Mengapa perempuan perlu saling dukung, saya dapatkan jawabannya ketika mengikuti training of trainer untuk fasilitator Womenwill, sebuah pelatihan digital marketing khusus untuk para perempuan pelaku UMKM.
Baca juga: 7 Alasan Mengapa UMKM Perlu Bekerja Sama dengan Blogger
Alasan 1: merasa lebih secure.
Saya terlibat menjadi fasilitator
dalam pelatihan digital marketing tersebut pada tahun 2019. Menurut mentor saya ketika mengikuti training of
trainer untuk jadi fasilitator itu, kaum Hawa ketika dikumpulkan dengan
laki-laki sebagai peserta, jarang yang mengeksplorasi pembelajarannya.
Berbeda halnya jika perempuan berada
di dalam ruang yang sama dengan sesama jenisnya. Ketika berada dalam ruangan
yang homogen, perempuan merasa lebih secure untuk belajar.
Kenapa, ya? Entahlah. Saya juga tidak
tahu kenapa demikian. Mungkin dunia digital marketing dianggap sebagai
dunia yang maskulin oleh kebanyakan kaum Hawa? Bisa jadi ya, karena terkait
teknologi – dunia teknologi kan memang banyak yang “bersifat maskulin”.
Nah, berdasarkan sedikit pengalaman tersebut,
saya bersedia ketika diajak talkshow dengan Ruang
Kolaborasi Perempuan pada 19 Desember 2020 lalu. Walaupun saya bukan pebisnis
ulung – bahkan bukan juga pebisnis pemula, ada pengalaman-pengalaman lain membuat
saya berani menerima ajakan itu.
Yaitu pengalaman bergelut dengan blog
dan media sosial sejak tahun 2011, yang mana saya sudah bekerja sama
dengan banyak perusahaan dan UMKM dalam membantu mengampanyekan usaha atau
produk mereka di blog dan akun-akun media sosial saya miliki. Saya juga punya
pengalaman menjadi admin media sosial seseorang yang melakukan usaha direct
selling.
Alasan 2: agar melek literasi digital marketing.
Pengalaman lain yang membuat saya
tergerak berpartisipasi adalah ketika tahun 2017 lalu banyak yang nyinyir dengan “kue
artis” Makassar
Baklave yang
katanya ujug-ujug mengklaim produknya sebagai “oleh-oleh khas Makassar”.
Lini masa media sosial saya sampai ramai dengan ungkapan kekesalan. Saya
menyayangkan karena setelah itu, apakah yang mereka anggap masalah selesai
dengan nyinyir saja? Tentu tidak, Marimar!
Suka atau tidak, kalau bukan brand
tersebut akan ada brand lain yang masuk dan berusaha ikut mengambil
pasar di Makassar. Nah, pada kenyataannya, tidak lama kemudian beberapa brand
kue artis masuk ke Makassar dan ikut bersaing dengan brand yang pertama kali
masuk itu. Sebut saja namanya Bosang dan Boluta.
Lantas, tidakkah terpikir, kalau
bukan kue-kue artis dari negeri sendiri ini, apa tidak mungkin akan ada brand
kue dari negara lain yang mencoba mengambil pasar di Makassar?
Baca juga: 7
Hal yang Harus UMKM Perhatikan Jika Bekerja Sama dengan Blogger
Mengapa? Karena era MEA (Masyarakat
Ekonomi ASEAN) sudah masuk, Gaes. Dalam era
ini negara-negara Asia tenggara membuka arus perdagangan barang dan jasa dengan
mudah untuk sesama negara-negara Asia Tenggara.
Lantas dengan demikian apakah
jalangkote, bolu peca, burongko yang nota bene merupakan kue tradisional
khas orang Sulawesi Selatan akan kehilangan penggemar? Tentu tidak, Rodolfo! Tentunya
kue-kue lokal kita harus bersaing dengan “sesama penghasil produk lokal” juga.
Mau tidak mau, penghasil produk lokal
atau yang memang asli Makassar harus berinovasi sedemikian rupa agar tetap
bertahan dan berjaya, terutama pada masa pandemi covid-19 ini. Nah, di sini
perlu kita ATM – amati, tiru, modifikasi apa yang sudah dilakukan oleh brand
besar. Salah satunya tentunya dalam cara mereka melakukan digital
marketing juga berkolaborasi dengan puhak lain.
Alasan 3: supaya termotivasi dari kisah sukses sesama perempuan.
Saya pernah mengikuti tayangan live
Instagram artis Zaskia
Adya Mecca yang menceritakan bagaimana kehidupan
keluarganya terdampak ketika pandemi baru saja melanda. Mengenai suaminya yang
tidak ada pemasukan karena produksi film terhenti, sementara yang berjalan
adalah bisnis fashion Zaskia karena dia memanfaatkan media sosial, termasuk
sering-sering live di Instagram.
Secara perlahan, cara demikian
membantunya melewati bulan-bulan pertama pandemi yang memukul banyak orang. Well,
mungkin ada yang mengatakan bahwa Itu untuk artis besar ya? Bagaimana
dengan skala UMKM?
Tentunya perlu mengikuti perkembangan
zaman dan kisah mengenai para lady yang berhasil memanfaatkan dunia online
dalam berdagang dan berbisnis itu banyak. Orang Makassar mungkin pernah dengar
nama Bunda Ela yang menyedot perhatian ketika live FB dengan caranya
yang unik?
Saya pernah menulis kiprah Ressti
– jenama skincare
dan kosmetik asal Makassar yang dimiliki oleh seorang perempuan. Pemiliknya –
namanya Dokter Resti mulai merintis usahanya dari nol dengan memanfaatkan dunia
online. Kini distributornya sudah banyak bahkan ada yang omzetnya sudah
miliaran. Beberapa distributornya sudah diberangkatkan ke luar negeri sebagai reward.
Kisah lain pernah saya tulis di
Kompasiana, mengenai perempuan pengusaha salad buah di Makassar. Awalnya bisnis
bernama Queen
Fruits bukan
diniatkan untuk bisnis namun akhirnya justru berkembang pesat dan kini memiliki
banyak outlet hingga ke kabupaten lain.
Nah, para wanita yang tengah merintis
usahanya perlu mendapatkan motivasi seperti kisah dari sesama kaum Hawa lain
yang mampu bertahan hingga saat ini. Ruang Kolaborasi Perempuan mengambil peran
ini, saat pandemi baru saja melanda.
Alasan 4: agar menghasilkan energi positif yang lebih besar.
Ruang Kolaborasi Perempuan terbentuk
bulan Juni 2020, bertujuan untuk memberdayakan perempuan rentan terdampak
pandemi melalui pedampingan kewirausahaan dan literasi finansial. Saya
menyambut baik dan mendukung sebisa saya gerakan saling dukung seperti ini.
Para perempuan, ketika saling
menguatkan dan mendukung akan menghasilkan energi yang jauh lebih besar.
Mengapa? Karena meerka pada dasarnya senang berbagi kepada sesama kaumnya dan
ketika bertemu dengan sesamanya yang sefrekuensi, mereka bisa saling
menguatkan. Perempuanlah yang paling tahu kebutuhan sesamanya.
Ketika bully atau kata-kata negatif
diberikan perempuan kepada perempuan lain, semisal mengurusi kehidupan orang
lain dengan komentar negatif, seperti memusingkan mengapa bekerja di luar rumah/tidak,
mengapa memberikan ASI/tidak, mengapa belum punya/tambah anak dan sebagainya
maka efeknya kepada yang di-bully bisa negatif.
Berpotensi menghasilkan energi tapi
negatif. Korban perundungan jadi kepikiran, sampai stres, depresi, atau post
partum depression. Bagaimana jika sesama kaum Hawa memberikan energi
positif? Efeknya tentu akan lebih bagus lagi.
Alasan 5: menjadi pembelajaran bagi anak-anak kita.
Satu hal lagi yang saya percaya.
Yaitu bahwa apa yang kita lakukan, misalnya dengan saling support sesama
perempuan, juga akan dilihat dan ditiru oleh anak-anak perempuan kita nantinya.
Satu – dua orang mungkin tidak terasa efeknya tetapi jika bergerak bersama
sebanyak ratusan, hingga ribuan orang atau lebih banyak lagi, akan lebih
besar dampaknya.
Anak-anak pertama kali belajar dari
ibundanya. Belajar menghargai dan tidak menghargai sesamanya juga dari
ibundanya. Semoga dengan mencontohkan yang baik-baik, anak-anak juga akan
tergerak melakukannya.
Makassar, 20 Februari 2021
Share :
perempuan memang istimewa ya mba dan semua potensi yang kita miliki akan maksimal jika kita saling mendukung yaa mba
ReplyDeleteSetujuuu, women empowering women. Memang harusnya gini, perempuan tuh saling dukung dan saling belajar, bukan saling menjatuhkan. Semoga makin banyak nantinya awareness kayak gini ya.
ReplyDeleteaku setuju sama pendapat mba mugniar. Kalau aku lihat di komunitas yang dominan wanita, terlihat lebih solid dan kompak. Apalagi kalau aku bertemu dengan ibu ibu yang meskipun sudah berumur tapi masih tetep semangat dan berbagi
ReplyDeleteBenar sekali mba, bukannya saling mrnjatuhkan 💕💕💕
ReplyDelete