Anemia Karena Defisiensi Zat Besi: Tantangan Kesehatan Lintas Generasi - “Tadi di sekolah dikasih tablet tambah darah. Diminum kalau haid, Ma,” saya masih ingat putri saya menceritakan pembagian suplemen penambah darah di sekolahnya. Saat itu dia baru masuk kelas 7 (SMP) tahun 2019.
Pengalaman
Anemia dan Penanggulangannya
Seperti yang kita ketahui,
saat mengalami menstruasi, perempuan mungkin memerlukan suplemen penambah darah.
Yaitu jika darah yang keluar cukup banyak dan terjadi dalam waktu yang lebih
panjang dari normalnya. Dalam siklus menstruasi ini seseorang mengalami pengurangan
cadangan zat besi dalam tubuhnya.
Saya baru tahu melalui talkshow Peran Nutrisi dalam Tantangan Kesehatan Lintas Generasi yang saya tonton via YouTube bahwa anemia menjadi risiko kekurangan zat besi (defisiensi zat besi) yang dampaknya bukan hanya jangka pendek namun juga jangka panjang.
Dalam materinya, Dr. dr. Diana Sunardi,
Mgizi, SpGK (dokter spesialis gizi klinik dari INA -Indonesian Nutrition Association) mengatakan bahwa masalah
anemia di Indonesia merupakan masalah lintas generasi yang terjadi pada ibu
hamil, ibu menyusui, bayi-balita, remaja, dan usia produktif.
Nah, pembagian tablet
tambah darah di SMP putri saya berikut edukasi mengenai pentingnya tablet itu
merupakan bentuk edukasi yang terkoordinasi dari Dinas Pendidikan, Dinas
Kesehatan, dan pihak sekolah bagi remaja putri.
Sayangnya, ada orang tua
yang melarang anaknya mengonsumsi tablet penambah darah tersebut. Ada juga
siswi yang menolak meminumnya dengan mengatakan “pahit” padahal kata putri
saya, tidak ada rasa pahit-pahitnya. Malahan bulan berikutnya dia meminta saya
membelikannya lagi tablet tambah darah di apotek.
Ketika putri saya kedatangan tamu bulanan, saya senantiasa
mewanti-wantinya memakan makanan yang bergizi dan suplemen yang bisa mendukung
pemenuhan zat gizinya. Sejak kecil, putri satu-satunya ini merupakan yang
paling pemilih soal makanan dibandingkan dua saudara lelakinya. Saya sering
kewalahan menghadapinya. Untungnya dia tak menolak diminta mengonsumsi suplemen
berbahan herbal alami yang kami beli.
Dokter Diana mengemukakan
hasil dari Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 yang menunjukkan prevalensi anemia pada ibu hamil 37,1%. Angka prevalensinya pada remaja adalah
15%.
Jika tak tertangani dengan
baik, masalah ini akan mempengaruhi mal nutrisi kelak ketika si remaja menjadi
ibu, hamil, dan melahirkan. Yaitu berpotensi menyebabkan stunting di mana angka stunting
di Indonesia masih tinggi, yaitu 37%.
Hubungan
Antara Anemia dengan Stunting
Apa hubungannya antara
anemia dan stunting?
Hubungannya bisa diketahui
dari penjelasan Dokter Diana berikut ini:
“Siklus stunting berawal dari status gizi dari remaja putri yang kurang baik sehingga pada saat nanti mengalami kehamilan kurang baik, salah satu masalahnya adalah anemia (kurang zat besi). Nantinya berisiko melahirkan bayi-bayi kurang berat badan yang nantinya menjadi balita pendek (stunting). Pertumbuhan seorang anak dipengaruhi oleh banyak hal, mulai dari protein, karbohidrat, mineral, kalsium, zat besi. Zat besi ini tidak hanya untuk sel-sel darah merah, anemia, atau hemoglobin terhadap anak-anak balita, melainkan juga untuk pertumbuhannya.”
Dulu saya sempat khawatir
putri saya berpotensi mengalami stunting karena tubuhnya yang relatif
lebih pendek dibandingkan rata-rata kawan sekelasnya saat sekolah dasar,
ditambah lagi dia sangat pemilih makanan. Alhamdulillah, sekarang saya
tak khawatir lagi karena dia tumbuh dengan tinggi yang proporsional. Pada usia
remajanya sekarang, dia sudah sama tinggi dengan saya.
Upaya penanganan anemia lintas generasi. |
Gejala dan
Dampak Anemia
Bagaimana gejala anemia
serta dampaknya untuk jangka pendek dan panjang, Dokter Diana menjelaskannya
panjang lebar:
Gejala umum yang tampak adalah kelopak mata pucat, kulit pucat, sakit kepala/pening/pusing, tekanan darah rendah, hingga kelemahan otot – sering lemas/lelah. Kemudian anemia berat, nadi menjadi cepat sehingga napas menjadi cepat juga. Jika berat dan kronis maka dapat terjadi pembesaran limpa.
Pada ibu hamil, gejala yang mudah diperhatikan adalah wajah dan kelopak mata, terutama bibir tampak pucat, kurang nafsu makan, lesu dan lemah, cepat lelah, sering pusing. Dampak anemia pada kehamilan cukup serius sehingga perlu mendapat perhatian khusus. Yaitu meningkatkan risiko infeksi, gangguan pertumbuhan janin, prematur, pre eklampsia, perdarahan pasca melahirkan, dan gangguan fungsi jantung.
Bagaimana pada anak-anak? Mereka menjadi rewel, lemas, pusing, tidak nafsu makan, gangguan konsentrasi, gangguan pertumbuhan, cenderung mengantuk, tidak bergerak aktif. Dampak jangka panjang anemia pada anak-anak, juga orang dewasa adalah menurunkan daya tahan tubuh, meningkatkan infeksi, menurunkan kebugaran, prestasi, kinerja.
Saya pernah merasakan
gejala anemia jangka pendek. Anemia akut ketika mengalami perdarahan pasca
melahirkan si bungsu lebih 11 tahun yang lalu. Kejadian melahirkannya saya
tuliskan di Melahirkan
Normal dengan Varises Vagina: Operasi Tanpa Anastesi dan Melahirkan
Normal dengan Varises Vagina: Sakit Tak Berdarah.
Pengaruh dari kejadian
itu, selama sekira 10 hari saya mengalami kelelahan luar biasa. Kadar
hemoglobin turun drastis di bawah angka normal. Untuk berjalan ke luar kamar
menuju kamar mandi yang letaknya sekira 9 meter saja sampai hampir 5 menit
karena saya harus beristirahat dulu untuk mengatur napas.
Sebelumnya tak pernah
sesak napas, saat itu saya sempat merasakannya. Sungguh tidak enak. Duduk saja
tak enak, terlebih berbaring. Si bungsu yang masih bayi merah rewel semalaman
saat saya mengalami sesak napas. Bersyukur ada suami dan ibu mertua yang
membantu mengatasi rasa sesak yang saya rasakan dan menenangkan si bayi.
Semoga saya tak mengalami
lagi kejadian seperti itu. Terbayangkan kalau anemia menjadi penyakit kronis
pada diri seseorang, terlebih jika dialami seorang perempuan sejak remaja
hingga hamil dan melahirkan anak. ☹
Dokter Diana dari INA. |
Oleh sebab itu Indonesian Nutritionist
Association (INA) dengan dukungan pemerintah telah mencanangkan upaya
pemecahan masalah anemia ini dengan pendekatan kesehatan berkelanjutan lintas
usia baik remaja, usia bekerja, hingga ibu hamil dan balita.
Masalah Gizi
di Indonesia Terkait Anemia / Defisiensi Besi
Dokter Diana menjelaskan,
berdasarkan Riskesdas konsumsi asupan pangan di Indonesia masih didominasi oleh
nabati dan asupan energi yang rendah dengan protein yang rendah juga sehingga
ditetapkan adanya defisit energi, defisit protein, juga kurang micronutrient.
Dalam presentasinya, Dokter Diana memperlihatkan bahwa masalah anemia dan stunting
merupakan masalah yang cukup besar pada lintas generasi.
Kekurangan Zat
Besi
Kebutuhan zat besi pada
remaja perempuan, juga saat kehamilan sebenarnya jumlahnya tidak terlalu besar
tetapi harus tercukupi. Ternyata penyebab utama anemia kurang zat besi itu dari
asupan makanan. Penyebab lainnya adalah akibat penyakit atau penyebab lain.
Faktor-Faktor
Asupan pada Anemia Kurang Zat Besi
Dokter Diana menyampaikan
telaah mengenai faktor-faktor asupan pada anemia kurang zat besi, yaitu:
- Asupan zat besi rendah, terutama besi heme. Zat besi heme adalah zat besi yang berasal dari hemoglobin hewani sedangkan zat besi nonheme berasal dari nabati (tumbuhan).
- Asupan vitamin C rendah.
- Konsumsi sumber fitat yang berlebihan.
- Konsumsi sumber tannin berlebihan (kopi, teh).
- Menjalankan diet yang tidak seimbang.
Khusus penyebab anemia
kurang zat besi pada anak masalahnya adalah: anak pemilih (picky eater)
sehingga kurang asupan zat besi. Akibat makanannya tak bervariasi/tidak
mengandung zat besi sehingga menyebabkan gangguan penyerapan. Ada juga kondisi
tertentu yang menyebabkan asupan besi rendah pada anak (seperti alergi bahan
makanan sumber besi heme).
Sumber Makanan
Zat Besi
Zat besi heme terkandung pada sumber makanan
hewani, untuk penyerapannya mudah jadi akan langsung diserap oleh tubuh tetapi
zat besi nonheme harus diubah dulu untuk kemudian dapat diserap dengan
baik oleh tubuh.
Zat besi nonheme yang berasal dari bahan makanan
nabati itu bisa dihambat penyerapannya oleh fitat[1],
polifenol[2],
tannin[3],
kalsium, dan zink.
Pengonsumsian zat besi nonheme
harus bersama dengan makanan atau vitamin yang dapat meningkatkan penyerapan
yaitu vitamin C. Bahan makanan yang mengandung vitamin C yang mudah diperoleh
contohnya: jambu biji, mangga, tomat, jeruk, klengkeng, blewah, dan cabai. Di
samping itu, perlu diperhatikan untuk menghindari zat yang menghambat
penyerapannya.
A. Sumber Zat Besi Heme
Sumber zat besi hewani
adalah dari daging ayam, daging sapi, daging domba, hati ayam, hati sapi, hati
domba, dan ikan salmon.
B. Sumber Zat Besi Nonheme
Sumber zat besi nabati
antara lain bayam, wortel, kangkung, tempe, tahu, brokoli, asparagus, jamur,
daun singkong, kecipir, dan kacang buncis.
Bagaimana
Peran Kita dalam Tantangan Kesehatan Lintas Generasi
Bagaimana masyarakat
mengambil peran dalam upaya menjawab tantangan kesehatan lintas generasi? Yang
paling pertama harus disadari dulu bahwa upaya ini bukanlah mutlak urusan
pemerintah atau INA saja karena juga menyangkut kesehatan masyarakat itu
sendiri.
Kita perlu mengambil peran
dalam hal ini karena sudah “cukup dimudahkan” dengan langkah yang diambil INA.
Para ahli, juga pemerintah bahkan sudah bekerja sama dengan perusahaan terkait
realisasi CSR-nya, utamanya yang bergerak dalam bidang food and beverages.
Nah, dalam talkshow
yang dilaksanakan sehubungan dengan Hari Gizi Nasional yang jatuh pada tanggal 25
Januari, Pak Arif Mujahidin (Corporate Communication Danone Indonesia) menguraikan peran Danone dalam mendukung
program kesehatan lintas generasi. Apa yang dipaparkan oleh beliau
merupakan bagian dari hal baik yang patut disebarkan.
Pak Arif Mujahidin. |
Terlebih perusahaan yang memiliki visi one planet one health[4] ini ingin menjadi bagian yang positif dalam memerangi perubahan iklim sehingga terus berupaya menjadi perusahaan yang karbon netral pada tahun 2050. Tak bisa bisnis tanpa air sehingga mengadakan pemeliharaan dari hulu hingga ke hilir. Yakin setiap air yang dimanfaatkan digunakan sebesar-besarnya untuk kesehatan manusia dan tetap menjaga agar air tetap ada di bumi.
1.
Menyebarluaskan Berita Baik
Melalui media sosial atau
blog, berita baik terkait penanganan penyakit dan gizi perlu disebarluaskan
agar semakin banyak yang sadar mengenai pentingnya mencegah dan mengatasi
anemia lintas generasi, berikut memperhatikan asupan makanan yang mengandung
zat besi.
INA dan Danone telah
melakukan koordinasi dengan pemerintah, di antaranya Dinas Pendidikan, Dinas
Kesehatan bersama-sama dengan persatuan orang tua murid di sejumlah sekolah,
dan organisasi lain yang bergerak di dalam bidang pengentasan anemia.
Program yang dijalankan mulai
untuk ibu hamil, ibu menyusui, bayi dan balita, anak usia sekolah, remaja dan
usia produktif, hingga lansia. Untuk remaja, seperti dalam contoh yang saya
sebutkan di atas, adalah suplementasi Fe(zat besi).
Selain program pemerintah
di atas, perusahaan yang salah satu produknya susu pertumbuhan ini juga menggagas program-program edukatif, berkolaborasi bersama mitra-mitranya,
seperti pemerintah, lembaga, dan masyarakat. Beberapa programnya sehubungan
dengan edukasi gizi adalah:
A. Isi
Piringku
ISI PIRINGKU mempromosikan
gizi seimbang untuk anak 4 – 6 tahun melalui guru dan orang tua. Program ini melibatkan
4000 guru dan 40.000 siswa PAUD di 8 provinsi dan lebih dari 44.000 ibu.
B. Amir.
Gerakan Ayo Minum Air
(AMIR) didorong oleh fakta dari survey yang memperlihatkan bahwa 1 dari
4 anak Indonesia kurang minum. Sementara kekurangan hidrasi 2% saja bisa
mempengaruhi konsentrasi. Program ini untuk meningkatkan kebiasaan minum 7-8
gelas per hari bagi anak sekolah. Program ini diikuti oleh 745.764 siswa SD
serta 1.225.000 siswa PAUD di 5 provinsi dan melibatkan 1.200.000 kader PKK.
C. Warung
Anak Sehat (WAS)
Warung Anak Sehat
bertujuan mengedukasi ibu-ibu pengelola kantin di sekolah mengingat anak
Indonesia punya kebiasaan jajan sehingga ibu kantin bisa memilih makanan sehat
yang dijajakan kepada anak-anak. Program ini melibatkan 234 agen WAS aktif,
lebih dari 300 guru terlatih, lebih dari 6.000 ibu, dan lebih dari 27.000 anak.
D. Aksi Cegah
Stunting
Aksi Cegah Stunting
bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan, FKUI, Kementerian Kesehatan,
Kementerian Sekretariat Negara, pemerintah daerah, Kementerian Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, dan lain-lain. Dalam pilot
project ini berhasil diturunkan angka stunting sebesar 4,3% dalam 6
bulan. Program ini telah direplikasi di daerah lain. Bagaimana angka stunting
bisa turun? Karena adanya pendekatan baru dalam monitoring, yaitu dengan
memprioritaskan intervensi gizi khusus bagi mereka yang berisiko tinggi
mengalami stunting.
E. GESID
(Generasi Sehat Indonesia)
Gesid bertujuan membangun
permahaman dan kesadaran remaja tentang kesehatan dan gizi remaja, pentingnya
1000 hari pertama kehidupan, dan pembentukan karakter. Program ini menjangkau
2000 siswa di 5 SMP dan 5 SMA. Para remaja sangat penting mulai disadarkan
karena nantinya akan menjadi orang tua.
F. Taman
Pintar
Di Yogyakarta ada 4 fasilitas
edukasi dan entertainment bernama Taman Pintar. Diperuntukkan mulai usia
6 tahun. Sebelum pandemi Taman Pintar dikunjungi oleh lebih dari 1 juta
pengunjung dalam setahun.
G. Duta 1000 Pelangi
Memberi bantuan kepada
karyawan dan masyarakat sekitar tentang masalah gizi dan kesehatan dalam 1000
hari pertama kehidupan dengan menjadikan karyawan sebagai duta. Karyawan
dilatih dan dibekali pengetahuan tentang gizi seimbang dan materi lain yang
berkaitan dengan 1000 hari pertama kehidupan untuk kemudian menjadi agen yang
mengedukasi masyarakat.
Beberapa program terkait one planet one health. |
2. Berperan
Aktif dalam Kehidupan
Tentunya menjadi tantangan
bagi diri sendiri untuk mewujudkan hal-hal yang telah diketahui sehubungan
dengan anemia, zat besi, dan hal-hal lain sehubungan dengan pemenuhan gizi
terkait pencegahan anemia. Dibutuhkan kesadaran dan tindakan nyata dalam urusan
gizi keluarga.
Anemia memang harus dihadapi
bersama karena ternyata akan berpengaruh pada kualitas sumber daya manusia
lintas generasi. Terlebih kita akan menghadapi bonus demografi, di mana proporsi
penduduk usia kerja di negara kita akan lebih besar daripada proporsi bukan
usia kerja. Maka isu kesehatan, termasuk anemia menjadi isu penting untuk
disadari dan ditindaklanjuti.
Makassar,
24 Februari 2021
[1] Asam fitat termasuk asam kuat, dan banyak terkandung dalam gandum,
biji-bijian, kacang-kacangan, dan tanaman polong-polongan (https://foodtech.binus.ac.id/2014/11/03/waspadai-senyawa-pencuri-zat-gizi-dalam-menu-sehari-hari/).
[2] Polifenol adalah kelompok zat kimia yang ditemukan pada tumbuhan.
Memiliki banyak manfaat, salah satunya sebagai antioksidan dan dapat mengurangi
risiko penyakit jantung dan pembuluh darah dan kanker (Wikipedia).
[3] Tannin adalah adalah suatu senyawa polifenol yang berasal dari
tumbuhan, berasa pahit dan kelat (Wikipedia).
[4] One planet one health berarti manusia dan planet saling
berhubungan dan kami ingin memelihara dan melindungi keduanya. Tidak salah
satu. Sebagai perusahaan makanan, perusahaan yang memulai debutnya di Indonesia
sejak 1954 ini ingin menjadi yang terdepan dalam mempelopori makanan atau food
revolution - yaitu sebuah gerakan yang mempelopori kebiasaan makan dan
minum yang lebih sehat dan berkelanjutan. Danone mengajak seluruh masyarakat
dunia dan Indonesia untuk berkolaborasi dan berpartisipasi dalam gerakan ini
bersama-sama (Pak Arif Mujahidin).
Share :
kasus Anemia di Indonesia ternyat amasih banyak ya mbak, kalau gak ditangani bisa berkelanjutan dan bisa menyebabkan stunting
ReplyDeleteAnemia memang ga bisa dianggap remeh ya mba
ReplyDeleteyuk lah, sama2 kita berupaya untuk mencegah dan menanggulangi anemia!
dari dulu aku tuh nggak begitu paham dengan Anemia, mbak. baru tahu penyebabnya, ngeri juga ya karena dampaknya nggak main2 :(
ReplyDeleteAku pun mbak awalnya juga mikir takut anakku mengalami stunting karena tubuhnya yang relatif lebih pendek dibandingkan rata-rata kawan sekelasnya. Namun sekarang yang kecil udh lebih tinggi dari aku. Sempet konsul ke dokter juga, kata dokter bapak sama emaknya kan kecil, anaknya kecil wajar. Kalau tinggi banget, itu keturunan anak siapa? Ahahaha. Prof Agus dulu dokternya anak2 emang suka ngelawak. 😂
ReplyDeletesaya penderita anemia juga mbak, dulu pas gadis masih mendingan lah, eh pas hamil ya ampun berasa banget, sering pengen pingsan gara2 anemia :(
ReplyDeleteTerima kasih sudah sharing materi ini mba.. Penting sekali bagi kita utk tahu bahwa kekurangan zat besi (bahkan saat remaja) bisa berpengaruh terhadap status gizi anak kelak..
ReplyDeleteTernyata anemia pada perempuan belum menikah bisa berdampak pada kehamilannya kelak ya mbak, Tulisannya sangat memberikan saya informasi yang lengkap sekali.
ReplyDeleteSaya juga penderita anemia mba. Apalagi waktu kuliah, capek banyak tugas, akhirnya sering lesu dan pusing.
ReplyDeleteTernyata salah besar kalau menganggap enteng anemia. Terlihat sepele, tetapi bisa berdampak fatal. Info ini berguna bagi saya yang memiliki anak perempuan, meskipun sekarang masih kecil 🤠jadi tahu harus lebih perhatian pada asupan gizinya saat dia haid nanti 🙂
ReplyDeleteKekurangan zat besi ternyata bahaya juga ya, penyerapan jadi gak maksimal dan malah bisa kena anemia.. huhu..
ReplyDeleteMempersiapkan anak ke gerbang dewasa ini, mashaAllah...
ReplyDeleteAku jadi belajar dari tulisan kak Niar bahwa anak saat mens perlu juga asupan multivitamin dari luar yaah..selain makan makanan yang bergizi.
Karena kalau mens dapet pertama kali, bagi anak perempuan akan terasa "berbeda". Yang ada seringnya jadi malas makan.
Ini juga yang aku keluhkan, kak Niar...mengenai tablet penambah darah.
DeletePilnya gede gituu...hiks~
Ada yang kecil, kerasa banget di pangkal lidah.
Kudu banget dibiasakan demi kesehatan dan jauh dari anemia.
Waktu belum ikut nyimak acara webinar ini, saya pikir kekurangan zat besi dampaknya tidak separah kena penyakit menular. Ternyata salah. Kekurangan zat besi justru bisa fatal ya kalau dibiarkan
ReplyDeleteSedih banget ya ternyata masih banyak balita anak-anak yang anemia semoga para orang tua bisa memberikan nutrisi dan kebutuhan gizi lengkap untuk anaknya agar terhindar dari anemia karena mengganggu tumbuh kembang si kecil juga.
ReplyDeleteMakanya aku juga was was ini sama anakku soalnya picky eater jadinya aku harus benar benar yalin zat besi mencukupi
DeleteRisiko kekurangan zat besi itu sangat bahaya memicu anemia. Kadang kita suka lupa akan kondisi hal itu
ReplyDeleteStunting itu ancaman nyata generasi kita. Indonesia itu tiga besar di dunia. Jadi, ini adalah kasus serius. Meski demikian, kita bisa mengantisipasi dini dengan memerhatikan kecukupan asupan zat besi dalam tubuh kita, dan anak-anak kita.
ReplyDeleteiya nih anemia tuh jadi isu yang penting banget untuk jadi perhatian bersama, ga cuma para dokter ajaa
ReplyDeleteAnakku kurus disangka Anemia padahal berat badan tidak jadi faktor utama penentu Anemia
ReplyDeleteHeran sayaa sama argumen tanpa ilmu
Bener banget, mbak.
ReplyDeleteAnemia itu musuh besar buat generasi Indonesia karena dampaknya sangat luas...
Ayo kita perangi anemia!
awareness ttg anemia ini penting banget ya mbak. Karena kurangnya informasi, kadang masih banyak yg lalai soalnya. Salut sekali dgn upaya Danone terlibat aktif dlm hal2 positif semacam ini.
ReplyDeleteduh pantes jaman kecil diminta makan sayur bayam terus biar zat besi nya terpenuhi dengan baik ternyata. dan mengurangi dampak terkena anemia yaa
ReplyDeleteaku pernah mengalami anemia saat remaja dan rasanya sangat mengganggu dan tidak nyaman saat menjalani aktivitas harian. Bahkan sampai pingsan mba.
ReplyDeleteJadi paham tentang Anemia, ternyata penyebabnya banyak dan banyak juga cara menanggulanginya. Terima kasih infonya
ReplyDeleteAnakku juga sempat kena anemia pas usia 7 bulan, lumayab melelahkan harus terapi zat besi selama beberapa bulan Alhamduliah skrg udah normal lagi
ReplyDeleteBanyak juga ya kasus anemia. Saat anemia memang gak nyaman banget. Saya juga pernah merasakan. Bawaannya lemes dan sakit kepala
ReplyDeleteWaktu hamil dulu saya sempat didiagnosa anemi, beruntung punya dokter spog langganan yang sigap melihat saya lemes2 capek gitu, diresepin obat penambah darah sebelum lahiran. Anemia gak boleh disepeleka ya kan mba
ReplyDeletePenting sekali untuk memperhatikan asupan nutrisi untuk anak-anak, khususnya anak perempuan ya, Mbak.
ReplyDeleteAku punya anak perempuan, tapi kalau makan duh, kudu dirayu sedemikian rupa nih.
Semoga kelak saat sudah masa pubertas, pola makan dan selera makannya meningkat, supaya asupan zat besi dan nutrisi lainnya lebih baik
Dari sekarang sudah kulatih untuk menyenangi apapun, jangan pilah pilih makanan, apalagi sayuran yang banyak mengandung zat gizi
Bener Mba.. memulai suatu generasi terlahir sehat adalah dimulai remaja putri kita.
ReplyDeleteSaya jadi teringat tentang vaksin yang penting seperti campak yang wajib diberi. Ternyata bukan hanya melindungi anak kita. Tapi nanti seandainya anak kita sudah dewasa dan hamil, kehamilannya terjaga dari sakit campak yang mengakibatkan janin cacat.
Sama dengan pentingnya menjaga diri dari kekurangan anemia, agar nantinya pun calon ibu melahirkan anak yang sehat.
Ini sih urgent banget di Indonesia. Masalah stunting ternyata penyebab utamanya di anemia. Wow, teguran bagi saya pribadi. Harus kembali hidup sehat dan mencintai makan buah dan sayur.
ReplyDeleteSama kayak aku, Mbak Mugniar. Dulu pas awal-awal menstruasi juga mengalami anemia. Tapi belakangan kemudian mengimbangi dengan asupan gizi dan nutrisi, juga suplemen. Sama banyak minum air mineral.
ReplyDeleteGejala anemia memnag mesti diwaspadai ya, mengingat dampaknya luar biasa . Maka setuju jika anemia memang harus dihadapi bersama karena ternyata akan berpengaruh pada kualitas sumber daya manusia lintas generasi. Jadi pe er kita semua nih buat menanganinya
ReplyDeletePenting banget asupan bergizi untuk ibu dan anak karena memang stunting itu sangat mudah menyerang jika nggak memperhatikan dengan betul-betul asupan gizi.
ReplyDeleteIsu stunting ini emang udah digaungkan sejak 2018 kemarin ya mba dan masih tetap menjadi prioritas kemenkes. Mudah2an angkanya semakin menurun. Aamiin
ReplyDeleteBaru tau anemia ternyata banyak menimpa remaja putri ya mbak ..selayaknya emang ibu memperhatikan asupan gizi buah hati supaya tidak mengalami anemia
ReplyDeletebaca ini jadi banyak ilmu dan pengetahuan soal anemia, jadi tahu ciri-cirinya sehingga bisa antisipasi jika memang kita mengalami hal ini ya
ReplyDeleteJadi ingat waktu anak2ku pas umur 1 tahunan pasti diterapi zat besi ama dokter, karena terindikasi ADB. Soalnya emak yang anemia juga ngefek ke anak2nya, dan kebetulan aku memang sering banget HB nya drop. Jadi PR banget nih biar anak-anak ke depannya nggak ADB lagi.. kasian kalau tumbuh kembangnya jadi nggak optimal kan.
ReplyDeleteaku sempet anemia juga, kalo lagi datang bulan kudu banget konsumsi obat biar nggak kumat hihi, dulu nganggepnya anemia itu penyakit yang nggak begitu berbahaya, tapi namnaya juga penyakit tetep harus diobatin donk pastinya ya hihi
ReplyDeleteaku juga sempat ngalamin, mba, ikut berjuang karena anak keduaku anemia. nyesek banget deh soalnya susaah sembuhinnya.. lama juga
ReplyDeleteIndonesia harus bebas dari anemia nih kalo semua ibu dan masyarakat paham pentingnya kecukupan nutrisi yaaa mba
ReplyDeleteBerharap tak ada lagi peningkatan angka penderita ADB sehingga Indonesia bisa fokus ke masalah lain yang lebih urgent
ReplyDeleteUlasan yang sangat bermanfat mbak. Saya juga suka anemia, kayak pusing dan kepala berat gitu, apalagi klo menjelang haid gitu hingga pas masa haid. rasanya kayak lemes banget.
ReplyDeleteEfeknya bisa ke stunting ya, pengetahuan baru untukku karena memang ya bener hubungannya sama gizi.
ReplyDeleteTerutama untuk perempuan nih, saya juga sedang mengurangi kopi krn efeknya bisa ke kurang zat besi ini. Dan juga, memang darah rendah aja rasanya nggak enak, selalu ketolak kalau kena donor. Bener2 asupan dan pola hidup sehat harus dijaga ya
aku baru aware masalah anemia ini pas punya anak, ternyata penting banget buat tumbang anak ya. Apalagi angka kejadian anemia termasuk tinggi di Indonesia
ReplyDeletePentingnya mnjaga asupan nutrisi bagi tubuh qt. Saya salahsatu pengidap anemia, rasanya gak enak bgt klo dtg sakitnya
ReplyDeleteIbu hamil rentan juga kena anemia dan teryata ada tanda tanda khusus anemia pada ibu hamil ya. Lengkap ulasannya, mba
ReplyDeletebaru tau banget ternyata anemia ada hubungannya ama stunting ya.. wah perempuan perempan harus ngejaga banget nihh
ReplyDeleteBaca artikel tentang anemia ternyata nggak bisa dipandang sebelah mata. Perempuan dan anak-anak kudu menjaga bener asupan makanan. Rutin konsumsi vitamin dan banyak minum air putih
ReplyDeleteAku suka sekali dengan tulisan ini mba mugniar.
ReplyDeleteBenar sekali.
Hal ini mengingatkan aku akan pengalaman saat aku hamil putra kedua dan aku kurang sekali mengkonsumsi suplemen besi.
Pasca usia putraku 2 bulanan ia sakit dan ternyata salah satu penyebabnya adalah karena ia mengalami ADB
Sebagai ibu mesti aware nih sama gejala anemia, apalagi sama anak-anak, kadang suka khawatir juga sama jajanan anak-anak yang kurang bergizi dan banyak gurihnya
ReplyDelete