga mengasah diri untuk berkembang ya mb
ReplyDeleteIya, baru tahu log kalau ga semua orang suka dipanggil kakak...Kirain itu general ternyata engga...
ReplyDeleteKerajinan tangan merajut punya potensi yang menguntungkan ya..
Hahaha.. saya pun bukan yang orang yg mau disuruh merajut, Mba. Lebih ke penikmat hasil rajutan aja. Tapi kerrn ya ini dari sekedar hobi bersama 4 orang sahabat, bisa jadi welang pelang. Semoga craft di Makasar makin maju deh dengan plopor dr mereka.
ReplyDeleteMasya Allah, cantik banget hasil rajutannya. Saya suka lihat orangorang pakai mantel rajut gitu. Rapi kelihatannya.
ReplyDeleteAku sangat iri sama org yang bisa merajut. Bahagianya bisa bikin baju atau kerajinan lainnya dengan tangan sendiri.
ReplyDeleteEmang tinggal belajar cara/ strategi memasarkannya dengan baik ya mbak :D
Kagum banget sama crafter yang ulet dan kreatif pisan, secara aku blank banget kalau soal craft..huhu...sukses buat teman-teman Welang Pelang...
ReplyDeleteAku dulu suka banget ngerajut, tapi sekarang udah mulai lupa karena udah lama banget nggak ngerajut lagi. Keren banget bisa ngerajut payung
ReplyDeleteMerajut ini karya seni yang sekarang makin bernilai karena memang yang pintar merajut makin kurang... Semoga usahhanya terus berkembang. Suka deh dengan semangat dan namanya Berguru...
ReplyDeletedan jadi ingat, dulu waktu sekolah pas pelajaran merajut suka iri liat teman-teman kok hasilnya bagus punya saya awut-awutan.. Tapi ya gitu ya mba memang yang penting telaten. semoga usaha berguru mendapat tempat di pasar
DeleteSaya termasuk pecinta handcraft meskipun nggak bisa sering-sering beli karena dari segi harga memang lebih tinggi ya. Tapi saya paham karena proses handcraft itu berbeda dengan produksi pabrikan. Apalagi produk rajut seperti ini pastinya lama dan rumit sekali.
ReplyDeletebaju rajutnya cakep banget, cocok untuk bepergian ketempat sejuk atau dingin..heheh.
ReplyDeleteiya sih kalau diluar negri hasil karya tangan itu jauh lebih mahal, karena cara kerja dan proses pembuatan cukup lama
Setelah dijalankan pasti kesulitan perlahan sirna ya, Mba. Menjalankan usaha dari rumah bisa di mulai dari hal sederhana yang kita sukai. Seperti membuat kerajinan rajut.
ReplyDeleteKerajinan tangan rajutan ini memang punya pasar sendiri ya.. memang harus dikelola dengan serius, karena jika dikelola sangat serius maka hasilnya juga akan baik alias menguntungkan.. seneng bisa liat para pengrajin rajutan yang fokus dan memahami pasar ya
ReplyDeleteMenggemaskan bangeeett nih hasilnya.
ReplyDeleteBisa untuk dipasarkan di market international
Jadi inget tokoh Nam Do San di drakor START UP yg hobi ngerajut juga wkwkk
Menjalankan bisnis kala pandemi agar teta survive jhuga butuh usaha besar ya Mak. Apalagi usaha rajut itu sesuatu memang ya bikinnya kudu telaten
ReplyDeleteJadi ingat kakak ipar yang hobi merajut. Seringnya bikin sepatu dari rajutan. Lumayan banyak juga yang order
ReplyDeleteakutuh nyesel deh waktu SD diajakin sama mamah dan bude buat belajar merajut.. kan bisa jadi skill yang menguntungkan jika diseriusin ya
ReplyDeleteAku sering melihat hasil rajutan yang bagus2, mulai dari tas, baju dll. Mungkin di masa pandemi ini, hasil rajutan bisa dipasarkan secara online ya, karena cukup menjanjikan juga bisnis kerajinan tangan merajut ini.
ReplyDeleteSelalu kagum sama org yg bisa rajut, krn prosesnya tuh rumiiiiit banget menurutku yg nggak bisa. Hihiiii.. Didaerahku pun ada satu wilayah yg masyarakatnya jd pengrajut. Thank sharingnya mbak
ReplyDeleteWahhhh cakep rajutannya. Kebetulan ini Bondowoso dinginnya udah mulai gak santai. Cocok nihhhh pakai sweater rajut Papiput.
ReplyDeleteBelajar sendiri lalu menjadi bisnis berkembang salut deh mba jujur baru tahu nih Papiput memang bisnis begini butuh kreatifitas ya mba
ReplyDeleteCantik-cantik banget karyanya papiput... Saya ngerajut syal aja enggak beres-beres, hihihi...
ReplyDeleteRajutan memang bagus. Saya suka juga sama hasil rajutan. Tapi gak bisa merajut sendiri, beda sama Mbak Puput ini yang udah kreatif dan menghasilkan uang dari sebuah kerajinan tangan.
ReplyDeleteSaya jadi teringat sama teman saya, dia di Taiwan. Sambil bekerja dia mengisi waktu luang untuk merajut. Pertama dia merajut bikin dompet, terus tas, sweater, dan kini lagi ngikutin tren, bikin connector masker dari rajutan.
wahh cantik cantik karyanya..
ReplyDeleteaku nggak bakat ngerajut ni mbak
Kagum banget sama crafter, apalagi yang merajut, telaten dan ulet..sukses buat Welang Pelang, keren banget...
ReplyDeleteSelalu takjub sama orang-orang yang bisa merajut kayak gini. Dari hobi jadi bisnis. Semoga selalu dimudahkan jalannya untuk memasarkan produk dalam negeri di tengah pandemi ini. Aamiin.
ReplyDeleteMerajut ini gampang gampang susah ya mbak. asalkan niat dan memiliki ketekunan, insyaAllah bisa. Adikku juga ada yang menjadi perajut segala macam, dari baju hangat, topi bayi, sepatu, hingga bikin tas. bagus bagus lalucu hasil karyanya.
ReplyDeleteWah karyanya cakep ihh, gemes loh desainnya cantik ya mba. Keren juga ya bisa mendaur ulang kaos yang udah nggak dipakai untuk dijadikan benang rajut.Ah, aku merajut bikin bros bisanya, kalo dompet gitu lama bangeeet jadinya. Apalagi bikin sweter, haduh bisa setahun mungkin, hahahaa
ReplyDeleteBagus banget ya Pariput ini. Aku belum pernah merajut walaupun hanya menikmati hasilnya soalnya bagus-bagus deh
ReplyDeleteI had time to learn to knit but it wasn't continued until I was proficient, I wanted to be able to make something myself by knitting this
ReplyDeleteAku pernah belajar ngerajut tapi sayangnya ga pernah selesai. Kyaknya lama banget kalo megang jarum rajut tuh hahaha. Lebih senang menikmati karya orang lain aja dulu
ReplyDeleteJadi ingin belajar juga. Pernah belajar rajut waktu mengisi waktu luang saat musim dingin. Tapi pas pulang kampung, lupa lagi deh caranya hehehe...
ReplyDeleteBoss saya itu merajut baju ank anaknya bagus banget
memang merajut masih dihargai kurang layak. Padahal ya butuh ketrampilan dan ketelatenan untuk menghasilkan karya rajutan yang apik. Dan aku punya beberapa karya rajutan dari teman-temanku yang ku beli dengan harga layak
ReplyDeleteKalau memang punya hobi merajut pasti bakalan happy untuk memulai bisnis ini. Apalagi rajutan ini ngga pernah memandang tren. sepertinya selalu ada yang suka
ReplyDeleteselalu amazed sama seseorang yang bisa merajut, kayak mamahku punya skill merajut tapi gak dimanfaatkan hingga menguntungkan
ReplyDeleteHasil rajutannya keren banget ya kak,home made banget ini mah walau agak rumit. Dan tentunya banyak peminatnya karena hasil rajutan bisa dibuat berbagai macam hasil karya yang menarik untuk dijual.
ReplyDeleteDan kalau dulu waktu SMP pernah ada keterampilan merajut motif bunga ke saputangan, itu pengalaman pertama merajut aku. Hasilnya gak bagus sih karena tangan kurang terampil.
Sepakat deh sama apa yang Uda Ivan Lanin katakan tentang nggak semua orang nyaman dipanggil kakak.
ReplyDeleteSelalu luar biasa pada orang orang yang bisa berbagi skill,seperti yang Welang Pelang lakukan.
Btw kerajinan tangan. Saya suka nih, Bun. Jadi terasa personal saat memakainya. Bisa jadi modelnya sama tapi nggak pernah benar benar sama.
Sweater yg diproduksi hasilnya menarik, aku suka deh. Tapi klo utk merajut sendiri aku nyerah, namun merajut kisah cinta sih boleh hahaha
ReplyDeleteIde yang menarik untuk digeluti nih sama buibu rumah tangga yang memang bakat dan minatnya menjahit dan dalam dunia fashion, karena walopun dirumah tetap bisa menghasilkan uang asal mau berinovasi
ReplyDeleteAku juga suka banget liat barang-barang hasil rajutan karena dari dulu tuh pengen banget belajar ngerajut sendiri, tapi kok masih mager banget sampai sekarang yaa
ReplyDeleteProduk rajutan ini kesannya imut2 lucu gitu ya apalagi kalau misal dlm bentuk hiasan, sweater, atau tas dr rajutan. Kalau dimanfaatkan utk bisnis lumayan juga asal memamg jg menggunakan strategi pemasaran yg tepat
ReplyDeleteMerajut ini, kebisaan mamaku yang paling gak bisa aku lakuin. Tapi aku suka banget hasil rajuran, kesannya asli buatan sendiri, yag gak ternilai harganya.
ReplyDeleteternyata berguru itu kependekan toh. keren loh, jd merajut itu asal tau gimana marketingnya bisa jd peluang bisnis yg menggiurkan.usaha yg butuh ketelatenan dan ketrampilan ya
ReplyDelete