Drama Pembelajaran Daring: 3 Hari Membuat Video Prakarya dari Bahan Alam Lunak – Saat mengamati proses Athifah mengerjakan video tugas prakarya membuat kerajinan dari bahan alam lunak, saya menyimpulkan orang tua memang dituntut untuk serba bisa selama masa pembelajaran daring ini.
Untuk tugas prakarya, dia menentukan
pilihan untuk membuat prakarya dari terigu sebagai bahan alam lunak yang
dipilihnya. Err sebenarnya tidak tepat dia yang memilih sih, saya –
mamaknya yang memilihkan untuknya demi alasan kepraktisan. π
Ketimbang mencari seantero kota bahan
alam lunak lainnya seperti getah dan kulit kan lebih mudah menggunakan tepung
terigu. Di warung sebelah juga ada. Murah harganya, simple pula bikinnya.
Bisa dibuat flour clay atau play dough.
“Ini yang paling mudah kita kerjakan,” Alasan
Mamak diterima tanpa perlawanan oleh anak gadis kelas 8 ini. Saya pakai subyek
orang pertama jamak “kita” karena memang pada akhirnya kami semua yang akan
terlibat mengerjakannya. πͺ
Athifah bisa saja pergi sendiri beli garam
dan terigunya sebagai salah dua bahan yang dipergunakan di warung sebelah. Tapi
pewarna makanannya harus dibeli di toko penyedia bahan makanan dan siapa lagi
kalau bukan papanya yang pergi membelikannya lha papanya yang selama ini
mobile.
Kisah Bonding dalam
Proses Membuat Prakarya dari Bahan Alam Lunak
Begitu bahan tersedia, hari Jumat
mulailah Athifah mengerjakan prakaryanya. Pada bagian mencampur adonan yang
butuh kekuatan tangan orang dewasa, Papa membantunya. Mereka melakukannya di
teras dan bercakap-cakap. Sungguh momen yang meningkatkan bonding antara
anak dan ayah-ibunya.
Karena sedang sibuk mengejar dead
line kerjaan, saya baru bergabung dengan mereka ketika pekerjaan membuat
adonan flour clay sudah hampir jadi. Saya malah mengacaukan video yang
direkam sang ayah. Perekaman sedang dalam posisi pause, malah saya
hentikan. Lalu dengan entengnya saya mengatakan, “Tidak apa, nanti
digabung-gabung saja.” π
Biasanya saya pakai aplikasi Filmora
Go untuk mengedit video. Setahu saya beberapa video dan foto bisa digabung.
Saya mengabadikan pekerjaan membuat prakarya dengan mendokumentasikannya dalam
bentuk sejumlah foto juga.
Proses mengolah adonan masih
berlangsung. Tinggal meratakan teksturnya dan mencampurnya dengan minyak goreng
supaya lebih mudah dibentuk. Saya membawa masuk dua baskom yang sudah tidak
diperlukan untuk dicuci.
Bonding ayah dengan anak perempuannya. |
“Enaknya punya suami kayak Mama. Bisa membantu pekerjaan sekolah anaknya, pintar masak, dan bisa urus anak,” ucap Athifah yang menyusul di belakang saya. Saya tersenyum tipis. Sepertinya harapan saya kepada satu-satunya putri di antara dua anak laki-laki kami ini tercapai: dia sudah jatuh cinta pada ayahnya! π
Kembali kepada tugas membuat prakarya
yang terbuat dari bahan alam lunak. Singkat cerita, flour clay 3 warna –
krem, hijau, dan merah siap. Bentuk-bentuk yang dibuat juga sudah siap. Semua
video dan foto sudah siap. Tinggal proses editing.
Drama Pembelajaran
Daring, Editing Video yang Menguras ...
Eh, tidak bisa dibilang “tinggal
proses editing” sebenarnya karena justru bagian ini yang makan waktu
paling lama, sampai hampir 3 hari! π
Athifah tak mau menggunakan Filmora
Go karena dia tak terbiasa. Dia familiernya sama aplikasi Cute Cut dan Video
Speed. Durasi utuh video yang tadinya sepanjang 8 menit, dipangkasnya hingga
tinggal 4 menit. Setelah itu dia mencari latar musik yang diinginkannya.
Semua proses ini tak berlangsung
sebentar. Saya mengamatinya saja. Kalau saya inginnya yang simple, biar
tak usah pakai musik. Tapi bagus juga kalau dia inginnya ada musik latar supaya
videonya bisa berbeda dari teman-temannya.
Saat Athifah meminta saya mengecek
videonya, saya manggut-manggut senang. Dia belajar banyak dalam proses ini.
Satu saja kritik saya, supaya tulisan “250 liter” air dikoreksi. Air yang
dipergunakan hanya sebanyak 250 mililiter, bukan 250 liter. Bedanya signifikan, bok. π
Digabungnya video dengan musik, juga tulisan
dan suara. Athifah mengisi suara untuk menjelaskan proses yang berlangsung di videonya.
Karena mempergunakan ponsel saya, hari Ahad baru bisa dia rampungkan pembuatan
videonya. Selama mengedit video, si bungsu Afyad sibuk mengatakan, “Tiga puluh
detik ... tiga puluh detik!” π
Video sepanjang 4 menit siap di-export
untuk dijadikan satu file utuh pukul 21 lewat. Tinggal sedikit lagi
sebenarnya tapi di sini ujian puncaknya.
“Ma ... tidak bisa diekspor. Hanya
bisa sampai tiga puluh detik. Pantasan dari tadi Adik bilang ‘tiga puluh
detik ... tiga puluh detik’,” wajahnya terlihat lelah ketika mendatangi saya
yang lagi duduk di depan televisi.
Rupanya jatah durasi untuk aplikasi gratis hanya 30 detik. Selama ini Athifah menggunakan aplikasi Cute Cut hanya untuk membuat video sepanjang 15 – 20 detik. Rupanya Afyad yang sudah pernah menggunakannya lebih dari waktu tersebut dan dia tahu kalau batas waktunya hanya 30 detik. Namun dia masih kesulitan menjelaskan kepada kakaknya.
Wajah putri saya terlihat kuyu.
Terbayang oleh saya betapa lelahnya dia selama proses jelang 3 hari itu. π³Ketika
kami memberikan saran perbaikan, misalnya memotong videonya per 30 detik untuk diedit menggunakan aplikasi
Filmora Go, dia mengatakan itu sama saja dengan dia harus membuat ulang.
Benar juga. Soalnya sudah ada musik, narasi
suara, dan tulisan di videonya jadi tak bisa lagi dipotong-potong seenaknya.
Jadi, bagaimana, ya? π¨
Selama sekian detik berpikir, Mamak hanya
sampai kepada satu solusi praktis, yaitu membeli versi pro dari aplikasi Cute
Cut. Untungnya saya pernah mengerjakan tulisan Bayar Pakai GoPay, Bisa Sewa Film Animasi Baru
di Play Store. Di dalam
tulisan itu saya menceritakan pengalaman menyewa film di Google Play, di Play
Store dan membayarnya menggunakan saldo GoPay.
Update aplikasi ke pro, bayar pakai GoPay. |
Nah, versi pro dari aplikasi yang ada di Play Store juga bisa bayar pakai GoPay. Cek saldo GoPay masih memadai. Saya memberi syarat, pembayaran fifty-fifty. Karena untuk kepentingannya, Athifah harus membayar sebesar 50% dari harga aplikasi. Harganya lumayan bok, Rp. 80.000 sebelum pajak.
Athifah langsung setuju, dia masih punya uang
simpanan. Maka dalam hitungan menit, aplikasi sudah berubah menjadi Cute Cut
Pro dan bisa export video berapapun durasinya. Happy ending. Tugas
selesai, anak senang, Mamak bisa berhemat.π Eh. π
Hikmah Pembelajaran Daring Kali Ini
Anak bisa belajar banyak dalam proses belajarnya.
Saya bahagia, inilah pembelajaran yang sesungguhnya. Kalau Anda bingung mengapa saya berbahagia untuk urusan yang kelihatan receh ini, mari saya rincikan apa
manfaat dari pembelajaran prakarya kali ini⏬
- Bukan hanya tahu terigu termasuk bahan lunak alam, putri saya jadi tahu cara membuat clay dari terigu.
- Athifah tahu cara mencari informasi di internet berdasarkan kebutuhan. Sejatinya, kita harus tahu kata kunci apa yang tepat digunakan untuk mencari informasi. Jujur saja, orang dewasa masih banyak yang tidak paham ini padahal bagian dari literasi digital, nah kalau anak bisa mempelajarinya, bagus kan?
- Athifah jadi lebih terampil menggunakan dua aplikasi editing video - Cute Cut dan Video Speed. Bagaimana menyusun video yang baik juga bagian dari proses belajarnya meskipun pada akhirnya dia lupa mengoreksi 250 liter air ke 250 ml.
- Athifah mengasah keterampilan berbicara di depan kamera. Saya senang, phyllar words-nya nyaris tak ada. Berbeda dengan saya yang sampai setua ini masih berlatih keras menghilangkannya.
- Kami sekeluarga jadi lebih aplikatif dalam berkomunikasi. Bukan hanya dalam bertutur kata, ada empati dan bonding dalam komunikasi yang terjalin.
- Nilai lain yang terasa adalah “bekerja sama” dan pentingnya peran keluarga dalam bekerja sama memecahkan masalah.
- Kami semua jadi belajar untuk lebih menghargai satu sama lain. Kalau mau dibilang “anak bawang” ya, Afyad itu anak bawang tapi ternyata statement “tiga puluh detik” yang dia ucapkan berkali-kali kepada kakaknya itu sebenarnya kunci keberhasilan video prakarya ini. Suatu pelajaran untuk jangan pernah meremehkan anak-anak.
Banyak ya ternyata hikmah di balik pembuatan video pembuatan prakarya dari bahan alam lunak ini? Inilah proses belajar sesungguhnya yang saya inginkan. Banyak hal bermanfaat yang bisa dipetik hikmahnya ketimbang hasil.
Belajar itu proses menuju kedewasaan dan
kebijakan. Belajar – termasuk belajar dari rumah bukan sekadar hasil, bukan sekadar nilai.
Kisah saya ini merupakan salah satu hikmah pembelajaran daring, salah satu
hikmah pandemi covid-19 juga. Setuju?
Makassar, 2 Oktober 2020
Baca juga kisah-kisah drama pembelajaran daring berikut ini
- Drama Pembelajaran Daring: Merusak Nama
- Drama Pembelajaran Daring: Informasi Berita Terkini untuk Mama
- Drama Daftar Hadir dalam Pembelajaran Daring
- Drama Pembelajaran Daring: ke Sekolah untuk Setor Tugas
- Drama Pembelajaran Daring: Alasan Harus ke Sekolah untuk Setor Tugas
Share :
Duh sempat ikutan deh dengan merasakan gimana kecewanya udah kerja keras tiga hari, giliran eksport malah ga bisa...
ReplyDeleteUntung bisa bayar ya...
Btw dengan pro gitu, berlakunya berapa lama? Apa selamanya sekali beli itu?
Setahu saya berlaku selamanya, Teh.
DeleteBunda yang masih juga jadi blogger renta yang newbie, belum sekali juga mengalami pembelajaran secara hadir di Class Online. Ingin rasanya menambah ilmu ini. Insya Allah andai ada lagi kesempatan untuk ikutan Class Online apa saja yang bunda akan sanggup mencernanya, maka akan bunda ikuti.
ReplyDeleteBundaa, sehat selalu ya, masya Allah masih semangat terus belajar Bunda.
DeleteMasyaAllah TabarokAllah, kereennn Athifah!
ReplyDeleteIstiqomah bikin video ya Nak.
Bisa jadi content creator handal macam Mamak dikau :D
Hehehe makasih Tante Nuruul.
DeleteSetuju bangeet.
ReplyDeleteBhuahhaaa mesem2 bacanya, drama tugas sekolah ini lucu2 terutama pas bikin pideo. Banyak pembelajaran banget ya buat anak dan orang tua.
Bersyukur kita mamak2 yang mengenal dunia onlen, setidaknya memahami, hiks kasian mereka ortu yang kurang mengenal onlen.
Nah iya, Mak. Itu yang terpikir juga. Alhamdulillah kita banyak belajar dunia onlen.
DeleteMemang belajar online ini banyak banget dramanya yah mbaaak! Aku pun mengalaminya, ribet banget harus bikin video ini dan itu. Fathir juga pengen ngerjain semua sendiri sih mbak, aku hanya mengawasi dan memberi saran aja hehe
ReplyDeleteSemangaaat!
Hehe toss. Iya benar, anak mau ngerjain sendiri alhamdulillah ya. Ikut ribet tapi tidak semua kita yang kerjakan.
DeleteMasyaAllah serunya... Akhirnya paki yang Pro ya mbak. Anak-anak di rumah juga paki You Cut tapi yg gratisan. Baru tahu nih Dewi kalau yang Pro sekian harganya. Pengaruh bngetvuntuk durasi penyimpanan ya....
ReplyDeleteAnaknya ngerjain sendiri, sudah diarahin pakenFilmoraGonyg bisa gratis hanya water mark dihilangin, dia gak mau hihi. Ya sudah, beli pro. Alhamdulillah dia belajar banyak.
Deletewaaah semangat terus buat para orang tua yang masih menemani anak anaknya belajar jarak jauh hihihi, dari kemaren kemaren liat video di instagram lucu lucu banget dramanya hehehe
ReplyDeleteAsli drama Mbak hahaha.
DeleteHaha kok sama ya. Anakku juga disuruh bikin video prakarya dari bahan lunak alami. Jangan2 anak kita seangkatan. Kelas 8 bukan ya? Hihi
ReplyDeleteHihi betul Mbaak, kelas 8. π€
DeleteSetuju banget mbak...senyatanya banyak hikmah yang bisa kita petik selama pandemi ini, termasuk saat PJJ di rumah dan menyelesaikan tugas sekolah...kalau saya amati di rumah ternyata dengan cara ini anak lebih dekat dengan saya...bahkan dia pun menganggap saya bukan lagi ibunya tetapi sebagai teman dalam berdiskusi sehingga dalam hal sekecil apapun anak saya selalu ijin dan bercerita ttg apa yang dialaminya.
ReplyDeleteNgakak waktu baca anak senang, mamak bisa berhemat, hahahaha.
ReplyDeleteMemang orang tua harus punya kelebihan pengetahuan di masa pandemi. Terutama mereka yang masih memiliki anak usia di bawah 14 tahun. Aku sendiri gak memiliki beban ngajari anak karena si bungsu udah kuliah. Semangaaat mamak2 hebat di luar sana, kamu bisaa!
Belajar online ini memang penuh tantangan ya mbak, sehingga perlu kesadaran dalam menjalaninya. Karena kalau tidak bisa stress baik ibu maupun anak hehe
ReplyDeletebtw alhamdulillah banyak hikmah yang bisa dipetik selama pembelajaran daring ini ya mbak.
Iya banyak banget manfaat sekolah online itu sebenarnya walau memang banyak yg berkeluh kesah tentang prosesnya.
ReplyDeleteBener juga ya mba, hikmah di balik kejadian yang mungkin bagi orang lain remeh temeh itu. Athifah jadi belajar banyak untuk menemukan solusi permasalahan dalam hidup.
ReplyDeleteKak Niarrr..
ReplyDeleteMau lihat videonya kaka Athifah, bolehkah?
Soalnya anak-anak ini tugasnya mulai deeh...bikin mamak pusyiing.
Kadang kalo lagi males, rekam-langsung kirim. Sejadi-jadinya aja gitu...
Setuju banget sama idenya mbak, anak yang udah punya uang jajan bisa diminta untuk sharing bayar aplikasi kalau dibutuhkan, hehe.
ReplyDeletewhoaaa jadi itu 30 detik maksudnya. Ponakanku juga dapat banyak tugas membuat video. Ada drama yang melibatkan seluruh anggota keluarga. Lucu banget deh waktu syuting, hahaha ... Eh trus dia edit pakai Power Director di laptop. Gratis lho dan bisa panjang. Entah gimana, dia yang otak-atik caranya.
ReplyDeleteoooh jadi kesimpulannya pakai aplikasi yang pro yang mba, jadi bisa lebih leluasa ya. Selama masa belajar daring anakku juga banyak buat video mba
ReplyDeleteAku senang bisa nemenin anak bebikinan di rumah
ReplyDeleteJadi semangat buat tulisan blog
Ah ada ide buat bikin blog baru hahaha
Haha aku juga suka greget pas bikin video untuk tugas pjj mba xD Tapi sebenernya prakarya itu asik juga ya
ReplyDeleteKok aku jd mau beli aplikasi videonya juga deh mba :). Bagus kayaknya drpd aplikasi gratisan yg biasa pak suami pake.
ReplyDeleteMemang sih tugas2 dari sekolah ini aku akuin kdg bisa memperkuat bonding ortangtua anak ;). Walo kdg bikin sakit kepala juga hahahahah. Kalo udh diminta bikin prakarya, untungnya si Kaka LBH jago dr aku skill seni nya :D. Jd emaknya ga usah terlalu banyak bantu drpd makin kacau :D
Yihaa akhirnya sukses ya Bund membuatnya eheheh dan belajar video bareng anak pasti memberikan pengalaman yang seru meski banyak drama hahah. Hal ini akan dikenang nantinya ya.
ReplyDelete